Descendant Of The DeathMaster
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
IndeksPortalLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian
Latest topics
» Descendant Of The Death Master
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyThu Dec 26, 2013 9:35 am by DeathMaster

» Shirotabi Come here ^o^v
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Aug 03, 2013 3:52 am by DeathMaster

» DeepBlue Kingdom
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyThu Aug 01, 2013 7:05 am by Shirotabi

» Newsletter
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyMon Jul 22, 2013 11:01 pm by DeathMaster

» Lily - I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyMon Apr 09, 2012 2:11 pm by DeathMaster

» Rules...? Sedikit aja kok!
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyMon Apr 09, 2012 12:45 pm by DeathMaster

» Perkenalan
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptyWed Dec 08, 2010 8:28 pm by DeathMaster

» Siapa Male Chara Favoritmu?
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySun Nov 28, 2010 7:30 am by DeathMaster

» Forum Rules: Read This First!
Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 11:42 pm by DeathMaster

Top posters
DeathMaster
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 4 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap 
Shirotabi
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 4 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap 
May 2024
MonTueWedThuFriSatSun
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
CalendarCalendar
Social bookmarking
Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Poll
Siapa Male Chara Favoritmu?
Ari
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Tasuku
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Ryo
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Stats The Origin
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Others
Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 4 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Total Suara : 2

 

 Descendant Of The Death Master

Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next
PengirimMessage
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:51 am

Daina



____________________________________________
____________________________________



“Tak terasa sudah setahun aku disini,” kataku pada Mikia ketika kami sedang minum jus didapur,
sepulangnya Mikia dari menyelesaikan misi nya. “Selama itu juga tidak ada kabar apa apa dari Tasuku,”

“Yah,terakhir kali ada informasi yang mengatakan Stast the origin terlihat di Benua Amerika bersama seorang laki laki berambut pirang, setelah itu tidak ada kabar apa apa lagi” Mikia menimpali. “Tapi dia pasti baik baik saja,kok,tenang saja! Kami juga sedang melacak Stast,kan!” Mikia menepuk bahuku bermaksud menghibur,

Aku mengangguk angguk.
rasanya tidak mungkin undead membunuh undead. Tidak ada alasan Tasuku dalam bahaya sekarang.
Mikia benar,dan kalau Tasuku tidak bisa menampakkan diri saat ini,mungkin karena Stast The Origin itu menahannya,
Atau bisa juga karena dia merasa dia yang yang sekarang tidak mungkin bertemu denganku,dan sedang menunggu saat yang tepat.

Yang tidak kumengerti,kenapa memilih Stast the origin sebagai tempat perlindungan?!
Stast adalah musuh Paladin,musuh kak Ari juga.
tapi kalau dipikir pikir lagi, apa ada rumah lain bagi undead selain ditempat Stast?!

Ah! Pusing! Tasuku pasti punya perhitungan sendiri,apalagi dia sekarang adalah undead…
kadang hatiku amat sakit teringat kenyataan itu,
tapi aku bersedia menerima Tasuku walau dia Undead sekalipun,
aku masih tetap mencintainya…
dan cintaku tidak berkurang sama sekali sejak hari pertama kami bertemu hingga saat ini,
aku sudah tidak sabar ingin bertemu…

Susah payah aku men-sugesti diriku sendiri agar tetap tenang.
“Eh…Mikia, malam ini,ulang tahun kak Ari yang ke dua puluh sembilan,kan?” tanyaku “Aku berniat memasak makan malam,aku ingin berterima kasih karena dia sudah begitu baik padaku setahun ini” kataku pada Mikia

Bukannya tanggapan dan saran yang kuterima, malah aku dipeluk dengan gemas dan dicubit oleh Mikia

“Dainaaaaa! Kau memang manis sekali!” katanya histeris,“Sampai melakukan itu untuk si bodoh Ari,kau benar benar baik,'mama' sungguh terharu!”

mama? Mikia memang sangat lucu!
aku ikut tertawa bersamanya,
“Ehhh…,Cuma memasakkan makan malam saja,biasanya kak Ari yang memasakkan untukku setiap hari,jadi hari ini aku ingin membuat kejutan” sahutku kalem.

“Daina itu anak yang baik,yaa” Mikia menepuk dahiku pelan “Kalau aku laki laki aku pasti suka padamu,benar,lho!”
aku tersenyum,Mikia sungguh orang yang lucu.

“Tapi,masa’ Ari sudah 29 tahun?! Benar benar bujang lapuk orang itu!” ia mengurut dagu.

“Kupikir…” ujarku “Dulu Mikia pacar kakak…”
Mikia menatapku dengan ekpresi jijik,

“Lebih baik aku pacaran sama tembok sekalian” ujarnya mengelak.

“Jadi siapa yang Mikia sukai? Masa nggak pernah bilang?” tanyaku penasaran.
Mikia menghirup jus tomatnya, memasang wajah serius.

“Aku tidak beruntung dalam masalah percintaan” sahutnya hambar.
dengan gaya tante tante di pub yang berkeluh kesah...

“Benarkan? Siapa? Siapaaa???” desakku.
Mikia diam saja.

“KakYudas?! Kak Yudas,yaa?!” dalam kepalaku terbayang seseorang yang selalu kulihat bersama Mikia beberapa kali

“Bukan...”

“Kak Ryo,yaa?”
Wajah Mikia memerah, aku sudah menemukan jawaban yang kucari.

“Kak Ryo itu…” aku kehabisan topik,

“Iya,kan?” sahut Mikia “Dia tidak pernah melihatku sebagai seorang perempuan,aku juga tidak mengerti kenapa harus dia orangnya”
ia menenggak jus tomat dengan gaya Oom-Oom menenggak bir,
habis sekali teguk.
wah...dia bisa mabuk hanya dengan jus!
hebaaaaaaaat!
“Tapi aku kan’ perempuan! Masa ‘ aku yang melakukan pendekatan sih! Punya impian tidak ada salahnya,kan,mau ku sih dia yang menyatakan cinta! Mau begitu!” Mikia berteriak teriak kesal,aku tertawa.

Aku mengangguk memahami, “Dulu aku juga mengira Tasuku tidak punya rasa apa apa padaku, kukira Cuma dianggap adik,jadi aku tidak berani berharap apa apa, ternyata dia juga suka aku,dia menyatakan cintanya, lalu kami menikah” kenangku.


Mikia mendengarkan antusias, “Benar begitu,Daina? Berarti aku masih ada harapan,dong?!”
Aku mengiyakan.

“Tapi…,jangan bilang siapa siapa,ya, aku benar benar bisa mati malu nanti”
ia mengatupkan kedua telapak tangannya memohon

“Iya,tenang saja! Kita sama sama berjuang,Mikia!” kataku menyemangati.
Mikia lagi lagi memelukku hingga aku nyaris kehabisan nafas.

“Daina! Kau ini menggemaskan sekali...!”


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:54 am

Ari


Pukul 12:30 malam.

__________________________________________
________________________________


“Daina…” aku memasuki tempat tinggalku yang sepintas tampak seperti apartemen Lux dengan dua kamar didalamnya itu,
mencari cari Daina.

Aku terlambat sekali…Daina pasti sangat kesal,
mungkin dia akan marah marah.
aku melihat meja makan terisi penuh dengan berbagai macam masakan.
juga ada tart besar.

Sambil melepas sepatu dan menggantungkan Coat yang kupakai,aku melihat sepintas tanggal yang tertera pada jam digital yang diletakkan di atas meja,

Ulang tahunku.
pantas saja.

Biasanya Tasuku dan Daina merayakannya bersama sama.
Tasuku akan memaksaku pulang sesibuk apapun aku,
senang sekali mengingat hal tersebut.aku juga senang Daina tidak lupa, dia memang perhatian.
tapi dimana Daina?

Gadis itu tertidur,tubuhnya yang mungil tersampir kelelahan di sofa disebelah meja makan.

Hah,kelihatannya dia lelah menunggu,lebih baik,daripada dia marah marah padaku,

“Daina? Bangun…kalau tidur disini bisa sakit” aku menepuk pipinya, Daina menggeliat,
menjatuhkan pigura kecil dipangkuannya dan kembali tertidur.
terdorong rasa penasaran, aku meraih bingkai foto yang kelihatannya dipeluk oleh Daina sedari tadi sampai tertidur tanpa sadar.

Foto pernikahannya dengan Tasuku. Tentu saja.

Daina kelihatan sangat bahagia terbalut gaun pengantin putihnya,disisi Tasuku.

benar,waktu itu sangat bahagia.
memang sangat bahagia.

“Bodoh sekali aku,dulu sekali,aku pernah bermimpi,bahwa akulah yang ada disampingmu ketika kau mengenakan wedding dress” aku menertawakan diriku sendiri,
aku yakin Daina tidak dapat mendengarku sekarang.
aku lebih baik menghilang jika ia mendengarku.

Aku hendak membangunkan Daina,menyarankan agar ia segera berpindah ke kamarnya,
"Bangun bulat! nanti masuk angin!” aku kembali menepuk pipinya pelan.

Daina tiba tiba menarik tubuhku ke tubuhnya.
bingkai foto yang kupegang jatuh ke pangkuanku tanpa menimbulkan bunyi.
Aku sangat terkejut hingga tak sempat mengelak.
apa ia sadar yang ia lakukan?

Daina memelukku semakin erat, menyusupkan wajahnya dalam dadaku.
aku merasa tak sanggup lagi menahan debaran ini.
gadis yang mencuri semua perhatian dan sayangku hingga tak tersisa lagi.
ketika aku mencoba melupakannya,justru dia terpacang semakin kuat dihatiku.
jiwaku mati rasa, hatiku sakit, tanpa kusadari aku telah menjadi tawanannya sejak pertama kali aku bertemu dengannya.

“Tasuku…”

Aku mendengar nama yang meluluh lantakkan semua harapanku disebut.
kuberanikan diri menatap wajah Daina,
Dan gadis itu tergolek tanpa daya dengan mata tertutup dibahuku.
setitik air mata jatuh membasahi pipinya,
hanya mengigau, batinku.
pelukan Daina mengendur,kemudian terlepas.

Aku merosot didekat Daina yang masih tertidur pulas, aku gemetar, sangat ketakutan.

Menakutkan! Perasaan yang menakutkan!
aku mundur menjauhinya,berjalan menuju kamarku sendiri,
akal sehatku pergi,benakku dipenuhi oleh wajah bidadari kecil yang kucintai.

Aku menanggalkan semua pakaianku, Memutar keran dan air dingin meluncur dari shower mengalir membasahiku, mengguyur kepalaku yang semakin kacau karena tekanan terberat yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.

Kukira gampang melupakannya,
kukira akan mudah membunuh perasaan ini.

Tasuku sudah tidak ada…!


“Tasuku…! Tasuku…!” kucoba mengingat bayangan adikku, tapi tidak berguna.
Aku menyebut namanya bukan untuk mengenangnya. Tapi malah untuk menahan diriku sendiri!

Apa yang kau tunggu? Cinta bisa hadir kapan saja, biar waktu yang akan memutuskannya,sekarang,yang harus kau lakukan adalah menemuinya,
Atau dia akan hilang selamanya!



Atau dia akan hilang selamanya…

Aku tersentak,
meraih jubah mandi,dengan badan masih setengah basah dan air yang masih menetes netes dari rambutku.

menghampiri gadis yang tertidur pulas disofa ruang tamu…
aku mengambil selimut dan menyampirkannya ditubuh Daina,
untuk menghalau dingin.
lantas menggendongnya,

Daina berguling sangat nyaman tanpa terbangun dipelukanku.
aku membawanya ke kamarnya,berhati hati meletakkan ia diatas tempat tidur,
kupandangi sosok yang tenggelam dalam alam mimpinya sendiri itu,
aku membaringkan tubuhku disampingnya, ia begitu cantik dimataku, tanganku perlahan memainkan anak rambutnya.
bulu matanya pendek pendek tetapi lentik,
alisnya lebat dan semakin mempertegas bahwa ia adalah gadis yang baik tapi polos.

Aku mendekatkan wajahku,meraih sejumput rambut panjang tergerai itu dan menciuminya,
merasakan aroma wewangian asing penuh pesona yang memabukkanku.

Aku adalah pria dewasa,dan ia wanita yang sudah dewasa pula,
aku tidak perlu memperingatkan diriku sendiri, aku sudah tahu akan apa yang sedang kucoba lakukan padanya sekarang.

Pandangan moral dalam diriku semakin buram,lenyap bersama aturan aturan yang selama ini kuterapkan pada diriku sendiri.

Luluh lantak karenanya, aku…hancur…
kuciumi rambut Daina,
lalu ubun ubunnya,ia menguap dan menyusup semakin dalam diantara dekapanku.

Aku semakin menggila, nafasku tidak beraturan lagi, mengecup pipinya berkali kali,
turun ke bagian dagu,kemudian lehernya,lalu kembali ke rambutnya.
bergerak hendak melepas kancing piyama motif polkadot yang ia kenakan

Daina tidak bereaksi sama sekali,aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, ketika bibir kami akan bersentuhan,lalu aku terhenti melihatnya tersenyum.

“Tasuku…aku cinta…” katanya tertawa sebentar,matanya masih tertutup rapat,lalu tertidur lagi.

Kali ini ia mendengkur halus.

Aku tidak sanggup lagi,kurasa aku akan gila.
aku menyeruak keluar dari kamar Daina,kembali menuju kamar mandi,
membasuh wajahku dengan air dingin,
perasaanku mual,

Aku menyesalinya,karena…
Karena aku amat takut mungkin Daina akan membenciku jika ia tahu apa yang kurasakan padanya,
gairahku padam seketika saat memikirkan akan dibenci oleh Daina,
Yang paling menyedihkanku,
bukan ingatan akan Tasuku yang membuatku terhenti.
aku mengingatnya,tapi itu tidak berguna,aku mengacuhkannya, aku terlena dalam hasratku pada Daina,

bukan hanya hasrat,tapi juga…
Juga rasa cinta yang teramat sangat besar.

“Maafkan aku,Tasuku…aku…aku jatuh cinta…padanya…” aku berbisik resah.
Akhirnya aku mengakui apa yang kuelakkan selama ini.
Aku memang cinta padanya.
Aku memang menginginkannya.

Bodoh! Aku benar benar bodoh memiliki pikiran semacam itu padanya.
betapa bodohnya aku,
sesaat aku berpikir untuk membuatnya menerima kehadiranku dengan cara apapun.

Daina bukan wanita seperti itu hingga bisa kuperbuat sesukaku!
dilanda rasa penyesalan yang teramat besar justru sesaat setelah aku sadar, setelah aku menemukan jawaban yang benar dari semua pertanyaanku.
Apa yang ingin kulindungi sesungguhnya.
Apa alasanku bertempur selama ini.

Aku menggenggam kuat ponselku saat mengirimkan pesan singkat pada Ryo.
aku berniat tidur ditempat lain mulai sekarang.

sungguh menyesali semua ini...
Tasuku...Tasuku...
pasti ia tahu aku melarikan diri dari 'apa' selama ini?
dia tahu...karenanya ia diam saja?
makanya ia mengikatku sangat kuat dengan janji yang mengombang ambingkan perasaanku...?
bahkan menitipkan Daina padaku...
menyerahkan Daina yang ia cintai dalam beban tanggung jawabku,
semua ini didalam perhitungannya!
dia tahu...aku akan bertahan seperti ini meski sesakit apapun?
mengerikan,hitung-hitungan mengerikan dari orang paling mengerikan,

Kalau benar demikian.betapa dinginnya dia,
adikku yang sangat berarti bagiku,
satu satunya saudaraku yang kusayangi,

serta satu satunya kelemahanku didunia ini...



Benar benar jalang...,
aku merasakan hal-hal terlarang yang tidak seharusnya kurasakan...



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:55 am

Daina


Keesokan harinya,
Pukul 08:00
________________________________________
________________________________




Huh? Apa yang terjadi? Apa aku tertidur?
aku mengusap mataku,ngantuk…
tiba tiba aku bangun membuka mata seperti tersengat listrik.
Kak Ari!

Melompat dari tempat tidur,aku malah membentur pintu kamarku sendiri.
hah? Tempat tidur?!
aku menggosok gosok dahiku yang terasa agak sakit karena tabrakan tidak disengaja tadi,sejak kapan aku masuk ke kamar?

Kulangkahkan kaki telanjangku keluar dari kamar,meja makan sudah dibereskan.
seperti biasa kak Ari bangun pagi,aku bangun siang.
ada roti bakar sebagai sarapan yang ditinggalkan untukku,aku mendekat untuk membaca secarik memo yang ditempelkan dengan rapi diatas cangkir keramik putih berisi kopi hitam.

“Terima kasih makanannya,bulat,belajarlah lagi supaya bisa melampauiku!”

Ugh!Rasanya ingin kurobek kertas itu,menginjaknya dan melemparnya ketempat sampah,tapi tidak kulakukan,malah aku tertawa membacanya berulang kali.
awas,ya! Dasar kakak!
sepertinya kakak sudah berangkat kerja.
ingatanku melayang,tadi malam kakak juga yang membawaku ke kamar?
tuh,kan! Kakak baik sekali, lagi lagi aku merepotkannya,maaf,kakak…

Bau harum roti bakar menyentakkanku,aku bahkan harus menyeret diriku sendiri ke kamar mandi supaya aku bisa sikat gigi dulu. Dasar aku payah,

Pintu diketuk ketika aku sedang mengeringkan rambut.
aku baru saja selesai mandi pagi dan mulai menyeruput kopi pekat,
aku sukaaaaa sekali kopi! kak Ari tahu itu,begini begini aku tidak bisa hidup tanpa minum kopi setiap pagi,

Aku suka kopi dengan sedikit gula,beda dengan Tasuku aku kurang suka makanan manis.

Kata Tasuku kopi tidak baik karena menyebabkan kecanduan, sama seperti rokok,
tapi aku tetap suka!

Saat aku membukakan pintu,Mikia muncul dihadapanku, ia tampak pucat hingga aku mengurungkan niatku untuk menyapanya memakai gaya ceria seperti biasanya.

“Ada apa?!” adalah kalimat pertama yang meluncur dari bibirku.
Mikia menarik lenganku.

“Kupikir kau harus tahu ini” katanya padaku, ia tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.
wajahnya pucat,suaranya bergetar,

Aku bertanya tanya dalam hati apa yang telah terjadi.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:56 am

Ari


markas besar Paladin.
Gedung utama.

_____________________________________
_____________________________

Aku tidak tahu apa yang harus kuucapkan semua kata kata tertelan habis dalam tenggorokanku.
menatap dua jasad kaku dalam peti indah berukir itu,
keduanya sosok yang kukenal baik.
baru saja aku tiba ketika ada kehebohan yang luar biasa ini.-semalaman aku menginap ditempat Ryo dan kembali saat subuh membuatkan sarapan untuk Daina-sangat tidak terduga,

“Jahitan tipis ini, otaknya diambil supaya tidak bisa berubah jadi undead” Alexander Boraknitchov meraba dahi jasad Messiah,Rekan kami. “Kecuali seorang yang ahli dalam ilmu kedokteran,tidak mungkin melakukannya serapi ini”

Mataku beralih pada peti mati kedua, jasad John.R.Solomon yang juga rekan kami ada didalamnya,

“Mereka menyertakan ini,bersama peti mati yang mereka kirimkan, kami menyelidiki asal kiriman ini,dari Athena yunani, tapi begitu kita bergerak,sudah dipastikan tidak ada apa apa disana,hanya kota mati” Syeikh Ibrahim al ashadiq menambahkan seraya mengangsurkan sebuah kepingan padat disket padaku.

“Lebih baik kau juga ikut melihat isinya” ujarnya padaku.

Caesar berteriak geram. “Penghinaan besar bagi Paladin! Undead terkutuk itu,mereka pikir siapa mereka!”

Evangelina tidak terlihat menangisi jenazah teman sekamarnya, ia hanya terdiam.

Pandanganku beralih pada Yudas,yang sama tenangnya dengan Evangelina.

“Tidak ada gunanya ribut ribut,yang jelas, dua orang guardian sudah gugur dalam tugasnya,yang harus kita lakukan adalah memberi penghormatan setinggi tingginya dan melanjutkan tugas mereka” ia mendekap alkitab erat erat “Semoga mereka mendapat tempat yang layak disisi Tuhan” bisiknya dalam doa.

Selebihnya anggota guardian yang lain sama diamnya denganku.
“Pertanyaannya adalah,siapa yang bisa melakukan ini?” Boraknitchov menatap langsung kearahku. “Sudah 10 tahun ini,semenjak kau bergabung belum pernah kita mengalami kekalahan sampai kehilangan sepasang guardian terbaik kita”

Aku membalas tatapan Boraknitchov,

“Setidaknya kita tidak akan tahu tujuan mereka jika tidak memeriksa apa isi disket itu,kan?” jawabku tenang.

Tampaknya rekan rekanku sependapat, mereka diam saja, dan bagiku itu artinya adalah persetujuan.
dapat kurasakan ujung jariku mendingin.
kubuang tiap pikiran yang tidak perlu,aku tidak ingin memikirkannya lebih jauh,
kami semua menuju ruang monitor dan data untuk mengetahui apa isi kepingan cakram padat yang disertakan bersama jenazah para pejuang terbaik kami.
apapun itu,hal semacam ini baru pertama kalinya terjadi sepanjang sejarah Paladin.

Aku sempat mendengar Caesar berbisik pada Vladimir Romanesque,
partner Evangelina yang juga salah satu anggota guardian yang paling lama bergabung dalam organisasi pemusnah undead ini.

“Belum pernah…Stast seberani ini…”

Stast kah yang melakukannya? Jika ini bukan cara Stast…lalu siapa?
Well,kuakui hal itu menggangguku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:56 am

(Lanjutan)




Ari

____________________________________
____________________________


Aku tercengang ketika melihat apa isi disket tersebut,
rencana invasi yang matang.
sampai pada rincian yang sedetil detilnya mengenai penyerangan.

Awal mula invasi akan dilakukan lewat udara,bukan pasukan zombie yang akan datang berbondong bonding seperti biasanya.
dan titik utama yang diincar adalah gedung Domain of World.
sebuah pusat perkantoran termegah yang berada di Washington DC,Amerika serikat.

Sejak beberapa daerahnya menjadi sasaran invasi,
Negara terseut memperkuat pertahannya, hanya ada beberapa daerah terpencil yang tidak memiliki sistem komunikasi dan sarana perlindungan yang memadai yang memungkinkan untuk para undaed memulai serangan,

Kota besar seperti New York atau Las Vegas,semuanya memiliki jaminan terbebas dari virus,
baik itu pemindaian maupun proses karantina yang ketat,semua dilakukan demi mempertahankan wilayah mereka.
dan gedung itu juga terkenal memiliki system keamanan dan pengawalan yang canggih.
bahkan menurut beberapa informasi,Amerika adalah Negara dengan wilayah yang terbebas dari jajahan undead terbanyak kedua setelah Rusia,dan Gedung itu menjadi salah satu bukti kuat mengapa kaum undead tidak bisa menginvasi Washington DC dan sekitarnya.

Kudengar pula bahwa keamanan disana sudah diperketat.

“Ini tantangan” ujarku pada anggota guardian yang lain “Ini adalah tantangan bagi kita,mereka ingin bertaruh dengan menyerang gedung perkantoran dinegara dengan system keamanan terbaik didunia”
Alexander Boraknitchov mengangguk setuju.

“Ini pernyataan perang terang terangan”

aku tidak dapat menyembunyikan kekhawatiranku.
Domain of World adalah…

“Rapat dibubarkan” kata kata Boraknitchov membuyarkan lamunanku.
“Kalian masing masing sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk menghentikan mereka”

Aku melangkah gontai saat keluar dari ruang monitor. Daina menyambutku sekeluarnya aku dari ruangan dengan berpasang mata seakan menuduhku.

“Kakak!” ia menghampiriku cepat.

“Ada apa Daina? Kau tahu kan’ orang luar dilarang masuk bangunan utama…”

“Dia bersamaku” Mikia menambahkan,disampingnya Ryo berdiri,menatapku bersemangat. “Kupikir dia punya hak untuk tahu kalau ada perkembangan”
aku tidak dapat mengelak,Mikia benar,
Daina punya hak untuk tahu.

“Tasuku…ada kabar tentang Tasuku?” Daina mulai panik
aku menggeleng. “Nanti saja bicaranya,sekarang keluarlah dulu, nanti malam aku akan pulang lebih cepat dan kita bicara” aku yang mendapatkan tatapan tidak senang dari Boraknitchov segera memutuskan.
Daina mengerti, ia tidak menunggu lagi dan segera berlalu dari tempat itu, ia sempat melihat dengan sorot mata sedih kearahku.
aku tidak bermaksud mengacuhkannya,aku hanya agak butuh sedikit waktu untuk berpikir,dan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

“Gadis yang malang” hanya itu komentar yang keluar dari bibir Boraknitchov,
Aku terdiam.

“Jika hal yang paling kau takutkan terjadi,apa yang akan kau lakukan?” tanya nya.
Mikia dan Ryo ikut terdiam menunggu jawabanku.

“Jika demikian” jawabku,menatap bayangan punggung Daina yang semakin menjauh.
“Akan kupastikan bahwa aku tidak salah, akan kupastikan bahwa yang kumusnahkan adalah musuhku,”

Aku adalah laki laki,betapapun sedihnya,
pilihanku adalah apa yang ingin kusimpan dan apa yang ingin kubuang,
aku harus memiliki kebijaksanaanku sendiri,

Yang ingin kusimpan dan kubuang...


“Aku hanya bisa terus bertempur dengan melindungi apa yang seharusnya kulindungi!”



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:57 am

Daina.



Pukul 21:56 malam.

__________________________________
_____________________________



Malamnya,aku lebih memilih mengurung diri dikamarku.
markas paladin masih seperti dunia asing bagiku.sekalipun aku sudah terbiasa dan beradaptasi dengan lingkungan aneh yang belum pernah kutemui sebelumnya ini.

Aku tahu aku disini demi kebaikanku,dan aku bebas berkeliaran mengekplorasi berbagai bangunan,berjalan jalan melihat lihat berbagai hal di sini.
baris berbaris para prajurit Paladin,misalnya…,berbagai macam latihan mereka,
hal hal menarik yang tidak pernah kulihat.
kakak tidak pernah mengekangku,hanya jika bersama Mikia aku bebas berjalan jalan ke kota,atau menonton,
tapi hari ini aku malas melakukan segala hal,kepalaku kosong.

Aku juga tidak ingin menolak niat baik orang orang yang ingin melindungiku,
Disinilah tempat teraman yang kutahu…

Kak Ari mengetuk pintu kamar tepat ketika aku hendak beranjak untuk mengambil segelas air putih.
aku membukakan pintu dengan agak tidak sabar,berusaha agar raut penuh keingintahuan yang terpancar dari wajahku tidak akan membuat kak Ari sungkan dan menutup nutupi kenyataan apapun agar tidak membuatku bersedih.

“Kita harus bicara” katanya padaku.
aku menurut dan mengikutinya duduk disofa berwarna magenta yang kusukai,tempatku bermalasan setiap harinya hingga aku capek sendiri.
kulihat kakak diam saja, aku juga tidak tahu harus mulai dari mana,jadi kuputuskan diam saja,
setelah sekian lama kuperhatikan pemilik mata tajam berwarna sehitam arang didepanku tak bergeming,jadi aku bangkit dari dudukku,bermaksud mengambil gelas.

Aku tak dapat menyembunyikan keterkejutanku ketika ia menarik tanganku.

“Jangan pergi” pintanya.
aku kebingungan.

“Kak…sakitt”
kakak segera tersadar bahwa ia telah mencekal pergelangan tanganku terlalu kuat.

“Maaf…” ucapnya menyesal,
aku menyerahkan segelas air putih padanya, dan mengambil segelas lagi untukku sendiri.

“Ada apa sebenarnya…? Apa orang itu sudah diketahui keberadaannya?” tanyaku “Stast The Origin, orang yang pergi bersama Tasuku…”aku melanjutkan.

Kakak meneguk air pemberianku setelah ia kelihatan agak tenang untuk menjawab pertanyaanku.

“Dua orang anggota guardian telah tewas” katanya.
bahkan gadis bodoh sepertiku pun tahu itu adalah hal mengejutkan,
gugur dalam bertugas tidaklah aneh, tapi,anggota paladin, terlebih lagi guardian,
hal itu…

Yang aku masih belum mengerti adalah,
apa hubungannya dengan pertanyaanku?!

Segera saja kak Ari menceritakan panjang lebar tentang segala yang mungkin ia tahu, semuanya,
termasuk tentang rencana penyerbuan para undead,
tantangan bagi Paladin, dan pengumunan perang terang terangan yang mengguncangkan.

“Mereka tidak akan berpikir sampai kesana jika tidak ada kartu As” kata kak Ari.
aku yang bodoh ini pun tahu itu.

“Maksud kakak…tidak mungkin,kan?” aku mulai was-was.
kak Ari menutup matanya dengan tangan dan bersandar pada sofa.

“Mereka ingin menyerang Domain Of World”
aku menutup mulut dengan kedua tanganku,menahan jeritan kecil yang mungkin akan keluar.

Itu adalah kantor utama Robert Clarken,
tempat yang saat ini dipuja oleh seluruh umat manusia,tempat yang…jangankan undead, hukumpun sulit menjamah mereka,
dan setahun belakangan,sejak vaksin 50% itu dirampas dari Tasuku,
pengaruh dan kekuasaan C.corp tertancap semakin kuat, ia mengendalikan sepertiga ekonomi dunia,

“Clarken memperkuat pengaruhnya di Eropa dan Asia setahun terakhir, jika setengah dunia dikuasai undead,maka setengahnya lagi kini bisa dibilang milik si busuk Clarken” kak Ari tersenyum kecut “Salah satu alasan tidak ada yang membelamu,bahkan walaupun kau telah membeberkan semua fakta dan kejahatan orang itu”

Aku mengangguk setuju.

“Tapi mungkinkah? Dia kembali…untuk balas dendam…” aku kembali teringat
masa masa sulitku dimana Kak Ari mengupayakan segala hal agar aku tidak tersakiti,dengan menggunakan kekuasaan Paladin,melanggar apa seharusnya tidak boleh ia langgar dengan mengikut campurkan pekerjaan dan urusan pribadi.
Entah apa yang dipikirkan Alexander Boraknitchov sehingga ia memberikan begitu banyak kelonggaran untuk kakak…

“Dia pasti tahu…Daina menderita begitu hebat disini…” jawab kakak.“Bukan sifatnya untuk menambah lagi”

“Tapi kalau benar?!” aku memandang kak Ari. “Kalau ternyata benar dia?!”

“Bukan dia!” kak Ari membuang muka menghindari tatapanku. “Bukan dia…semoga bukan dia!”
aku tahu yang kami pikirkan sama, dan aku sangat cemas.

“Aku ikut kalau kakak pergi kesana!” putusku, kak Ari menampakkan wajah seperti habis tersengat listrik mendengarnya.

“Jangan bercanda! Apa yang kau pikirkan?!”
aku tahu kali ini aku akan membantahnya.

“Aku ikut! Aku ada hak untuk tahu apa yang terjadi!” teriakku. “Aku istrinya! aku juga berharap dia masih hidup,dan tidak disana!”
kak Ari terdiam.

“Bagaimana kau menjaga dirimu? Tidak ada yang mau melakukannya untukmu, kami semua sibuk dengan urusan kami masing masing!” balasnya berusaha tetap tenang.

“Mikia mau melakukannya untukku” jawabku. “Ia sudah berjanji”
Aku tahu ia sangat marah sekarang,tapi aku sudah bertekad tak’kan mengalah,
terkadang,aku merasa kak Ari seperti sengaja menahanku disini…

“Kumohon,kak…aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri,aku mencari jawaban yang sama denganmu sekarang!”

“Aku tidak mau kehilanganmu”suara kak Ari melembut, seperti bergumam,
kupikir aku salah dengar, “Hampir semua guardian ikut,itu rencana nya, kami akan mempertahankan satu Negara dan ini misi yang sangat penting” katanya. “Aku akan mengajakmu, asal kau mau berjanji, untuk tidak pergi selangkahpun dari Mikia, jika keadaan memburuk,kau bisa segera dilarikan menjauh dari medan pertempuran”
aku mengangguk menyetujui syaratnya.
kak Ari menghembuskan nafas tak senang.

“Rahasiakan ini pada orang lain,aku akan membawamu diam diam, jangan katakan pada siapapun selain Mikia,bahkan pada Yudas atau Ryo sekalipun,mereka tak’kan setuju,aku akan menjagamu dengan nyawaku” katanya lagi.

Ia bersiap hendak pergi lagi,aku melihat heran kearahnya,
kakak jadi aneh akhir akhir ini?!

“Mau keluar lagi? Ini sudah jam berapa…” aku mengingatkan sambil melihat kearah jam yang menunjukkan bahwa hari sudah larut.

“Kalau kuperhatikan,kakak akhir akhir ini jarang tidur dirumah…apa aku mengganggu?!”

Kakak menggeleng. “Bukan itu masalahnya,aku hanya banyak pekerjaan”
Rasanya aku pernah mengalami hal ini sebelumnya,entah dimana,
seperti De Javu.

Ia meraih tanganku dan menempelkannya ke pipi.
“Apa kau merasa bisa melakukan apa saja karena cinta?”
“Iya,” jawabku “Menghadapi bahaya sekalipun tidak apa, karena aku yakin perasaan Tasuku akan selalu melindungiku”

Kak Ari menatapku amat dalam, aku bertanya-tanya dalam hati apa yang salah dengan jawabanku barusan.

Tanpa mengucap sepatah kata ia pergi,punggung tegap itu menghilang dibalik pintu.

Aku segera sadar saat De Javu itu kembali membayangiku.
tatapan kakak barusan, bukan tatapan seorang kakak pada adik perempuannya seperti yang selama ini ia tunjukkan padaku.

Tasuku…dulu aku pernah mendapatkan tatapan yang sama dari Tasuku…
sorot mata yang sakit karena cinta yang menyesakkan…
yang meluap dan perlu pelampiasan…

Astaga!
mustahil,pikirku.
tidak mungkin kakak…

Aku merasa bodoh sekali berpikir demikian, kakak adalah kakak Tasuku,kakakku juga, kami adalah keluarga.
jadi' mustahil ia punya perasaan tertentu, aku merasakan kasih sayang yang sangat besar,ya,pasti karena itu!

Kakak adalah kakak,selamanya akan tetap seperti itu,
kami adalah saudara,kami adalah keluarga,
bagiku.

Tapi bagaimana dengannya?!




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:58 am

Ari.


____________________________________
____________________________

Apa yang kulakukan barusan?
walau sekejap,aku ingin bersamanya,lagi lagi…
tidak boleh terlalu sering berduaan dengannya,aku tak tahu kapan perasaan yang mengganggu ini menguar…
apalagi sejak aku menetapkan rasa cinta ini,sejak aku tidak lagi berusaha membantahnya,
tapi aku tidak akan menyatakan apa-apa,
sudah benar begini,
Daina percaya padaku,itu saja sudah bagus,dan aku sudah puas hanya dengan begini, aku tidak ingin menambah masalah lagi.

Tasuku…
ada sisi dihatiku yang menampakkan kecemburuan yang nyata setiap kali Daina berkata ‘mencintainya’…
apa yang kupikirkan?!
aku bukan orang serakah yang menginginkan apa yang tak kumiliki,
sedikitpun tak ada niat dihatiku merebut Daina…,tapi…
yang jelas,aku hanya harus melindunginya, hanya itu.

Persetan dengan perasaan bodoh ini,aku bisa menjadikan rasa cintaku pada Daina sebagai kekuatanku,
aku akan mengubahnya menjadi kekuatan bagiku.

Sebagian nuraniku bertanya tanya bagaimana jika Tasuku kembali?
tentu saja aku senang, aku senang mereka bahagia,
jika ada hal yang paling membahagiakanku,adalah melihat orang-orang yang kusayangi dan ingin kulindungi bahagia,hanya itu,
aku hanya ingin hidup berdampingan dengan Tasuku,hanya itu,
selamanya kami tetap saudara,selamanya kami tidak akan menjadi musuh,
tapi,jika Tasuku berubah,bagaimana?

Aku akan berusaha membawanya kembali,
demi Daina,dan demi hatiku,
jika disuruh memilih,antara Daina dan Tasuku,aku akan memilih keduanya,
dan apa yang kubuang?

Perasaanku,
kalau ada satu hal yang akan kusingkirkan,yang itulah yang akan kubuang.

demi adikku,kebanggaanku,
dan kebahagiaan wanita yang merupakan harta karunku yang paling berharga didunia ini,

Aku menyadari,
kalau posisiku sebagai kakak,
sebagai laki laki,
dan sebagai manusia diuji disini…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:59 am

Mikia.

____________________________________
___________________________


Domain of world,Washington dc, Amerika serikat,
Gedung perkantoran dan pusat perdagangan terbesar didunia.
_____________________________________
___________________________

“Lantai paling atas,ya?”
kakek menyentuh bahuku,menyentakkan ku dari keasyikanku melihat lihat.

“Ah,ya” jawabku sekena nya,"Kakek,ah! Mengganggu saja… padahal jarang jarang aku menjalani misi sepenting ini, aku juga ingin sedikit hiburan,kan!"

“Kita kesini bukan untuk pelesir,Mikia” kakek mengingatkan tanpa memandang padaku, padahal kalau saja kakek bisa melihat wajah cemberutku sekarang…
jadi jurus ‘Muka Bayi’ ku tidak berlaku lagi mulai sekarang.

Aku dan kakekku bermaksud mendatangi orang kaya bernama Robert Clarken itu.
kemegahan yang terlihat sejak pertama kali memasuku gedung ini sungguh meyakinkanku bahwa ia bukan orang kaya biasa,
dan karena hampir semua orang dikota ini bekerja di gedung besar tersebut,
kami tidak bisa diam saja menjalankan tugas tanpa mengevakuasi orang orang,kan?

Masalahnya, tidak semua orang setuju dievakuasi,
kabarnya si tua Clarken ini memberikan sanksi pemecatan bagi orang orang yang tidak bekerja bahkan untuk dua hari saja…

Benar benar keterlaluan!
aku menggertakkan gigi,
masa’ bisa memperlakukan manusia seperti barang...Payah!

Aku memang pernah dengar dia adalah diktaktor keji bagi para pegawainya,
perusahaan kimia miliknya berkembang pesat setahun belakangan,
dan dia menjadi pengusaha paling kaya yang menguasai sepertiga ekonomi dunia,

Berkat serum yang ia kembangkan,vaksin yang dapat mengobati infeksi hingga setengahnya, harga obat itu sangat mahal!
bahkan kami, Paladin pun hanya mendapat stok terbatas dari pemerintah di Negara seluruh dunia,

Selain Clarken,hanya kami yang bebas menggunakan vaksin itu untuk kepentingan misi,

Apa,sih! Orang bodoh dan kejam begitu, kok bisa meraih posisi sama kuatnya dengan Paladin?!

“Mikia” tegur kakek disebelahku,aku menoleh.
“Jangan katakan apa apa pada kapten mu,kita datang kemari”

“memangnya kenapa?” tanyaku, aku merasa tidak nyaman main rahasia-rahasia dengan Ari, tahu kan’ dia salah satu sahabatku,
tapi kalau diminta oleh kakek,berarti itu hal penting yang mendesak, walau demikian aku tetap saja harus tahu alasannya.

“Karena dendam” kata kakek,memupuskan rasa penasaranku, “Bukan hal yang bisa dimengerti olehmu, tapi ini penting baginya, Aryanov Gabriel bukan orang yang mudah memaafkan orang yang telah membuatnya kehilangan orang yang paling berarti baginya,”
aku pernah mendengar desas-desus nya, adiknya terinfeksi, dan sekarang ia menghilang entah kemana, itu semua gara gara orang bernama Robert clarken yang ingin mengusai penelitian adiknya,

Bisa saja aku membicarakannya pada Daina,tapi aku terlalu takut ada banyak dari pertanyaanku hanya akan membuat Daina bersedih, susah payah ia bangkit dan kembali tersenyum, masa aku tega menyakitinya dengan mengorek kejadian buruk yang pernah membuatnya terpuruk?

Aku mengangguk angguk,sambil menunggu elevator itu bergerak perlahan,aku mengajak kakekku bicara,

“Hei,kakek,” ujarku, “Kedatangan kita disini, untuk apa sebenarnya?”
kakekku mengelus janggutnya, berpikir sejenak,
mata tua yang bijak itu kelihatan memikirkan jawaban paling tepat yang sekiranya dapat kumengerti dengan mudah.

“Berunding” jawab beliau kaku. “Sebenarnya,Robert Clarken sangat yakin bahwa tempat ini adalah fasilitas Negara teraman selain markas Paladin kita di Rusia, tapi siapa yang tahu? Kita patut berhati hati dan memperingatkannya, bahkan jika bisa, membujuknya agar mau menuruti kita mengevakuasi seluruh warga kota,ini kota besar yang penduduknya tidak sedikit,"
"Domain of World sendiri adalah pusat pergerakan, transaksi bisnis, dan perdagangan terbesar, hampir semua pengusaha besar menanamkan modal dalam jumlah yang tidak sedikit disini”
“Tentu kau sudah tahu seperti apa kekuasaan C.Corp saat ini, sepertiga ekonomi dunia,kerajaan bisnis yang berkembang pesat hanya dalam waktu satu tahun,”

“Paham,deh,hidup semua orang bergantung padanya…” potongku,
kakek menghela nafas,terlihat amat lelah.

“Bagaimana ia memperbudak orang lain bukan urusan kita, yang harus kita lakukan adalah, menjaga keselamatan orang, memperkecil korban yang jatuh-karena korban adalah hal yang tidak bisa dihindarkan-dan memenangkan perang terhadap para undead, tentu saja, tapi dengan peraturan yang ia terapkan sekarang, aku ragu, mungkin akan ada lebih dari ratusan juta jiwa yang tidak dapat meninggalkan kota ini”

Aku menggertakkan gigi.
“kejam! Jadi kita memohon padanya?! Aku tidak sudi memohon pada orang yang telah menyakiti teman temanku sedemikian rupa!”

“Dengar,Mikia,bukan saatnya merajuk,ini demi kepentingan orang banyak, masalah salah satu anggota Paladin bukanlah beban semua anggota, kita bergerak demi keselamatan banyak orang”
kakek memberikan penekanan pada suaranya.
aku terdiam,

“Hilangkan perasaanmu, jangan biarkan dirimu dikuasai emosi, Paladin mendidik prajuritnya dengan pengendalian diri yang kuat, kau tidak akan bisa menolong penderitaan orang lain jika kau belum bisa mengendalikan
perasaanmu sendiri”

Yah,aku mengakui ucapan beliau benar...

Selanjutnya pintu kaca itu terbuka, kami telah sampai kelantai teratas gedung perkantoran termewah didunia ini,
harusnya aku tidak bicara apapun pada kakek.
jadi beginikah cara Ari mengatasi masalah? Dengan membunuh perasaannya setiap waktu?!

Ah, aku memang masih begitu hijau jika dibandingkan mereka semua,
terbayang olehku Solomon dan Messiah yang gugur dalam tugas, aku bertanya tanya dalam hati, apa mereka puas dengan kematian mereka?

Apa salah jika aku berpikir akan membalaskan kematian rekanku?
kejadian ini sama seperti soal kematian orang tua ku,
pun aku dan mereka sama sekali tidak bisa dibilang akrab, tapi perasaan ini…
perasaan bahwa aku tidak akan bisa melihat mereka lagi,
tidak bisa mendengar suara mereka lagi…

Paladin menganggap mati dalam tugas adalah hal yang biasa,
tapi aku tidak seperti itu.
suatu saat jika aku sedang sendirian,tidak ada siapapun yang melihat, aku ingin menangis diam-diam untuk mereka yang telah tiada.

“Anda sudah membuat janji,tuan?” Seorang yang memakai setelan kantoran rapih menyambut kami, ia juga membungkuk hormat padaku dan kakek.
sepertinya kakekku sudah membuat janji sebelumnya, benar juga, siapa yang akan menolak jika sang Jendral besar Paladin yang datang berkunjung.
kakek mengajakku karena ingin aku banyak belajar, hanya itu.

Tak lama kemudian, kami berdua dibawa kesebuah ruangan mewah,aku cukup terkesan pada penataan sofa nya yang sangat berkelas, ini kurahasiakan, tapi aku punya selera cukup baik dalam menilai perabot!

“Maaf sudah lama menunggu,Mr.Clarken akan segera tiba sebentar lagi” Suara lembut renyah membimbing mataku untuk melihat,

Ivanka Mendez! Aku pernah lihat dia dibeberapa majalah mode, dia seorang model terkenal pemenang kontes kecantikan dunia yang kabarnya menjadi sekretaris pribadi presiden direktur perusahaan C.Corp,
aslinya jauh lebih cantik!

Kadang aku takut sekali aku ‘Tidak Normal’ karena suka melihat gadis cantik, memikirkan rasa sukaku pada Ryo membuatku tenang,
tapi Ryo juga sama saja! Tidak pernah memperlakukanku seperti seorang gadis!

Laki laki paruh baya gemuk muncul, menyalami kakek, dari perangainya, aku langsung tahu bahwa inilah Robert Clarken

“Tidak bersama Gabriel, eh?” ia melontarkan kata kata seperti menyindir kakek.

“Masalah itu tidak ada hubungannya dengan kedatangan kami sekarang,” potong kakek cepat, kaku, seperti biasa.
wajah Robert Clarken mengerut.
Ivanka mendez berdiri dibelakang tempat sang milyuner duduk,memperhatikan.

“Ada kepentingan apa…sampai sang pemimpin organisasi elit Paladin bertandang ke gubukku ini…? Pasti bukan soal yang yang sepele,kan?”
dalam hati,aku berkata kalau aku sama sekali tidak sependapat bahwa gedung megah ini adalah 'gubuk'?
kakek segera menjelaskan duduk persoalannya.
Robert Clarken mendengarkan, ekspresi bosan terpampang jelas diwajahnya.

“Kami minta kerja sama anda untuk mengosongkan kota ini secepatnya,atau memindahkan aktivitas pekerja ke tempat lain sementara waktu” ujar kakek.
tampaknya hanya kalimat terakhir yang disimak oleh Robert Clarken, ia menggut mangguk sebentar dan memasang tampang berpikir,

“Sementara itu berapa lama, monsieur?”
“Batas waktu yang tidak ditentukan” jawab kakek, “Kita harus tunggu keadaan menjadi aman dan mendingin terlebih dahulu”

Betapa kagetnya kakek melihat presiden direktur C.Corp itu terbahak bahak.
“Apa anda tidak waras, tuan? Berapa kerugian yang akan ditanggung perusahaan saya bila melakukan itu, ratusan juta dalam dua hari saja, dan berapa banyak uang yang terbuang jika saya melakukan itu untuk batas waktu yang tidak dapat ditentukan?!”

“Apakah anda tidak pernah memikirkan banyaknya korban yang mungkin akan jatuh?”Tanya kakek.

“Gedung ini sendiri adalah tempat teraman didunia, Negara ini juga, adalah Negara adidaya kuat yang memiliki pengaruh,dan sistem keamanan yang terbaik-kecuali mungkin markas Paladin di rusia-lantas, apa yang harus ditakutkan?” ujarnya mengibaskan tangan.

“Dua orang Guardian tewas”
aku tertegun menatap kakek yang benar benar berusaha menyembunyikan kegalauan hatinya, matanya yang menyiratkan kebijakan itu menatap Robert Clarken tajam.

“Ini hasil dari meremehkan mereka” lanjutnya.
tapi Robert Clarken terlihat tidak terpengaruh

“Wah-wah,kalau mereka sampai gagal,tentu itu menujukkan ketidak mampuan Paladin,tuan Boraknitchov”
aku berdiri gusar, akan kuhajar orang ini!

“Mikia!” gertak kakek padaku, tegas dan kasar.
gerakanku terhenti seketika.
kakek berdiri dan memberi tanda padaku untuk mengikutinya.

“Pikirkanlah lagi soal permintaan kami” kata kakek seraya keluar dari ruangan itu,
”Kau salah besar mengira musuh yang kau ingin hancurkan bisa hancur dengan mudah,karena 'dia' yang namanya tidak pernah disebutkan lagi dan sejarahnya yang menghilang akan datang dengan kekuatan iblis yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya dan mengambil semuanya, apa saja yang pernah kau rampas darinya” lanjutnya tanpa menoleh.

Aku bingung apa maksud kata kata kakek barusan?
tapi Robert Clarken menjadi pucat pasi dalam sekejap saat aku menatap ruang tamu pribadi itu untuk terakhir kalinya.

“Kakek! Tunggu!” susah payah aku mengikuti langkah kakek, kenapa kalau berjalan biasa aku mudah tersandung,sih?
Grabak-grubuk begini…,Tidak bisa jadi anak manis seperti Daina, pantas saja Ryo tidak pernah melihatku sebagai anak perempuan…

“Maafkan Mikia,kek” ujarku menyesal “Dia secara tidak langsung bilang Paladin payah,kan! Padahal kita manusia biasa, bukan manusia sempurna yang serba bisa,kan!” protesku.

Kakek mengusap rambutku sambil jalan.
“Mikia, kalau kau merasa marah itu wajar, kau adalah salah satu dari Guardian yang bekerja untuk Paladin,betapa sulitnya tugas itu,kau yang paling tahu,jadi kau berhak untuk marah” kata kakek tetap tenang.
mirip Ari! Membosankan! Ari kalau tua pasti jadi begini juga…
kakek-kakek cool, aku jadi ingin tertawa.

“Tapi bukan berarti kau tidak harus menjaga kelakuan dan sopan santunmu pada orang lain”

“Bukankah kakek yang mengajarkan untuk tetap pada prinsip selama yang kita lindungi itu kehormatan dan kita yakin kita benar?”

“Sudut pandang tiap orang berbeda,Mikia, bahkan terkadang ada dua pihak yang sama sama merasa dirinya benar, dan karena pemikiran semacam itulah, kita jadi mengenal istilah ‘perang’ selama ini”
aku jadi merasa malu dinasehati begitu oleh kakek.
dalam hati aku berjanji akan lebih memperbaiki diri lagi.

“Kakek, tadi…waktu kakek bilang ‘dia yang namanya tidak pernah disebutkan lagi akan datang’, itu apa maksudnya? Siapa yang kakek bicarakan?!”
aku begitu penasaran.
kakek kelihatan berpikir sejenak.

“Apa yang kupikirkan pasti tidak jauh berbeda dengan apa yang dipikirkan Aryanov Gabriel” katanya tanpa bersedia menjelaskan lebih jauh padaku.
aku tidak berani bertanya lebih jauh,
karena membaca gelagat 'Orang tidak akan suka urusannya dicampuri orang lain yang tidak ada hubungannya'.


Dan kami juga sama sekali tidak membicarakan masalah tersebut hingga kami meninggalkan Washington D.C hari berikutnya,
dalam perjalanan kembali ke markas.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 9:59 am

Stast.

_________________________________________
__________________________________


Centralia,tempat persembunyian sekaligus kediaman Stast the origin,


_________________________________________
__________________________________



Sulit bagiku mengalihkan pendengaranku dari suara piano yang mengalun merdu itu,
ia memainkannya membelakangi kami,
tak seorangpun berani mengusiknya ketika ia sedang asyik begini.

Dan kini ia telah selesai memainkan partitur terakhir dengan sempurna. Aku menikmati setiap dentingan yang dihasilkan oleh permainan terbaik yang pernah kudengarkan selama ini,

“Menakjubkan,…,indah sekali” aku memuji bersungguh sungguh,

“Chopin” katanya berbisik,tanpa melihat padaku “Musik klasik adalah yang terbaik,menurutku”
aku setuju dengan pendapatnya.

“Stast…” Rajaku bangkit menampakkan wajahnya, “Sudah kau lakukan apa yang kusuruh?” ia bertanya, rambut emas itu berkilauan tertimpa cahaya bulan.

“Sudah kulakukan semuanya,sesuai perintahmu” jawabku.
ia berputar anggun,sekarang kami bertatap muka,
sorot matanya adalah perwujudan nyata dari kesedihan dan penderitaan.

“Rencana apa?” Luciferina menyela, “Aku tidak diberitahu apa apa,Stast”

“Bukan apa apa, lagipula mengikutkan kau tidak akan merubah apa yang akan terjadi, yang akan terjadi tetap saja terjadi.” Jawabku.

“Aku punya rencana lain untukmu,Ferina” kata sang raja.
“Kau carilah manusia,dan gunakan ini” ia menyerahkan tabung kaca yang terbuat dari berlian,

“Apa itu?” tanyaku, aku menyukai barang barang indah, sudah tentu aku terpukau oleh warna warni menarik yang berpendaran didalam sana.

“Virus model baru” kata sang raja. “Aku membuatnya untuk mempermudah rencana kita”
bola mata Luciferina berkilat jahat.

“Maukah kau…menjelaskan pada kami, apa kelebihannya?”
sang raja tersenyum dingin.

“Virus ini sudah dikembangkan, jauh lebih ganas daripada virus terdahulu.siapa saja yang terinfeksi virus model baru itu,dia hanya butuh waktu tidak lebih dari satu jam untuk mengakhiri proses mutasi”

“Dengan kata lain, mempercepat proses mutasi sepuluh kali lebih cepat dari mutasi normal” ujarku.

“Luar biasa…” Luciferina memandangi isi tabung itu dengan takjub.
tapi sejurus kemudian ia masih menampakkan wajah seakan tidak mengerti,

“Apa yang akan kita lakukan pada manusia yang kau suruh kumpulkan?!” katanya.

“Bekerja sama” jawab raja kami tenang. “banyak juga didunia ini orang orang yang menyenangi kekacauan yang terjadi,kalian tahu kenapa? Karena apapun yang mereka lakukan,akan selalu luput dari perhatian publik,bahkan meski terjadi kesalahan sekalipun,mereka telah memiliki kambing hitam yang amat berharga,kaum undead”

“Jika kita bisa manfaatkan dengan baik, kita bisa menyelundupkan virus itu dengan aman,kita manfaatkan kelemahan itu,dan mengirimkan virus ini,” ia memutuskan kata katanya sejenak,“Serang dari dalam…”

Aku tidak dapat menyembunyikan keherananku,
ide yang gila,berani dan tidak masuk akal.

“Bagaimana dengan Paladin? Apa kau telah menghitung kemungkinan mereka menyadari rencana ini?” kelihatannya masih perlu sedikit waktu bagiku untuk berpikir.

Raja kami menatapku tanpa ada seulas senyuman pun dibibirnya.
ia menyentuhkan jarinya pada tuts piano, yang berdenting dalam tekanan lembut.

“Tidak ada yang tahu, siapa yang berada dibalik semua ini, mereka masih mengira ini ulahmu,Stast,meski mereka mungkin sedikit bingung karena ini hal yang tak pernah terjadi sebelumnya,mereka tidak akan mencampur adukkan antara fakta dan firasat yang belum pasti."
"Dan pasti akan bersorak gembira, menyangka kau akan datang sendiri ketangan mereka, dan mempersiapkan panen menangkapmu” Ia mengerjapkan matanya.

“Balas dendamku baru saja dimulai” katanya mendesah."Aku akan bertemu lagi dengannya disana,dan setelah itu kita akan melihat siapa diantara kami yang akan bertahan hidup sampai akhir…!”

Ia telah belajar lebih banyak dari apa yang bisa kuajarkan padanya,
hingga rasanya tak ada lagi yang bisa ku ajarkan,
justru ia sendiri lah yang berkembang pesat,
satu hal,
ia bukan lagi laki-laki yang idealis akan baik dan buruk,ia yang sekarang,telah terlahir kembali,
tidak ada seorangpun yang dapat menghentikan ia yang sekarang,
bahkan Aryanov Gabriel sekalipun,
benar,tidak seorangpun...



Dendam,ya.
Kata yang menakutkan.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:00 am

Ari.

Tiga minggu kemudian.


Washington D.C-district of Columbia-dulunya adalah ibukota Amerika serikat,
bertahun tahun lalu,jauh sebelum invasi terjadi,
dan merupakan wilayah federal yang berada di bawah pemerintahan dan perlindungan Amerika secara langsung.
sekarang kota ini memiliki populasi penduduk lebih dari 600.000 jiwa yang berlindung dibawah pengamanan ketat serta teknologi persenjataan canggih sebagai sarana untuk mempertahankan diri.

Pusat pemerintahan berada di distrik Columbia-juga tempat dimana gedung Domain Of World berada-namun distrik tersebut juga memiliki kota kota lain dengan jumlah penduduk tidak kalah padatnya. Seperti Georgetown atau Alexandria,

Banyaknya invasi mendadak yang telah terjadi makin mengisyaratkan kebutuhan yang tinggi terhadap tempat tinggal yang aman.

Kota ini telah kosong separuhnya,sekarang.
sudut jalanan tampak lengang,meski tetap tampak para pejalan kaki berlalu lalang yang dapat dihitung secara kasar,
aku berdiri memandangi bangunan putih ber arsitektur klasik didepanku,
Museum Holocaust.

Bangunan penting bersejarah yang dipertahankan keasliannya sampai sekarang.
pasukan Paladin yang kupimpin berkumpul tak jauh dari sini,
aku sengaja menyendiri karena berbagai pikiran dan kekhawatiran tentang Tasuku sangat menggangguku.
Mikia berada disamping Daina hampir setiap saat,bahkan aku yang tidak terlalu mengerti perasaan perempuan merasa sedikit terharu melihat mereka saling bantu sampai seperti ini,
Daina pergi bersama Mikia lebih dulu,Mikia lah yang mengantar gadis itu diam-diam dan tanpa sepengetahuan kakeknya,lalu menyembunyikannya.
Daina bersedia tidur di mobil,atau dimana saja-karena dia bukan tipe yang rewel-tapi sebenarnya aku tahu bahkan empat hari sejak tiba disinipun adik iparku hampir tidak tidur sama sekali.

“Kakak sedang apa?”
kepala Daina muncul begitu saja disampingku,
aku terkesiap,

“Kenapa bisa sampai kesini? Mana Mikia?” semprotku,Daina ceroboh sekali, aku benar benar harus memasangkan rantai dilehernya kalau begini terus…
Daina tertawa.

“Aku tersesat…” katanya polos, ia tidak dapat menyembunyikan rasa bersalahnya.
aku yang tadinya ingin marah malah jadi kasihan. “Aku diminta Mikia menunggu,dia bilang mau membelikanku es krim untuk kami berdua,tapi…aku begitu tertarik melihat hal-hal disekitarku,tanpa sadar jadi mengikuti apa saja yang buatku menarik,dan aku lupa jalan kembali…”
Ia menggaruk garuk kepala tidak gatal.
aku mengeluh.

“Untung saja kau bertemu denganku disini…”ujarku lega.

“Aku tahu kakak menghabiskan waktu tiap hari disini,” tukas Daina cepat.
aku mengerutkan alis tidak mengerti.

“Aku sering lihat kakak kesini,” ia mengulang.”Mikia juga sering mengajakku kesini,tapi aku tidak ingin menyapamu,karena takut kau terganggu,kak,dan hanya ini tempat yang kutahu,makanya aku kesini.” Daina tersenyum usil.
aku tahu dia tidak bisa dekat dekat kamp. Prajurit Paladin.
makanya setiap hari Mikia membawanya keluyuran kemana mana,sejauh ini tugas kami hanya bersiaga dan memperketat penjagan,selama belum terjadi apa apa,
selama itulah Mikia bisa bersantai.

Angin tiba-tiba bertiup kencang,rambut Daina yang panjang berkibaran,ia mendekap kepalanya sendiri untuk menghentikan pengaruh angin yang menerpa,tampak kesulitan,
matanya yang berwarna cokelat tanah itu membiaskan aura harapan dan keyakinan yang dalam,
Lagi-lagi aku terpesona,cantiknya…

“Pergilah…berbahaya diluar,” ujarku pada Daina ”Aku akan mengantarmu.”
baru saja aku akan membimbing Daina dari taman Museum itu, ponselku berbunyi.

“Ar! Daina bersamamu?” terdengar suara panik Mikia.

“Ya,” jawabku “Ada ap…”

“Syukurlah…sudah kuduga…” ia menyela “Ar! Bawa Daina jauh jauh!” teriaknya. Pada saat bersamaan aku melihat asap tebal dari langit.
perasaanku tidak enak.

“Merunduk!” seruku menyambar tubuh mungil Daina.
Coat berbahan anti api yang kupakai dapat melindungi gadis itu dari semburan api yang datang dari langit,
tapi keterkejutanku tidak terhenti sampai disitu,
Chimera! Kenapa bisa?!

Aku tertegun,bukankah ada sensor udara…bukankah semua protektor terpasang sempurna…dan invasi dari udara akan segera mendapat respon dari angkatan bersenjata.

Mengapa…tidak terlihat perlawanan apapun di langit…?
ponselku hancur berkeping keping karena terbanting barusan,dasar sial,aku jadi tidak bisa bertanya lebih banyak mengenai situasinya pada Mikia…
Daina merunduk gemetar dipelukanku.

“Jangan sampai kau terpisah dariku…” aku berbisik ditelinganya “kita kembali ke kamp secepatnya…”
aku menarik tangan Daina, kami berlari menuju mobilku,sebentar lagi pasti akan ada banyak Undead yang datang…
Daina masuk kedalam mobil,dan menutup pintunya rapat.

“Rasanya aku merasakan keberadaan Tasuku…” lirihnya.
“Jangan main main…!” desakku seraya menstarter mobil, “Mana ada!”
harus kuakui aku takut dengan ketajaman naluri Daina…
aku melihat Daina sama pucatnya denganku sekarang, aku sangat menyesal memarahinya.
aku berusaha untuk tetap tenang,
aku sudah menduga kalau tantangan ini bukan hanya gertak sambal.
dalam hati aku menyesali kekeliruanku mengikut sertakan Daina dalam rencana gila macam ini,hanya agar dia tidak terlalu sedih memikirkan Tasuku…
brengsek,aku sudah terlalu percaya diri,rupanya,

Dan sekarang yang perlu kulakukan adalah,
mengeluarkan Daina dengan selamat,sesegera mungkin.
tanggung jawabku,karena telah melibatkannya pada situasi menyebalkan ini!




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:01 am

Ryo.



Domain Of World.
_________________________________
____________________

Aku hanya mendengar laporan ada yang tidak beres pada gedung utama,Domain Of World,dan segera memeriksa kemari,
gedung setinggi 800 meter ini adalah yang tertinggi diseluruh dunia,
pusat pengendali teknologi dikota ini,
dan tentu saja, semua sistem pengaman diatur mulai dari sini,

“Aku sudah terjebak,dasar gila” umpatku kesal.

“Jangan menggerutu begitu,wakil kapten” Yudas menimpali dengan santai.

Ada lebih dari 50 zombie yang baru lahir-terlihat dari kondisi tubuh mereka yang belum membusuk-keluar dari semua pintu dilorong tempat kami berada.
mengendus bau darah kami.
kami terkurung disini…!
“Zombie…dari dalam…jadi begitu cara mereka” kata Yudas,”Jika kita membuka jalan keluar,kita akan selamat,tapi mereka juga pasti akan berhamburan keluar”

“Aku tidak mau mati sebagai undead” gerutuku kesal.
Yudas tersenyum.

“Kau hadapi mereka,aku akan membuka kunci digital ini.” katanya lagi.
aku tidak setuju.

“Enak saja! Siapa yang paling ahli mengoprasikan komputer? Aku,kan!”
Yudas menunjuk pada kerumunan zombie itu.mataku mengikuti arah tangannya

“Tipe-mu,tuh! Banyak,kan?” sambungnya pada segerombolan mayat hidup perempuan yang mengenakan seragam karyawati kantoran.
belum busuk,dan masih terlihat segar.
hmmm…

“Biar aku yang bertarung!” putusku cepat.
Yudas menertawakan reaksiku barusan,
ia menoleh pada ruang operasional di sebelah kami yang kosong,saat aku dan Yudas tiba disini,gedung telah kosong melompong,dan kami terkunci disini,ketika akan memeriksa ruang operasional,

Tiba tiba datang gerombolan ‘Pesta besar besaran’ ini tanpa diundang.
ia kembali memasuki ruang operasional itu dan menutup rapat pintunya.
aku menyerang kerumunan bodoh itu, mata mereka sudah putih semua,virus macam apa yang menimbulkan dampak semacam ini?
padahal semalam masih tidak ada yang perlu dikhawatirkan…!

Aku tidak bisa menggunakan bowgun saat dikerubuti begini, aku mencabut belatiku,menggenggamnya ditangan kiri, dan menyiapkan pistol laser ditangan kanan.
yang mana?

Peduli amat,Dua duanya saja,lah!

Aku mulai menembaki mayat yang berdiri dekat denganku,
roboh,aku merasa tidak bisa bisa berkonsentrasi,karyawati itu begitu cantik,kenapa harus jadi zombie,sih?
andai aku bertemu dengannya lebih awal aku pasti tanya nomer teleponnya. Haha…

Aku terus menembak dan merobek musuhku,aku hanya harus bertahan selama mungkin,memberikan Yudas waktu memecahkan kode Password yang bisa membawa kami keluar dari tempat terkutuk ini!

Ups! Salah satu mayat hidup itu mencoba menggigit lenganku.
“Tak semudah itu,sayang” aku menarik pelatuk pistolku,dan sinar laser panas melelehkan kepala si zombie seperti agar agar krim (aku tidak akan pernah makan agar agar krim lagi seumur hidupku)

“Yudas! Sudah belum?” teriakku mulai bosan,mudah sekali menghabisi mayat-mayat ini, tapi aku hanya manusia biasa yang tidak punya energi yang tak terbatas.
yudas keluar dari ruangan operasional itu.

“Selesai” katanya menarik pedang bulan sabitnya dari punggung.Detik berikutnya ia ikut melakukan pemusnahan seperti yang kulakukan,

“Semua lift terbuka,sekarang,kita hanya harus melewati anak-anak nakal ini”
aku mengeluh marah.
selalu saja,ujung ujungnya tidak enak,
zombie memang lamban,tapi selalu merepotkan…

“Lift nya ada diujung sana” sahutku sambil menghalangi satu dua mayat hidup yang bermaksud mengorek otakku. “Kita bisa lari sama sama.”

Kami bergerak maju bersamaan,sambil berlari menerobos kawanan mayat hidup, untunglah koridor ini bukan lorong sempit seperti yang aku dan Ari lewati di Irak dulu,
saat kami mencari sampel darah Stast, bayangkan seandainya mayat hidup itu berjejal sesak dilorong sempit dan kami harus melewati mereka semua berdesak desakan…
Whew,aku mual membayangkannya.

“Aku melihat kamera pengintai yang terpasang diseluruh sudut kota didalam ruang operasional tadi” kata Yudas saat kami terburu buru memasuki lift,
mereka mengejar!
seekor zombie nyaris lolos dan masuk dalam lift,
tepat pada saat saat lift menutup dan kepalanya terjepit disana,mempersulit kepergian kami,
aku menggunakan belatiku untuk memenggalnya,ugh,kerasnya,jasad baru yang belum membusuk…

“Lalu?”

“Kacau…” Yudas meneruskan, “Semuanya kacau,sistem keamanan mati total saat gedung ini terinvasi dari dalam,dan diluar sudah dipenuhi undead…”
aku tercengang, jadi walaupun kami keluar dari sini dan mungkin akan ada ratusan undead yang keluar bersama kami,tidak apa apa,dong?
sebelumnya aku cemas membayangkan bakal dimutilasi oleh Ari.

“Aku telah menghidupkan semua sistem yang mati dan kacau beberapa saat tadi,walaupun mungkin tidak akan banyak membantu,ada banyak sekali undead yang berhasil masuk…” katanya lagi, pikiranku menerawang,

Ini bukan Stast…” desisku,Stast tidak pernah seberani ini…
tapi kalau bukan dia?

“Tidak usah berpikir macam macam.” tukas Yudas “Walau tidak begitupun,kita tetap harus keluar dari sini.”
pintu lift terbuka.

“Kita,terutama kau,punya tugas penting yang harus dilakukan diluar sana”
aku tersenyum mendengarnya.
kadang aku tidak suka Yudas karena dia terlalu kaku,dulu aku segan mendekatinya, tapi kami berteman baik sekarang.

Kami telah mencapai aula raksasa menuju pintu keluar, saat terlihat sosok yang berlari mengejar kami.
“Tunggu! Jangan tinggalkan kami!”
ia seorang wanita yang sangat cantik,bahunya terluka parah bekas gigitan undead.
di belakangnya, ada sosok yang tak asing lagi,pria gendut dengan setelan jas mahal.

“Robert Clarken” aku keceplosan.

“Undead dimana mana!” ujarnya menarik lenganku, “Aku harus keluar dari sini!”
aku merasa jengah,tapi Yudas memutuskan lebih cepat dariku.

“ikutlah dengan kami, kami akan melarikan kalian ke tempat yang aman” ia menatapku,
yah,sebenarnya aku tidak ada urusan apa apa dengan Clarken, Paladin juga melarang kami melibatkan diri pada urusan orang lain,

“Oke,terserah,tapi kalau merepotkan,aku akan tinggalkan kalian disini” jawabku sekenanya.
kami tidak punya banyak waktu berpikir karena ada banyak rombongan mayat hidup mengejar kami.

Wanita cantik disamping Clarken menjerit.
hah! Aku menolong musuh bebuyutan Ari,entah apa yang akan dikatakannya padaku nanti. tapi kebaikan hati Yudas lumayan menggerakkanku,
dan mengingatkanku,bahwa misi adalah segalanya.
kami berlari secepat mungkin sebelum gerombolan merepotkan itu membuat kami terjepit ditengah tengah aula besar.
aku begitu ingin keluar secepatnya,tapi begitu kami menginjakkan kaki diluar gedung,serangan beruntun mengacaukan segalanya.
Chimera…dan ghoul…
semuanya menyemburkan nafas api,apa apaan ini? Makhluk kreasi Stast the origin yang terbaru?!

Belum habis keterkejutanku, aku mengerjapkan mata,tak percaya apa yang terjadi.
Seluruh kota…hampir seluruh kota,yang tadinya salah satu kota termodern,dan termegah didunia…
Sekarang menjadi lautan api.
Aku menatap kebakaran hebat itu dengan mata tak berkedip,

“Yudas…” panggilku “Adakah satu jam sejak kita terkurung tadi?” tanyaku.
Yudas memeriksa arloji antik nya,

“Satu jam,lebih tepatnya,lima puluh tujuh menit sejak kita terkurung didalam”
aku memandang takjub, undead sehebat apa yang dapat merancang penghancuran sebuah Negara hanya dalam waktu satu jam!

Gila! Aku tak’ dapat membayangkan seperti apa pemilik otak secanggih itu, dugaanku semakin kuat,bukan Stast…

“Dia datang padaku…” Clarken tertawa terbahak bahak,aku berbalik kearahnya, apa lagi yang ingin dikatakan orang gila ini?!
baik aku ataupun Yudas menatap heran,apa sih mau nya orang itu?!

“Kerja kerasku…kerajaan bisnis yang kubangun…dengan mempertaruhkan seluruh kekayaanku…!” ia tertawa makin keras. “Apa kau puas sekarang! Kau puas sekarang,hah! Kau tertawa disana…!” teriaknya makin histeris.

Ia menarik pistol didalam jas-nya,kami tidak sempat menghentikan,saat senjata itu meletus kesana kemari, termasuk menembus kepala perempuan di sebelahnya!
perempuan itu roboh seketika dengan kepala berlubang

“Sakit jiwa!” bentakku, “Apa yang kau lakukan?!”

“Jatuhkan senjatamu!”

Robert Clarken tidak menghiraukan peringatanku,dan menembak membabi buta ke udara kosong, aku dan Yudas menjauh,
sial sekali jika harus terkena peluru nyasar disaat seperti ini.

“Aku telah kehilangan segalanya…kau puas?!” Clarken terus berteriak teriak, “Keluar,kau! Maju ke hadapanku! Aku ingin lihat kau jadi apa! Kau sudah puas?! ”

“Belum…”

Kami menoleh pada asal suara itu, suara yang berdenting merdu seperti biola.
aku mengenali sosoknya yang berdiri diatas reruntuhan gedung pencakar langit.
Pirang,ia sama tampannya dengan orang yang pesta pernikahannya kuhadiri dahulu,tentu saja,dan ia masih tetap tampan,bahkan lebih tampan dari yang bisa dibayangkan seorang pemilik imajinasi yang paling baik sekalipun,

Namun ia juga berbeda,ia pucat,
pucat keperakan seperti bulan…

“Yudas! Tunggu!” aku menghentikan Yudas yang sudah bersiaga dengan pedang kembarnya.
aku mengenalnya…sangat mengenalnya,


Dia adik kandung Ari.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:02 am

Ari.


_______________________________________
______________________________


Aku menghentikan mobilku ditengah jalan, hanya sekedar untuk melihat siapa yang berkelahi dengan para zombie di emperan toko,

“Mikia!” aku memanggil namanya,
ia tampak terkejut,berlari menyongsongku,ia segera masuk ke mobil,duduk di belakang bersama Daina.

“Apa yang terjadi?” tanyaku.

“Aku tidak tahu,tiba tiba saja,ada serangan udara,dan aku masih menganalisa suasana saat undead berdatangan banyak sekali, aku sudah menghubungi kamp, Vladimir dan Evangelina ada dipusat kota,distrik columbia, memimpin dua ribu pionir Paladin digaris depan, kakekku bersama Syeikh Ibrahim sedang memimpin empat ribu sisanya di perbatasan kota,
diperkirakan akan ada ribuan mayat hidup yang menginvasi dari arah sana…,” ia mengepalkan tangan “Ryo dan Yudas… ada di Domain Of World,mengecek apakah ada yang tidak beres disana,hingga sistem keamanan yang susah payah dipasang jadi kacau begini”

Aku paham semuanya.
tanpa menjawab lagi,aku segera mengarahkan mobilku ke pusat kota washington, dimana Vlad dan Evangelina berada.
perbatasan diawasi oleh boraknitchov dan wakilnya,itu juga sudah cukup.
pusat kota,tujuanku sekarang.

Aku bertanya Tanya bagaimana keadaan Ryo,tapi mendengarnya ada bersama Yudas membuatku sedikit lega.
Ryo suka tidak serius dan menggampangkan masalah,
tapi Yudas lain,dia cerdas dan penuh perhitungan,aku mengandalkannya saat ini, mendampingi partnerku yang kekuatannya sebanding dengan mulutnya yang besar.

Mobilku membelok kearah distrik Columbia,kota luluh lantak dipenuhi undead.
Aku melihat makhluk makhluk buas itu saling berkejaran korbannya,
baku tembak prajurit paladin sekelas Warrior pun tak terelakkan,
tapi para Warrior Paladin yang tersebar di seluruh kota sudah lebih dari cukup untuk menyelamatkan,mengumpulkan dan membawa para korban selamat ke tempat yang paling aman.

Aku tiba di distrik Columbia tidak tepat pada waktunya.
saat Evangelina menarik benang kaca yang tertaut di tubuhnya,
yang membuatku tercengang,
ia terhuyung jatuh, sekujur tubuhnya terluka.

“Eva!” seru Mikia menghampirinya,aku mengikuti dari belakang.

“Vlad…” ia menyebut nama rekannya “Vlad mati...!” untuk pertama kalinya,

aku memandang ke sekitar, sesosok tubuh yang kukenali sebagai Vladimir Romanesque,aku tidak dapat menahan getaran ditubuhku.

Kuboyong jasad rekan yang kukenal seperti seorang paman itu kesamping Eva, perasaanku bercampur aduk.

“Aku…menyelesaikan pertarunganku…aku menang…” kata Eva lemah. “Tapi,musuh yang dihadapi Vlad dan musuh yang kuhadapi berbeda…aku sendirian…dia…sang pangeran berdarah…menuju Domain Of World…” Eva berusaha keras untuk bicara.

“Jawab aku,Eva! Stast the origin yang melakukan ini?!” teriakku,

“Ari!” bentak Mikia, Eva terdiam

“Bukan…” sahutnya terputus putus “Musuh yang dihadapi Vlad…”
tubuhku mendingin seketika.

“Pemuda…bagaikan bulan purnama…yang memiliki mata yang sama denganmu…”
Daina yang menunduk disamping Mikia berdiri tegak mendengarnya.

“Tasuku…” Katanya gamang “Itu pasti Tasuku! Aku…aku harus bertemu dengannya,kak!” ia menceracau seperti orang gila

“Dia ada disini! Itu pasti dia!”
Daina berlari menuju Domain Of World,jaraknya memang cukup dekat hingga bisa ditempuh dengan berlari,tapi aku tidak ingin membiarkan ia pergi kesana.

“Daina! Tsk!” aku hendak bergerak mengejarnya,tapi tanganku ditangkap oleh Evangelina.

“Dia pria yang telah mengacaukan formasi pasukanku dan Vlad, dia memiliki kemampuan hebat yang membuatnya tidak bisa dibunuh” ia melanjutkan.
“Aku…aku akan mati…” bisiknya
“Tapi aku beruntung bisa melihat siapa yang kuhadapi,berhati hatilah Ar, bukan lawan yang bisa kau kalahkan dengan mudah…dia…berbeda”

“Ari…” kata Mikia yang berlutut disamping Evangelina.

“Mungkin ini sangat merepotkanmu,tapi,bisakah kau sampaikan pada Ryo? Katakan padanya,aku tidak ingin dia mati…”
selanjutnya Mikia berteriak memanggil pasukan bantuan,dan unit penyelamat,
aku mengangguk,dan mencatat peringatan yang diucapkan Evangelina dalam otakku sesaat sebelum pergi.

Jika benar Tasuku,bagaimana?
bagaimana?
aku tahu,do’aku tidak tersampaikan…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:03 am

Mikia.



_____________________________________________
____________________________________

Aku memutuskan tetap tinggal disini,
banyak prajurit Paladin yang bertempur melawan Undead yang gugur disekitarku,
aku terus mengusahakan cara cara sebisaku,
kutekan dada rekanku untuk membuatnya bernafas,tapi percuma,luka dalamnya terlalu parah,

“Sia sia,Miki…”
Ia memegang tanganku,tahu waktunya akan tiba,
aku gelisah,baru kali ini aku berhadapan dengan situasi dimana aku akan kehilangan seseorang,didepan mataku sendiri,
salah satu Prajurit Paladin menembakkan pistol dan meledakkan ghoul yang terbang diatasku dan Eva.

“Nona Mikia!” seru mereka “Disini tidak aman! Mari kita cari tempat berlindung!”
aku mengisyaratkan padanya untuk membopong Evangelina menjauh.
Eva menepis tanganku,melakukan gerakan yang menunjukkan penolakan,
seakan ia lebih senang jika aku meninggalkannya disini,

“Kasihan Aryanov…” desah Eva, ia tampak lemah,

“Jangan bicara lagi!” ujarku mengingatkan.

Eva tersenyum sedih padaku, “Dia harus punya setidaknya tujuh nyawa untuk mengalahkan musuhnya saat ini…”

Dan ia menutup mata,untuk selama lamanya,
tanpa mengucapkan sepatahpun kata selamat tinggal,nafasnya terhenti,
Evangelina,salah satu Guardian terbaik yang dimiliki Paladin,telah gugur,
aku mendekap rekanku,aku telah kehilangannya!
Seberapa banyak lagi harus ada kehilangan?! Aku mengasihani mentalku sendiri,hatiku sakit tak terperikan,

secara reflek aku menatap cemas pada puncak gedung Domain Of World yang berdiri tegak dan terlihat kecil diudara,
Ryo ada disana…Daina juga…Yudas juga…,batinku,
teman temanku seperti menyabung nyawa dibawah puncak gedung tertinggi didunia itu…

Jangan kalah,Ari...




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:04 am

Ryo.

______________________________________________
___________________________________


“Boraknitchov memerintahkan kita untuk melenyapkan para vampir” bantah Yudas.

Aku tidak yakin,
“Dr. Tsaraniakova Gabriel!” teriakku memanggil namanya,
tidak ada jawaban.

“Itu kau,bukan?” itu pasti dia,aku pasti tidak mungkin salah mengenali orang.

“Manusia lancang…”
kini aku sadar siapa yang berdiri dibelakangnya.

“Stast…the origin…” Yudas langsung bereaksi saat nama itu kusebutkan.
Stast tersenyum kejam pada kami,sementara adik dari kapten kami, menampakkan wajah tanpa ekspresi yang dingin.seperti kehilangan perasaannya.

“Seenaknya menyebutkan nama…raja baru kami…” dia memberi aksen lembut pada saat menyebut ‘Raja kami’.
yang benar saja…,Ari belum tahu tentang ini…?!

“Kita harus membunuhnya…” kata Yudas.

aku mengutarakan penolakan dan ketidaksetujuanku pada Yudas,
mencari jalan lain yang kusadari memang buntu.

“Kalau tidak dilakukan,dia akan membunuh kita” Yudas memasang posisi pertahan,"membunuh atau dibunuh."
walau ia tetap menunggu,namun ia bertahan pada pendiriannya,bahwa yang ada dihadapan kami adalah musuh.

Aku tahu akupun tak punya pilihan lain. Aku bisa merasakan aura pembunuh dimata pemuda pirang itu yang ditujukan pada kami.

“Apa yang dia lakukan padamu,Dr.Gabriel? Apa dia mencuci otakmu?!” kataku,“Ari…daina…semuanya menunggumu…semuanya ingin kau kembali…”
tak' kuharapkan jawaban darinya,juga tak ingin jawaban,
aku hanya ingin tindakan,atau apa saja yang meyakinkanku bahwa 'ia bisa dipercaya',
aku sangat menghormati sahabatku,Ari,tentu saja.

Raja undead yang baru itu bergerak maju selangkah demi selangkah,

“Aku tidak pernah lagi…” untuk pertama kalinya ia merespon kata kataku,“Merindukan apa yang telah kubuang…”
dan dia telah berada di belakangku,dan itu dilakukannya hanya dalam sekejap,sepersekian detik, aku melompat menghindarinya,
Yudas tidak tinggal diam, dia bergerak cepat untuk menolongku,tapi Stast maju kearah kami tak’ kalah cepatnya.

Aku terdesak,menembaki kedua undead itu dengan pistol laser milikku,
tapi dengan kedua raja undead dengan gerakan dan kecepatan luar biasa,aku tidak bisa bertahan lama…

Jarakku sangat dekat dengan Dr.gabriel sekarang, aku cukup tahu diri merasa bahwa dia tidak mungkin seceroboh itu,
tapi aku tidak akan melewatkan kesempatan yang ada.
saat moncong pistol laserku menempel tepat dibahu kanan nya.
tembakan sinar itu membumihanguskan sasaran lebih parah dari yang kuduga jika dari jarak dekat.

Setengah dari tubuh Dr.Gabriel terpental jatuh diatas tanah, menyisakan potongan menjijikkan yang berdiri kaku tanpa bergerak.

Masa secepat ini?

Seulas senyuman terpancar disudut bibir Stast The Origin.
ketika aku menoleh lagi, potongan tubuh yang ada didepanku hampir menyelesaikan proses regenerasinya dengan sempurna. Cepat!

Yang lebih membuatku ngeri lagi,tubuh bagian atas yang terpenggal dan menjadi onggokan basah penuh darah itu melakukan hal yang sama!
sedetik kemudian,Dr.Gabriel…menjadi dua bagian,tubuh yang serupa,sempurna,tanpa cacat,dan terpisah!

Aku tidak pernah sengaja membandingkan kemampuanku dengan Ari,
tapi aku begitu ingin tahu reaksinya bila ia melihat hal ini…
seram...,seram sekali,aku sama sekali tidak pernah membayangkan mimpi buruk macam ini menimpaku,setelah berbagai kengerian yang kuanggap mudah dan tugas sebagai Paladin yang kujalani,
berhadapan dengannya,aku serasa benar-benar berhadapan dengan dewa kematian yang sesungguhnya.

Aku melompat mundur,Yudas disebelahku.
raja baru kaum yang bangkit dari kematian itu memandang dingin,penuh keinginan melenyapkan,hanya punya tujuan menghancurkan,terang terangan ia mengundang kami kedalam kegelapan abadi miliknya.


“Kemampuan yang mengerikan…” ujar Yudas “Kini aku tahu,Messiah dan Solomon bertarung melawan makhluk seperti ini…”
aku mengerti,aku sangat mengerti perasaan Yudas, ini juga hal yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

Undead terkuat...,dan manusia yang menantang segala keterbatasan,
hanya menunggu waktu,sampai kami menjadi mangsa-nya,
salah perhitungan,yeah,benar...
aku gemetar,
untuk pertama kalinya seumur hidupku aku merasa takut akan hayatku yang kemungkinan besar berakhir ditangannya...

"Bagaimana ini?" hatiku berbisik rapuh,
Kalau seperti ini,sih, tidak akan ada habisnya,tidak bisa dibunuh…
"Aku takut mati..."


Untuk pertama kalinya,aku jujur pada diriku sendiri.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:05 am

(Lanjutan)

Ryo


____________________________________________
____________________________________


“Bagaimana? Mau mencobanya? Bertarung sampai akhir?” Tanya Yudas padaku.

“Kenapa tidak Tanya Tuhanmu kita harus melakukan apa…” aku berkomentar acuh,
Yudas membuang pedang kembarnya ketanah.
mencabut pedang lain berbentuk salib kembar-dia membawa beberapa macam senjata-yang tidak pernah kulihat ia gunakan selama ini,
aku hanya pernah melihat Yudas menggunakan pedang ganda berbentuk bulan sabit, dia selalu membawa banyak pedang,tentu saja itu tak membatasi gerakannya.
jika Yudas sampai mengeluarkan senjata terbesarnya,berarti keadaan sudah benar-benar parah.

“Atas nama tuhan…” ia mengucap doa “Matilah kau,makhluk yang tak dicintai!”

Kedua pedang Yudas beradu dengan lengan Dr.Gabriel yang telah bermutasi. Aku menerjang Dr.Gabriel yang satunya lagi-bisa bisanya ia memiliki kemampuan mengerikan membelah diri-dan ia menangkisku,tentakel hitam penuh lendir beracun yang keluar dari dalam mulutnya membuatku kehilangan banyak waktu untuk membidik dengan sempurna.

Yang paling menyebalkan,Stast The Origin duduk bersantai menonton kami berkelahi dengan makhluk tak senonoh penjelmaan dari adik sahabat baikku sendiri!
aku membidik tentakel merepotkan itu,
makhluk tampan dihadapanku memuntahkan semua tentakelnya bersama darah keperakan menjijikkan,benda mirip daging panjang itu menggeletar dan mengeluarkan asap putih.
Dr.Gabriel menyeka darah belepotan disekeliling mulutnya,memperlihatkan gigi taringnya padaku,

Aku melihat lidahnya tidak ada lagi,tapi sedetik kemudian,daging merah jambu tumbuh,menggantikan bagian yang hilang.
tahulah aku terdiri dari apa mulanya tentakel itu.
kupaksakan diriku menoleh pada bagian yang terpotong itu, tubuhku tidak dapat menahan debaran luar biasa,tertekan,tidak mau kalah…
firasatku jadi kenyataan,
tentakel itu kini berkembang membentuk tubuh baru, Dr.Gabriel yang baru.
perasaan cemasku menjadi jadi,aku menembaki tubuh yang baru saja terbentuk itu,hingga terpenggal jadi beberapa bagian.
tapi sama saja, bagian yang terpisah akan membuat wujud baru dengan kekuatan yang terbagi rata dan sama besarnya.

Aku mengintip pertarungan Yudas, mataku terpana,Yudas juga tengah bertempur dengan tujuh-delapan makhluk yang sama,
dia tak tertandingi,mengerikan,betapa hebat kekuatan yang telah menaklukkan beberapa pejuang terbaik kami,
mustahil,sangat mustahil bagi manusia biasa dengan tenaga dan energi yang terbatas untuk menang darinya,
aku tertawa dalam hati,
aku bukan tandingannya.

Kehabisan akal,aku maju dengan segenap kekuatan yang tersisa. Namun aku terkesiap,tak sempat menghindari,
sinar berputar putar menyeruak diantara kami semua,
Laser!

Robert Clarken,seharusnya aku tahu...
ia berdiri beberapa meter dari kami, memegang alat pengendali meriam laser raksasa yang terpasang dipuncak gedung Domain Of World,
jangkauan serangannya amat hebat dan tepat,dapat mencapai seluruh penjuru kota, hanya dengan menekan tombol sasaran,

Alat persenjataan canggih yang akhirnya digunakan untuk tujuan yang keliru.
aku menatap tanganku yang terserempet laser raksasa mematikan itu.
sebelah lenganku terpotong…
aku nyaris menggigit lidahku karena menahan sakit luar biasa.

“Bangsat!” maki ku “Harusnya aku tahu…” aku melihat mata bergairah Dr.Gabriel saat ia melihat darah segar yang menetes dari lenganku,
tapi pengendalian diri sang raja undead yang baru rupanya sangat kuat.
aku tersungkur menahan rasa sakit membakar dilenganku.
Ia mendatangiku, secepat halilintar,tombak yang terbuat dari tulang kokoh itu bersiap melubangi tubuhku.

Siluet yang kukenal,Yudas,
ia meninggalkan arena pertarungannya sendiri dan memilih menghadang Dr.Gabriel dari depan, menahan tombak tulang besar itu dengan pedang salib kembar nya,
dan menyelamatkan nyawaku,untuk sementara. Yudas kuat,dia juga penuh perhitungan dalam setiap gerakannya,
tapi tetap saja,sama sepertiku,ia manusia biasa yang punya keterbatasan.
sejak awal kami hanyalah sekelompok manusia yang melawan segala keterbatasan…

Aku ingin sekali berpaling dari pemandangan yang selalu takut untuk kulihat,
jarak yang terlalu dekat,Yudas juga sama sepertiku,mulai kepayahan…
dan kecepatan lawan yang tiada bandingannya,

Tombak itu menghujam dadanya.

Menembus rusuknya sangat dalam hingga bunyi tulang patah berkeretak itu terdengar hingga kedalam gendang telingaku.
Lalu ujung tombak itu keluar,hingga mencuat di sisi lain,berlumuran darah,
kejadiannya begitu cepat hingga aku tidak sempat berpikir apa apa lagi…!

“Tuhanku…” aku mendengar rekan seperjuanganku berbisik mesra memanggil penciptanya saat ia jatuh, kami mungkin tidak memeluk agama yang sama,tapi…
tapi aku begitu ingin berdoa…berdoa untuknya!

“Yudas…!” aku menyerukan namanya.

Pewaris,sang pewaris berhati iblis yang mengambil nyawa rekan rekan seperjuanganku,
aku bahkan masih bisa menatapnya membunuh dengan wajah dingin itu.

Tanpa penyesalan.

Lalu,Ari tiba pada saat bersamaan,
ikut menyaksikan pemandangan menyakitkan yang sama seperti yang kulihat sekarang.

***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:06 am

12:

De Javu .

__________________________________________
________________________________


Ari.

_____________________________________________
_________________________________



“Mana mungkin aku jadi musuhmu? Jika aib itu adalah kau, lebih baik kita hancur bersama saja”







Tasuku menjauh dari kami,menjaga jarak
Tasuku,ya…Tasuku…tidak salah lagi…
Itu Tasuku!

Yudas terhempas membentur tanah.
Daina menjerit.
Aku berusaha menahan Daina yang berteriak ngeri seperti kehilangan akal sehatnya,
jika saja bisa,
aku tidak ingin melihatnya,atau berpura pura tidak melihatnya,
aku melihat belasan makhluk yang sama,
Tasuku, ada banyak sekali Tasuku!

Makhluk itu mendekat satu sama lain,dalam hitungan detik,seakan diberi perekat kuat, mereka menjadi satu,kini hanya ada satu dengan badan yang sepertinya induk bagi mereka,Tasuku didepanku,dengan sebelah tangannya berlumuran darah terjatuh berlutut sementara para kloningnya memaksakan diri mereka masuk dalam tubuhnya,dengan hanya menyisakan satu wujud yang pasti dihadapan kami.

bunyi-bunyian berkeretak tulang yang bersatu,
siapapun yang mendengarnya pastilah akan merasa ngilu...
wujud laki laki maha tampan yang memiliki darah yang sama denganku.

“Tasuku…”
Ia mengangkat kepalanyanya merespon panggilanku,bukan wajah penuh senyum,dan mata teduh seperti apa yang selama ini kami rindukan yang terlihat.

Tapi wajah penuh kebencian yang dingin.

Ketika ia berdiri,tulang tulangnya kembai mengeluarkan suara berkeretak,itu juga terjadi saat ia melakukan pelemasan otot otot yang kaku.
Stast melompat ringan,satu tangannya memeluk leher Tasuku.
amarah yang tak tertahankan menguasaiku,

“Dia bukan milikmu!” teriakku berang, “Tasuku,apa yang lakukan! Kita akan pulang!”
apa-apaan ini,dia seperti telah dicuci otaknya?!
meski mataku menyiratkan sejuta pertanyaan,Tasuku tidak serta merta memberikan jawabannya. Ia seperti tidak melihat kearah kami.
matanya nanar menatap gadis dalam pelukanku, yang juga balas memandanginya penuh pertanyaan.
Stast menjauh dari Tasuku,seperti ingin membiarkan pertanyaanku dijawab oleh Tasuku sendiri.
Untuk pertama kalinya ia bicara:

“kalian lihat aku jadi apa sekarang…?”
Ia bicara dengan nada sehalus beledu, matanya yang merah mengerjap tanpa ekspresi,

"Aku begini...,pilihankulah,keinginanku,dan tidak ada seorangpun yang bisa merubahnya,"

refleks aku menatap langit ketika melihat Tasuku menengadahkan kepalanya,
ada puluhan chimera yang terbang,lalu aku mempererat peganganku pada Daina,
untuk pertama kalinya,
untuk pertama kalinya aku merasa tidak bisa mempercayai adikku sendiri,walau dahulu sekali Tasuku pernah mengatakan padaku dengan mulutnya sendiri bahwa gadis yang ada diantara kami sekarang adalah harta karunnya yang paling berharga,
sekarang aku tetap tidak merasa bisa mempercayakan keselamatan Daina padanya,dan aku tidak tahu mengapa!

"Aku hanya menjalani hidup yang sudah seharusnya kujalani,jalan yang bersimpangan dengan kalian." kilahnya.

Kurasakan bahu Daina menggeletar dalam dekapanku,tidak bisa bersuara ataupun bicara,bahkan demi untuk menjawab pernyataan dari seseorang,yang kutahu paling ingin didengarnya didunia ini.

Tasuku berpaling kearahku, ,
mata kami berdua sejajar,lebur dalam situasi yang kian menegang

“Ari! Awas!” Ryo memperingatkanku, aku dengan segera aku menarik Daina hingga gadis itu tersungkur ditanah.

Laser!

Nyaris saja mengenai Daina, ”Tetap tiarap!” perintahku.
Clarken,dia juga ada disini,bajingan itu!

“Ha…ha…ha…” ia itu tertawa bengis “Kalian akan mati! Mati! Kita akan melihat siapa yang bertahan sampai akhir…ha..ha…”
orang itu terus berteriak-teriak kesetanan,aku tidak tahu apa yang telah merasukinya,tapi aku yakin sekali ia mampu berbuat apa saja untuk menyingkirkan kami!

Harus berbuat sesuatu...

“Cukup…!” Tasuku berbisik lirih. Ia berjalan pelan,maju mendekati Clarken.
Pendosa itu mundur ketakutan beberapa langkah,
merasakan ancaman atas dosa yang pernah diperbuatnya.

“Berhenti sampai disitu!” bentaknya.
Tasuku tanpa gentar menghampirinya, Clarken menekan tombol pengatur laser ,
aku sadar penuh apa yang hendak dilakukannya,
Tasuku!

Satu tembakan.

Cukup untuk memutuskan lengan adikku.ia berhenti,pandangannya lurus kedepan.

Lalu ia kembali berjalan dengan langkah pasti,seperti tidak terjadi apa apa…
Lengan itu kembali utuh.

Jarak 15 meter…
Sungguhpun aku tidak ingin melihat ini,ada sesuatu dalam diriku yang membiarkannya terjadi.

Jarak 12 meter…
Clarken berteriak ketakutan, ia membidik lalu menembakkan laser berkali kali!
Kali ini mengenai bagian kepala.

Aku terkesiap. Menutupi pandangan Daina,aku tidak bisa meninggalkan Daina disini,ada begitu banyak Chimera yang terbang dilangit,siap menerkam kapan saja...

Jarak 8 meter,laser itu menembus dada Tasuku,
luka itu menutup seiring ia melangkahkan kakinya dan ketika ia telah menyelesaikan beberapa langkah,luka itu sudah sembuh sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu menit, sungguhpun kemeja putih longgar yang dikenakan adikku telah rusak sebagian,
Aku dapat melihat dengan jelas daging yang hancur berantakan digantikan oleh sel baru dalam waktu kurang dari satu menit.
Clarken hanya berjarak kurang dari lima meter sekarang…

Daina memberontak dan berlari dari lepas jangkauanku,ia menerobos arena maut itu dan berdiri diantara Tasuku dan Clarken,membentangkan kedua tangannya dan melindungi pria yang dicintainya,bahkan meski aku sendiri tahu,Tasuku tak’kan terluka dengan mudah,
Daina tidak bisa menahan perasaannya yang melihat Tasuku dilukai.

“Daina!” aku mengeluh pelan,
benar benar tidak bisa dihentikan…

Tasuku tampak sama terkejutnya denganku,

“Jangan…menyakiti Tasuku lagi!” katanya dengan wajah dipenuhi air mata berteriak pada Clarken.

“Kau tidak puas mengambil kebahagiaan kami? Kau tidak puas memberikan penderitaan sehebat ini pada kami berdua?”
Clarken tidak mendengarkan Daina,ia hanya memikirkan cara untuk meloloskan diri.

Tapi sekejap itu,aku melihat mata Tasuku menampakkan ekspresi kesakitan yang sama dengan Daina…

Aku menyadari kilatan tanda bahaya dimata Clarken, memperingatkan Tasuku lebih lambat dari dugaanku!
Clarken menyambar tubuh mungil Daina,mengarahkan alat peledak yang ia keluarkan dari saku jas nya kepada Tasuku…

“Gadis yang berarti untukmu,kan!” katanya mengancam. “Aku tidak akan mati sendirian…!” ia terbahak lagi seperti orang gila.

Aku sangat ingin merasa panik,tapi melihat Tasuku masih tetap berwajah tenang,entah kenapa ada harapan aneh yang membara dalam hatiku…

Daina sekarat nyaris tidak bisa bernafas karena tangan yang mencengkram lehernya, ia memandang padaku dan Tasuku bergantian…

“Caramu…” Tasuku berbisik, “Sudah tidak ada efeknya bagiku…”
Ketika kalimat itu selesai,tentakel yang melesat keluar dari telunjuk tangan kanan adikku melecut dengan cepat,kami tidak sempat menyadari apa yang terjadi,
Clarken berteriak teriak kesakitan, memegangi sebelah telinganya yang tanggal.
Ia melemparkan alat pengendali itu keatas pasir, dan Daina terduduk lemas setelah terlepas dari penyanderanya,

Tasuku menjulurkan lengan tentakel nya dan meraih tubuh Clarken hingga tubuh pria itu terlempar beberapa meter.

Aku menghampiri Daina dan memeluknya,menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya…

“Kasihani aku,Gabriel…” Pria itu hanya memohon untuk kematiannya…

“Kasihani aku…”

“Jangan bunuh aku…jangan ambil nyawaku…”

Tasuku terus melangkahkan kakinya semakin dekat,
semakin dekat!

“Jangan bunuh aku…aku akan mati…itu bukan sifatmu,kan! Bukan hal bagus,kan!”

Lengan Tasuku yang bermutasi kembali membentuk lengan manusia perlahan lahan,

“Mengasihanimu…?” ia balik bertanya,cara ia memandang teramat kejam,
Aku bahkan Daina pun tidak mengenalnya!

“Kau pikir siapa yang menciptakanku? Kau ingin memberlakukan seakan kau tuhanku…mengambil hidupku…dan menentukan takdirku dengan kejam…”
“Apa kau punya belas kasihan ketika melakukannya?”

Aku tidak percaya,
bagaimana mungkin adikku…adikku tidak memberi pengampunan bagi orang yang memohon padanya…?!

Itu bukan dia…kalau dia…
kalau dia yang dulu selalu penuh kasih dan berhati lembut,
apa aku ingat telah menghabiskan sepanjang hidupku memiliki pertalian darah dengan makhluk sadis semacam ini?
walau tahu begitu…aku tidak bisa menghentikannya…
atau tidak ingin menghentikannya…
kelemahanku sebagai manusia biasa,aku sama dengannya,kami ini sama saja,
kami dipenuhi dendam sejak awal,dendam kesumat dan sakit hati yang tidak akan berakhir kecuali semua ini terbalaskan,
aku juga kejam.

Sama kejamnya dengan adikku.

“Sekarang aku Tuhanmu…!” Tasuku mengangkat tangannya hingga bayangan nya menutupi pandangan musuhnya dari sinar matahari.
Ia menebaskan cakarnya,jari jari Clarken terlepas seketika,musuh yang tidak sebanding dengannya mengerang kesakitan.

“Untuk nafasku…” Tasuku kembali meregang menahan diri terhadap bau darah,
Pengendalian diri yang kuat!
Ia menebas sekali lagi,memotong bagian kaki kiri,

“Untuk ikatanku dan kakak…”
aku mendengarnya,sangat jelas,

Tasuku terhenti sejenak untuk melihat padaku,sejak kecil,jika ia ingin melakukan suatu keputusan besar dalam hidupnya,ia selalu melihat kepadaku,

"Kakak adalah keberuntunganku,kau selalu berada disampingku saat aku sedang mujur,kan?"

"kita hanya berdua bersaudara didunia ini..."

"makanya kita harus senantiasa saling menjaga."


Setitik ingatan masa lalu mengaburkan pandangan kami berdua,
lantas aku memalingkan wajah,
sudah kuduga ia tidak akan berhenti melakukan penyiksaan yang tidak berperi kemanusiaan tersebut,
betapapun orang yang ia perlakukan demikian pantas untuk hukuman mati,kemanusiaan bicara lain…

selesaikanlah,
setelahnya,setelah ini...
kita akan sama-sama mengingkari sumpah yang kita bangun diatas kasih sayang,kasih dan sayang yang membuat ujian terberat seperti cinta seorang gadispun tidak mampu menggoyahkan ikatan diantara kita,

kau yang minta,Tasuku,kau menyakitiku,teramat menyakitiku,
kau yang memberikan kertas yang kita bersama menulisinya dengan mimpi kita,lalu kau sendirilah yang membuangnya,merobeknya dan menguncinya didalam peti bersama hati manusiamu,
lalu kau serahkan kuncinya pada iblis untuk memenuhi ambisimu demi melupakan segalanya,

Aku menyadari bahwa aku terluka,tapi seseorang menggenggam erat tanganku,mengingatkanku bahwa aku masih memiliki sebuah tugas didunia,
masih ada yang harus kulindungi.

Tasuku menutup mata,mangsanya telah sekarat dan tidak berdaya lagi,
lebih kejam dari binatang,
hewan saja tak’kan mempermainkan mangsanya demikian sadis,

Dia begitu kejamnya,membunuh tanpa perasaan…
Hati kecilku berontak,tapi aku tidak sanggup mengatakan sepatah kata pun lagi,
mulutku terkunci.

“Ini,untuk bidadariku yang paling berharga diseluruh dunia,”

Dan hukuman bagai palu godam itupun turun,
sangat cepat seperti kilatan cahaya,
merenggut jantung Robert Clarken,menamatkan riwayatnya seketika,

Tasuku menggenggam jantung berlumur darah itu,meremasnya,dan darah segar memenuhi tangannya,ia lantas membuang organ yang telah hancur hingga sanggup membuatku mual itu,tanpa sedikitpun menunjukkan wajah berselera.

Bodohnya aku yang mengharap ia tetap seperti dulu,apa adanya…
Daina menyembunyikan wajahnya didadaku.
tidak sanggup melihat penjagalan sadis yang terjadi didepan matanya sendiri.

“Kau puas?” Stast The origin mendekat,dibelakangnya bertengger kelelawar raksasa,
“Kau yang memanggilnya? Tidak ingin menyelesaikan urusan dulu?”
Stast melihat kearahku,

Tasuku malah terus memandangi Daina,
saat ia memandangi gadis dalam pelukanku, ia masih berusaha menepis rasa lapar meluap-luap yang terlihat dari ekpresi wajahnya,ia juga menyeringai padaku,
seringaian yang tidak pernah kukenali sebelumnya,

“Siapa kau?” untuk pertama kalinya aku ragu dengan pengenalanku…

“Dewa” ia menjawab dingin, “Kita bukan lagi saudara kandung, ketika aku mengambil pilihan menjalani hidupku sekarang”

Aku tidak ingin mempercayai apa yang kudengar,tapi semuanya begitu jelas.
Daina mengangkat wajahnya,

“Tasuku…?” ia memanggil takut takut,

Tasuku kembali memandangnya,
“Jangan memanggilku dengan nama itu…hubungan kita juga sudah kuputuskan,aku tidak punya perasaan apa apa lagi padamu, jadi jangan mencariku lagi.”

Entah hanya perasaanku,yang jelas Tasuku tidak berani beradu pandang dengan Daina saat mengatakan kalimat tersebut,
malah sebaliknya, ia menampakkan ketidak-sukaan teramat sangat atas keberadaan Daina disini,sekarang.

Air mata Daina merebak,ia ingin mengatakan sesuatu,tapi suaranya seperti tertelan habis dalam tenggorokan.

“Selamat tinggal,kakak…Daina…” Tasuku meraih jubah yang diserahkan Stast menutupi pakaiannya yang tercabik dalam pertarungan,
untuk terakhir kalinya Tasuku berpaling,matanya sejajar dengan mataku

“Kuharap dipertemuan selanjutnya,di tidak akan ikut lagi,karena jika kita bertemu sekali lagi nanti,kita adalah musuh”
Aku mendengarkan sambil menunggu ia bicara sampai habis,
bicaralah,lanjutkan,aku sudah siap mental…batinku,

“Saat bertemu kembali nanti,kakak.Ayo,saling bunuh”
dan tubuh kelelawar raksasa itu terangkat,angin keras bertiup,
hanya beberapa detik setelahnya,dan rombongan besar Undead itu menarik semua pasukan mereka,seakan segalanya telah diatur dengan sedemikian rapih.

Ryo dibopong oleh Mikia,dari kejauhan tampak iring iringan mobil Paladin yang mengevakuasi korban,

Pukulan yang berat bagiku,shock yang kurasakan…
aku masih memeluk Daina erat,membayangkan kehilangan hebat yang kurasakan saat ini juga dirasakan olehnya,
kami sama.

Sempat terlihat olehku lengan Ryo yang terputus,aku berdiri menghampirinya,

“Tidak mati,kan?” tanyaku,

“Tidak sejelek nasibmu,kawan” Ryo tertawa pahit, “Dan Yudas”
Aku juga melihat tandu yang membawa jenazah Yudas Ignasius,rekan seperjuangan kami,kemuraman menyelimuti suasana,

“Misi berhasil?” tanyaku pada Mikia,yang menunduk cemas disamping Ryo.

“Kotanya hancur,tapi lebih dari setengah warga kota berhasil dievakuasi”
Aku lega mendengarnya,tapi itu setimpal,dengan banyaknya Guardian yang gugur, tewas sekaligus dalam misi kali ini,

Mereka tidak lemah,mereka sangat kuat,
manusia terpilih yang sanggup menantang keterbatasannya,
tetapi ‘apa’ yang menjadi lawan mereka tidak dapat di bayangkan orang waras dan sama sekali tidak manusiawi,

Nyala pekat membakar dalam hatiku,
“Kami akan segera bertemu lagi…” ujarku,sama seperti ketika ‘ia’ mengambil keputusannya, aku pun memiliki jalan yang berseberangan kini.
Daina mendengarkan ucapanku,dan aku yakin,wajah pucatnya saat ini menandakan ia mengerti apa artinya.

Meski menyakitkan,inilah kenyataan,aku yang selalu bersikap realis ini tidak bisa melihat ada harapan untuk membawanya kembali,
dadaku perih,aku ingin berteriak dan menangis,
bukan ini yang kami cita-citakan,bukan seperti ini mimpi kami...!

Kita kalah oleh takdir,

Tasuku...



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:06 am

Stast.

________________________________________
_______________________________


“Tidak apa apa begini saja?”
Kami mengudara dan membelah angkasa, raja ku tak bergeming,matanya bertubrukan dengan bayangan langit…

“Dendam sudah terbalas,aku hanya harus melakukan apa tugasku” jawabnya.

“Harusnya kau bertarung dengan Aryanov Gabriel!” bentak Luciferina yang baru saja selesai dengan tugasnya dan menunggu kami menjemputnya.
“Aku sudah melakukan tugasku sebaik mungkin,dan aku tidak gagal! Tapi kenapa kau belum juga adu kekuatan dengan si Gabriel? Malah kabur seperti pecundang begini…”

Sang raja tidak membalas kata kata Luciferina,
ia seperti sibuk dengan pikirannya sendiri.

“Apa karena gadis itu?” Stast ini menyela,tahu sekali kalau hal itu tidak sopan…
Sang raja bereaksi pada ucapanku,

“Aku hanya sedang tidak ingin…!” bantahnya “Aku bosan disana”
Bosan? Hanya itukah alasan yang bisa dibuatnya?
klise sekali…

“Jika keberadaan gadis itu masalahnya,aku bisa membunuhnya untukmu” Luciferina menawarkan diri,tapi seperti yang sudah kuduga sebelumnya, sang raja sangat marah mendengar hal tersebut.
Ia kelihatan amat terganggu.

“Dia tidak ada hubungannya!” ia menyanggah cepat-cepat “Jika kalian mengurus hal lain selain apa yang perlu kalian urus dan apa yang kuperintahkan,kalian akan tahu hukuman seberat apa yang bisa kuberikan pada kalian”

Luciferina bungkam seketika.takut akan pemilik kekuatan maha besar dihadapan kami,
raja kami kuat,sangat kuat,melebihi aku,atau siapapun…

“Perluas daerah invasi ke negara negara besar lainnya,biarkan Paladin sibuk,aku akan memancing ketua mereka,Alexander Boraknitchov,masalah kakak…” ia berpikir sesaat,merasa janggal menyebut istilah ‘Kakak’ untuk tolak ukur sekarang,

“Ia akan selalu ada ditempat ketuanya bertugas, digaris depan… meskipun rencana invasi di Washington D.C tidak bisa dilanjutkan,aku sudah menduga invasi disertai pemberitahuan tidak akan berhasil penuh,kita hanya bisa menciptakan sedikit tentara dari kota yang separuh lebih warganya telah di evakuasi,
tapi kita bisa mengurangi kekuatan Paladin setengahnya,jadi kita tidak gagal, berikutnya, lakukan segera,aku hanya memberi waktu satu malam,untuk mengusai benua Asia,setelah kekuatan cukup terkumpul,barulah tujuan utama kita,Rusia…”
saat ia menjabarkan rencana yang tergambar didalam kepalanya,
matanya gelisah dan tidak sabar.
“Dahagaku muncul…” ia meraba tenggorokannya, “Sepertinya aku terlalu banyak bermain main hari ini?” ia menyeringai lelah.

“Segera kusiapkan korban nya setelah kita kembali” Luciferina menangguk patuh.

“Tentu,yang mulia…raja kami” aku menenangkannya seperti menenangkan anak balita yang cemas mainannya direbut.

Aku akan amat menantikan pertarungan agung selanjutnya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:07 am

Mikia.



____________________________________________
____________________________________

Moskow,Rusia.

Dua hari setelah invasi di Washington D.C digagalkan.

_________________________________________________
_______________________________________



Aku duduk didepan monumen batu nisan besar itu,
kuletakkan bunga lily putih yang kubawa didepannya,mengeja kembali nama nama baru yang tertulis disana.

Yudas Ignasius, Evangelina Hertlock, Vladimir Romanesque.


Ada puluhan lebih nama yang berjejer,tapi hanya pahatan baru itu yang menarik perhatianku.
kubetulkan posisi dudukku,mencari sekedar rasa kenyamanan semu untuk mengobati sebagian kecil luka hati ini.

Ternyata lebih sulit dari yang kuduga.

“Kalau disini terus,kau bisa sakit” Ari mengingatkan ku.

Aku tersenyum hambar.

“Kau sendiri,sudah hampir satu setengah jam dibawah pohon itu” aku bicara tanpa melirik pohon beringin besar tempat Ari duduk bersandar,tak jauh dari tempatku berada.

“Tidak menemui Ryo?” Ari mengalihkan pembicaraan “Jangan sok kuat”

“Aku tidak sok kuat!” bantahku “Aku ingin tetap disini…”

Bagiku Yudas seperti kakak yang melindungiku…aku tahu yang merenggut kawan kawan seperjuangan yang kami sayangi adalah adik dari Ari…
Aku tidak ingin menyalahkan siapapun,ini adalah perang,kematian adalah hal yang lumrah,hari ini dan besok setelah mati pun takkan ada bedanya,
dan gugur dalam mempertahankan sesuatu yang diperjuangkan adalah kebanggaan,
tetapi aku begitu sedih saat ini…

“Aku minta maaf” lirih Ari,tapi aku tidak sanggup menatap wajahnya.

“Tidak ada yang perlu disesali,sejak awal kita semua sudah tahu resiko pekerjaan ini” jawabku sesak.

Aku tidak sanggup…apalagi harus memperlihatkan pada Ryo wajahku sekarang,
muncul perasaan cengeng dalam diriku,

“Inikah?” aku bertanya pada Ari “Inikah yang namanya perasaan kehilangan?!”
Air mataku menetes.
Ari menghampiriku,duduk disampingku tanpa melihatku.

“Menangis lah lebih keras,kalau kau sudah menangis,pasti akan lebih lega”

Aku takjub akan kata katanya,
tidak mampu kutahan perasaan sedihku yang meluap,
aku menangis seperti anak kecil yang baru saja kehilangan bola kaca kesayangannya yang retak.
Tersedu dan tersedan,
disaat yang tepat Ari meminjamkan dada nya,isak tangisku meledak makin keras,

“Aku akan menjaga nya…” kataku tertawa disela air mata yang membanjiri wajahku “Aku akan menjaga kakek…dan menjaga Ryo…” ujarku
“Bagiku,Paladin adalah keluarga,aku lebih baik kehilangan seluruh dunia ini daripada harus menanggung kesedihan kehilangan orang orang yang kucintai…”

Ari mengusap bahuku.
“Idealisme yang membuat bencana ini terjadi adalah idealisme semacam itu” ia berkata penuh ketegasan seorang pemimpin.

“Yang mampu menyelamatkan segala yang kita cintai adalah keyakinan kita terus berjuang untuk itu,tidak ada penawaran,tidak ada dispensasi,hanya berjuang untuk meneruskan perjuangan orang yang berarti bagi kita”

“Karena dendam tidak akan menghasilkan apa apa…,nasib yang sama mungkin besok atau lusa akan menimpamu...menimpaku...” "Menangislah selagi bisa"

Saat ia mengatakannya,aku sadar saat itu ia sendiri menahan gejolak emosi dalam hatinya,dan kata kata itu sekaligus ditujukannya kepada dirinya sendiri,
ia juga kehilangan,bahkan kehilangan lebih banyak dariku,
dan satu-satunya hal yang membuatnya bertahan adalah karena ia belum kehilangan dirinya sendiri,
ia pria sejati yang tegar dan menyembunyikan tangisan dibalik keacuhannya.

Aku terdiam mendengar kata katanya.“Dasar! kenapa kau jadi mirip kakek,sih!” protesku sambil menyeka air mata. “Kurasa,jika aku tidak terlalu akrab denganmu,aku akan jatuh cinta” komentarku menghina,
Ari mengangkat bahu.

“Aku hanya suka wanita yang lamban,” ia terlihat muram. “Kau terlalu pintar untukku”

Aku ikut tertawa,menghapus air mata di pipiku,hatiku jadi lebih tenang sekarang.

“Aku lebih baik mati daripada jatuh cinta padamu” balasku “Kenapa Ryo yang bodoh itu sama sekali tidak melihat sisi baikku,ya?!” aku berdiri didepan Ari seraya berkacak pinggang.
Ari melonjorkan kakinya dengan posisi sesantai mungkin.

“Saranku sih kau menemuinya saja diruang perawatan” ia menguap “Aku juga akan kesana,sama sama saja” ujarnya lagi ketika melihat wajahku yang merona merah.
Tahu aku amat gugup,jadi berusaha membantuku.

Dia pria yang amat baik dalam memahami isi hati wanita,sungguhpun orangnya yang bersangkutan mungkin tidak menyadari keistimewaannya ini.

“Hei…” tegurku,Ari yang tadinya menunduk, menoleh mengangkat wajahnya.

“Wanita lamban yang kau suka itu…Daina,ya?”
Ari terkesiap.

“Jangan membuat gosip macam macam,ini didepan makam” ia membuang muka menghindariku.

“Kau pikir aku bodoh,ya!” aku merasa agak kesal karena Ari seperti sengaja menutup-nutupi hal yang tentu saja sangat ketahuan,kan’…
Ari bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menjauh.

“Tunggu! Mau kabur kemana? Kau kan’ memegang rahasiaku! Wajar kan’ kalau aku memegang rahasiamu?”

“Ugh…tidak ada rahasia…!” ujarnya panik menyembunyikan ekspresi malu malu sambil berlari,aku mengejarnya.

Sambil berlari menuju bangunan utama markas,
aku masih sempat melihat kepada nisan besar yang berjejer di depan monumen itu,

Sayonara,kawan,
kita akan bertemu lagi ditempat yang indah suatu saat…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:08 am

Ryo.

Ruang perawatan.
Bangunan Markas utama Paladin.

______________________________________________
____________________________________


“Kau akan merasa lebih baik setelah ini” Michael Monroe,salah satu anggota Guardian yang sangat ahli dalam soal mekanik, menyentuh lengan Artificial yang dipasangnya ditubuhku,

“Bagus…” ujarku acuh tak acuh “Bisa menghemat tenaga,karena bisa digunakan sebagai senjata juga” jujur meskipun aku kagum dengan organ buatan ini,yang bisa kugerakkan lebih baik dari tangan asliku,
tetap saja aku merindukan tanganku,

“Jangan sedih begitu,bro” pria berkulit hitam itu meninju dadaku.
Aku tersenyum penuh rasa terima kasih.

“Tidak,justru ini lebih hebat dari yang kubayangkan,terima kasih Monroe” ujarku

“Lengan ini memiliki kabel yang tersambung langsung pada pembuluh darahmu-seperti cangkok mata-dan bisa kau gunakan sesuka hati, aku jamin kau tidak akan tahu perbedaannya jika terus mencoba dalam dua atau tiga hari setelah ini” ia menimpali.
aku terkesan dengan penjelasannya.

“Sekarang saja rasanya sudah nyaman sekali” ujarku menggerakkan tangan mekanikal–ku,laser mengilat berpendar dari dalamnya dan melubangi dinding ruangan pribadi Monroe,si mekanik tertawa setengah panik.

“Hei! Kira-kira,dong! Jangan digunakan disini…” ia menatap kesal padaku, aku tertawa.

“Bisa kupasang Bow-Gun juga?” tanyaku penasaran.
Monroe mengangguk.

“Mau dipasangi alat pencukur kumis juga bisa” ia mendelik.
Kami tertawa bersamaan.

“Tapi kekuatan yang besar juga bisa jadi bumerang bagi diri sendiri” Monroe mengingatkan.
“Kisaragi,didalam lengan buatanku ini,ada sebuah senjata rahasia,” katanya dengan mimik serius.

“Apanya?” ujarku malas.

“Bom bunuh diri berkekuatan besar”
kami diam membisu satu sama lain beberapa detik.

“Wow…” hanya itu tanggapanku.
Monroe tidak bercanda,aku tahu ia sedang serius kali ini, maka aku memutuskan untuk diam dan mendengarkan.

“Kendali-nya ada di otakmu sepenuhnya,” katanya lagi “Jangan lengah,saat kau menginstruksikan peledakan,perintah tidak akan berhasil jika lengan ini terpisah dari tubuhmu,seperti yang kubilang tadi,kendali penuh ada di otakmu,sama dengan saat kau memerintahkan anggota tubuhmu yang lain bergerak atau menghindar,
daya ledak bom ini terbatas,tapi kau bisa memusnahkan satu vampir hebat dengannya, tanpa tersisa,tanpa susah payah”

“Gunakan pada saat tidak ada harapan lagi,atau demi melindungi orang yang benar benar kau cintai” Monroe berkata tajam.
aku menunduk memandangi lengan artificial-ku.

“Kenapa kau pasang benda bahaya begini ketubuhku?” protesku.
Seperti yang sudah kuduga,Monroe ngambek.

“Kalau tidak mau,ya,sudah,lepaskan!” ia menarik lenganku paksa, dan aku melonjak mendorongnya.

“Bercanda,kok! Jangan diambil lagi,pelit!” semburku. “Lagipula aku tidak sebodoh itu sampai mau melakukan serangan bunuh diri segala…”
Monroe mengangguk puas mendengarnya.

“Selamat siang” Ari muncul di ikuti Mikia dibelakangnya.

“Hai…” Mikia menyapaku dengan jengah,kenapa sih dia begitu membenciku? aku salah apa sebenarnya?

“Bagaimana?” Ari menatap dengan penuh minat pada ‘Senjata’ terbaruku.

“Itu sangat keren…” jawabku menaikkan alis,bangga.

“Sama dengan kakekku…”imbuh Mikia “Tapi kalau kakek hampir seluruh tubuhnya adalah organ buatan” katanya.

“Masa?” aku dan Ari amat tertarik. “Kami tidak pernah lihat…”
Seakan hidung Mikia memanjang saking ia berbangga diri.

“Benar,kok! Iya kan’ Monroe?” katanya pada Monroe yang asyik mencari sesuatu di laci meja kerjanya.

“Benar,modifikasi dilakukan bukan hanya untuk menggantikan bagian yang hilang, tapi juga menambah kemampuan bertempur berkali kali lipat,” ia menjelaskan “Orang hebat,Boraknitchov, ia menempuh segala cara demi mendapatkan kemampuan dan tubuh yang sesuai untuk melawan undead”

“Sampai melakukan itu…” aku berpandangan dengan Mikia dan Ari.

“Berbahagialah orang yang ditakdirkan memiliki kemampuan bertarung alami yang melampaui manusia biasa, itu namanya anugrah ” Monroe menatap kapten kami tanpa terputus,
Biasanya Ari suka salah tingkah jika dipuji mengenai kekuatannya.
tapi kali ini dia mengangkat muka dengan ekspresi datar,
ia seperti mati rasa,
ia juga berkantung mata dan terlihat tidak bersemangat.

Wajarlah,setelah mengetahui kenyataan bahwa musuh yang harus ia hancurkan adalah adik kandung yang selama ini ia cintai,
sungguh ironis.

“Bisa ikut aku kemari?” Monroe memberikan kotak pipih panjang pada Ari. “Ada yang harus kita bicarakan,ini perintah langsung dari Boraknitchov” katanya lagi.
Ari menangguk,meninggalkan aku dan Mikia mengikuti Monroe menuju ruangan yang disekat di sebelah kami.

“Ah…” Mikia tampak semakin salah tingkah,apalagi jika kami hanya berduaan begini,
apa kutanyakan saja,ya?

“Aku pergi saja,ya? Aku ada urusan lain…” Mikia bersiap hendak melarikan diri.
kutarik tangannya. Ekpresi gadis dihadapanku tidak dapat ditebak.

“Mau kemana,sih? Menjenguk orang sakit kok setengah hati begitu?”
Mikia bertambah gelisah, aku tidak tahu apa yang salah…

“Kau benci aku,ya? Sejak dulu aku merasa…” tanyaku penasaran.

“Bukan!” Mikia tiba tiba meninjuku saking marahnya.

Memang membenciku!

“Maaf!” ia tersadar apa yang telah dilakukannya, menyentuh pipiku dibagian yang barusan ia pukul dengan keras,

“sakit,ya…?” katanya cemas.

Kaget sekali ia bisa secemas itu.

“Cuma segini,kok”jawabku sambil tertawa. “Soalnya selama ini kupikir Mikia membenciku,syukurlah ternyata salah”
Mikia menunduk,

“Aku tidak benci,kok!” katanya kesal, “Malah aku itu su…”
Mikia belum menyelesaikan kalimatnya,Ari dan Monroe telah kembali,
lengan kiri Ari terbungkus sarung lengan panjang hingga sebatas bahu dengan model yang keren.

“Flame maker-penghantar panas-khusus buatanku” Monroe memperkenalkan.
Ari menerimanya dengan santai,

“Sama dengan sarung tangan elektrik yang biasa kugunakan?” ia bertanya.

“Cara pakai nya sama dengan sarung tangan pembangkit arus magnet yang biasa kau gunakan,” kata Monroe “Membuat gesekan kecil pada jari yang memicu ledakan di udara,kau bisa melenyapkan musuh berjumlah banyak pada saat bersamaan,juga mampu beresonansi dengan pedangmu”

“Hanya saja,sangat sensitif,jadi berhati hatilah” ia menambahkan.

Ari mundur beberapa langkah.
aku melihat lengan yang terbungkus bahan khusus itu terbakar dengan nyala api membara.

“Lumayan” ia berpendapat.

“Kalian ini payah,jangan dicoba disini!" teriak Monroe. "aku sudah dengar kemampuan mengerikan 'musuhmu'...,jadi kurasa,harus segera dihancurkan sebelum ia beregenerasi dan membentuk wujud baru, dengan kata lain,ledakkan hingga hanya tersisa serpihan kecil daging yang mati dan tidak punya kesempatan regenerasi kembali” Monroe menjelaskan setengah kesal.
Ari memadamkan api-nya.

“Apa aku pakai itu juga,ya?” kata Mikia.

“Tidak bisa,nona,” potong Monroe,” ini di desain khusus, senjata kalian hanya cocok dengan satu orang yaitu kalian sendiri,setiap satu orang dapat mengusai satu macam senjata khusus sesuai kemampuan individu mereka,tanpa kontrol yang teliti sedetil mungkin pada kadar panas diudara,dan kemampuan perhitungan yang matang,mustahil menggunakannya dengan sempurna,salah-salah bisa membawa celaka”
Mikia cemberut.

“Tidak apa apa,sih,kau kan sudah ada sepatu yang membuat hukum gravitasi tidak berlaku lagi bagimu” kata Ari.

“Kau seperti seekor kupu kupu yang menari saat bertempur,nona” puji Monroe.

Mikia tersenyum malu “Huh,kalian Cuma membujukku saja!” katanya merajuk,

“Tidak,aku sependapat dengan Monroe…” imbuhku,lalu berpaling pada Ari, “Dan kau akan menang,Ar”
Ari menepuk bahuku.

“Kau menyaksikan Yudas tewas…” ujarnya padaku “Bagaimana adikku saat itu?”
Ia mencari informasi yang kira kira akan membantunya,
Dengan senang hati aku mengingat ingat,walau menakutkan, aku tetap berusaha mencari kata yang tepat untuk menggambarkannya.

“Makhluk itu indah…” aku memejamkan mataku, “Indah dan mematikan,”
“Ia tidak bisa dibunuh,jika kau memotongnya meski itu hanya sehelai rambutnya, ia akan membelah diri dan menjadi pasukan malaikat maut yang tidak pernah kau bayangkan,aku nyaris kehilangan nyawaku,”
Ari mengusap rambutnya sendiri dengan gelisah.

“Sulit membayangkan ia orang yang sama dengan yang pesta pernikahannya kita hadiri dua tahun lalu,eh?” tanyaku.
“Melawannya seperti berhadapan dengan dewa,mungkin?”
baik Mikia atau Monroe mendengarkan dengan serius,

“Sebelum kematiannya,Evangelina juga berkata ‘Harus punya tujuh nyawa jika ingin mengalahkannya’ ” Mikia bicara sambil memandangi lantai dengan cemas,

“Dia benar” jawabku.
Ari diam membisu seribu bahasa,ia berpikir sejenak.

“Apa dia juga yang membuatmu kehilangan sebelah lenganmu?” Tanya Mikia.

“Oh,bukan” jawabku, “Robert Clarken yang melakukannya, kadang aku bersyukur orang seperti itu sudah tidak ada lagi,keberadaannya merugikan…”
aku mendelik kesal.

“Aku akan menghadapi Tasuku” kata Ari. “Akan kulakukan yang terbaik”
aku merasa tiba saatnya untuk mengakhiri suasana yang tidak menyenangkan ini.

“Saling bunuh dengan adikmu?” aku memalingkan wajah.
Menunggu jawaban Ari.

“Dia yang membunuh setengah dari kawan kawan kita…” aku mengingatkannya.
Ari menggeleng.

“Waktu akan memutuskan,hukuman apa kiranya yang akan dia dapatkan dari perbuatannya,aku hanya melakukan tugasku”

Aku sangat puas dengan jawabannya,itulah sahabatku,
dia tidak mungkin membuang posisinya sebagai kakak, tapi dia juga tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai pejuang.

“Ah,iya,tadi kau ingin bilang apa padaku?” tanyaku pada Mikia. “ ’su…’ apa?”
Diluar dugaan Mikia meninjuku lagi,
ia menatap pada Ari dan Monroe,wajahnya merah sekali.

“Bodoh! Kau mempermalukan aku!” ia melangkah pergi dengan kesal,
Aku meringis memegangi pipiku yang ditinju tanpa mengurangi tenaga sedikitpun itu.

“Salah apa,sih aku? Kenapa dia marah begitu,padahal aku kan’ hanya bertanya!”
Dengusku sebal,

“Kau harus lebih mengerti perasaan wanita…” Monroe menasehatiku,
Ari memperlihatkan wajah prihatin.
apa,sih,
mereka selalu membicarakan hal yang tidak kumengerti,
oadahal aku kan’ Cuma sekedar ingin mencairkan suasana…
lain kali aku harus hati hati bicara padanya
kutekan pipiku,dua kali kena bogem Mikia,

Huh,kuat sekali dia…


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:10 am

Daina.


___________________________________________
___________________________________



Memandangi jam digital diatas meja kecil itu,aku duduk dilantai tanpa bergeming,menatap setiap detik,berdetak seirama jantungku,
buah-buahan yang semula akan kumakan akhirnya tergeletak tanpa kusentuh sedikitpun diatas meja disampingku,
karena sejak tadi malam hingga siang ini,aku tidak nafsu makan,

Berharap waktu berhenti,atau setidaknya bisa kuputar kembali.
kakak benar,
harusnya aku tidak ikut,harusnya aku tidak pergi kesana, jika aku tetap disini aku tidak akan tahu kenyataan,
dan tentu saja aku memiliki kesempatan berbohong pada diriku sendiri.

“Jangan memanggilku dengan nama itu…hubungan kita juga sudah kuputuskan,
aku tidak punya perasaan apa apa lagi padamu, jadi jangan mencariku lagi.”

Aku tahu lebih baik aku tidak mendengarnya,aku tidak ingin mendengarnya…
aku tidak menyesal bisa melihatmu lagi,aku senang bisa bertemu lagi,

Tapi kenapa?
kenapa harus dengan kebohongan semacam itu…?
tidak cukupkah kami terlukai dengan dusta yang dibuatnya sendiri!
aku mendekapkan kedua tangan ke telingaku.

Biar! Biar Tasuku berbohong,tapi aku tidak! Aku tidak mau ikut rencana ini!
aku tidak mau berpisah dengan cara ini! Aku harus bertemu dengannya…
bertemu dengannya,hanya berdua dan bertanya tentang perasaannya yang sesungguhnya padaku.

“Menangis lagi?”
Kakak muncul disampingku,bahkan aku tidak menyadari berapa lama dia ada dibelakangku,
aku membalikkan badan menatapnya dengan pandangan memohon.

“kakak…! aku…ingin bertemu Tasuku sekali lagi…” pintaku tanpa berbasa basi,hasratku menggebu,segala kerinduan memuncak,
aku ingin bertemu...
ingin bertemu!

Kak Ari tampak terkejut bukan main dengan permintaanku.

“Tidak.” jawabnya tegas “Walau apapun yang terjadi,aku tidak akan membawamu padanya untuk kedua kalinya.”
pemilik mata setajam mata pisau itu bereaksi memberikan penolakan,
seperti lubang hitam yang akan menyedotku kedalam.

“Dia tidak akan membunuhku,seperti kemarin,dia tidak akan melakukan apa apa karena aku ada disana! Dia mencintaiku!” bantahku berkeras.

"Lebih baik kau bersabar,serahkan semuanya padaku,setelah itu aku berjanji..." ia membujuk,tapi bujukan tertelan oleh kerasnya egoku sendiri,

"Harus aku sendiri yang bertemu dengannya,ada yang ingin kukatakan padanya!" cetusku memotong perkataannya.
kak Ari mengacak rambutnya sendiri.

“Kau pikir sedang berhadapan dengan apa,kemarin?”

“Tasuku! Suamiku,adikmu!”

“Itu bukan Tasuku!” kak Ari berteriak “Itu hanya orang gila yang kehilangan kewarasannya!”

Air mataku merebak.

“Tega-tega nya bilang begitu…?”

Kakak terdiam,menyadari apa yang baru saja terucap dari bibirnya,
wajahnya begitu putus asa,
putus asa.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:10 am

Ari.

____________________________________________
_______________________________

Ya,Tuhan,ia kembali menampakkan wajah seperti itu,
membuatku kebingungan,

Aku telah menyaksikan hal paling kutakutkan didunia ini,tapi,

Tapi membayangkan akan kehilangan Daina lebih menakutkan untukku,
aku hanya memiliki dia!
hanya dirinya saat ini!

Disaat aku telah menetapkan perasaanku padanya,mata serupa kristal berwarna cokelat pekat itu menatapku berkaca kaca, membuatku menderita.

“Kumohon,mintalah apa saja padaku,tapi jangan…” aku menunduk menghindari mata kami bertemu. “Kumohon jangan yang satu itu…” aku berbisik lirih,menyentuh bahunya dengan sikap menegarkan.
"Kau tidak boleh pergi dariku,kau tidak boleh menghilang!"

Aku tidak sanggup berdusta lagi,apalagi kepada diriku sendiri,
sudah cukup semua kebohongan ini,
aku tahu ini adalah dosa,aku tahu mencintainya adalah dosa,tapi untuk kali ini saja,
aku ingin menjaganya,karena aku tidak dapat membayanigkan dunia tanpa dirinya...

Maafkan aku,Tuhan,
maafkan aku,Tasuku...

Daina memperlihatkan wajah kebingungan,
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi" ucapku seiring ego,
yang aku tahu,apapun yang kukatakan saat ini pasti akan kusesali seumur hidup,
paling tidak hanya sampai lima detik lagi.

Dan sekarang aku tidak dapat lagi bertahan untuk tidak merengkuhnya kedalam dekapanku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:11 am

Daina.

____________________________________
_____________________________



Ia memelukku.
“Maafkan aku…lagi lagi aku membuatmu menangis…aku tidak berguna” ia bergumam sendiri.

Tiba-tiba saja nada suara kakak melembut,
aku tahu ia sebenarnya memang orang yang amat lembut,tapi apa pantas ia bertindak sampai seperti ini...?

“Kau benar,tapi aku melihatnya membunuh…aku melihatnya yang tidak memiliki kemausiaan sedikitpun,meskipun hukuman mati amat sangat pantas bagi orang yang yang ia bunuh,tapi dia juga memberikan penghukuman bagi orang orang yang tidak bersalah,teman temanku,orang sipil yang tidak berdosa… aku melihat begitu banyak kematian,menyaksikan kematian mereka dan menyadari bahwa dia lah yang harus bertanggung jawab atas semua ini…!”
“Karena dia adikku, aku ingin memaafkannya…hatiku iya,tapi keadilan dan nuraniku sebagai manusia tidak…!”

Saat mengatakannya,aku merasakan aliran bening dan hangat mengalir di wajahku,

Kak Ari menangis.

Pertama kali aku melihatnya menangis secara langsung.

“Tapi aku harus tetap menemuinya…” aku bersikukuh pada pendirianku.

“Jangan” lirih kak Ari ditelingaku.
aku ingin melihat wajahnya tapi dia membekapku di dadanya.

“Lepaskan aku,kak…terserah kakak mau membantuku atau tidak,aku akan tetap pergi,aku akan tetap menemuinya”

“Tidak boleh!” ia tidak sedikitpun merenggangkan dekapannya.

“Kak…aku susah bernafas…” “kenapa kakak jadi aneh begini,sih?! Aku tidak suka begini…aku tidak mau… kau seperti orang asing!”

“Aku akan mengabulkan apapun yang kau mau,menjadi kakak yang baik hati selama lama nya,menjadi keluarga,atau apapun! tapi kau tetap tidak boleh menyia-nyiakan nyawamu dengan pergi kesarang undead,aku belum gila untuk menurutimu pergi kesana! Kau lihat cara nya membunuh? Kau lihat apa dia punya perasaan?!”

Kak Ari melepaskan dekapannya,ia jatuh terduduk diatas sofa,gelisah sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

“Kau bisa mati…kau bisa terbunuh…”

“Aku tidak peduli…!”

“Aku peduli.”

Aku tersentak,aku tidak tahu kapan pastinya, tapi sudah sejak lama aku merasa aneh dengan kakak…

“Kenapa kakak? Ada apa sebenarnya?” aku merunduk agar bisa mengguncangkan tubuhnya,
ia tidak mau melepaskan telapak tangannya yang menutupi sebagian wajahnya.

“Jangan! Aku tidak mau melihatmu sekarang!”

Jelas aku tersinggung mendengarnya,

“Kakak marah padaku?! Justru lebih baik,kan? Kalau kakak tidak suka aku…aku akan pergi…”

“Bukan, bodoh!”

“Kalau begitu kenapa kakak tidak mau memandangiku?! Kenapa bersikap seolah aku makhluk asing?!” aku berteriak teriak. “Sejak awal aku sudah menerima begitu banyak kebaikan darimu,aku selalu takut aku tidak bisa membalasnya…” suaraku memelan.

“Kalau kakak tidak mau membantuku,aku harus minta bantuan siapa lagi?!” tanyaku putus asa.

Kakak masih tidak bergeming ,memalingkan wajahnya kearah yang tidak dapat kujangkau dengan penglihatanku,sementara tangan kirinya kembali mencekal pergelangan tanganku.

“Aku tidak akan membiarkanmu pergi” hanya itu kalimat yang ia ucapkan.

“Kau tidak menginginkanku disini” ucapku sembarangan,aku tahu ucapanku tidak dewasa,tapi aku sama sekali tidak bisa mengontrol emosi dan kekalutanku.

“Kau salah…kau boleh berada disini,” ia masih menyanggah,

“Aku ingin kakak ada bersamaku disana,kita berdua akan menghentikannya,hanya kita yang bisa”

“Dimana akal sehatmu?! Itu percuma!” ia berteriak padaku untuk pertama kalinya sejak pertengkaran kami bermula.
aku terdiam,Kak Ari menatap langsung ke mataku,


Deg!


Apa apaan ini?


“Jangan pergi…” kata kak Ari perlahan,ia memelukku lagi,
hatiku seperti dihujam,
pandangan itu,aku mengenalnya,
ini seperti pernah terjadi sebelumnya,hari dimana aku ditatap dengan cara yang sama.

Oleh Tasuku.

Kak Ari tidak memperdulikan keterkejutanku.
ia memandangiku,menahan tangan dan bahuku,

“Aku harus pergi…aku baru ingat ada urusan...” ujarku gemetar ketakutan,mengalihkan pembicaraan,tapi mata itu…
Mata itu menahanku tetap ditempatku meskipun nuraniku berkata aku harus menyingkir, kemudian kusadari pergelangan tanganku dicekal lebih erat lagi.

“Aku ingin pergi! Biarkan aku pergi! Aku tidak mau…!”
kubalikkan tubuhku,ia menarikku,kuat sekali,dan mendekapku dari belakang,bisa kurasakan nafasnya yang hangat di tengkukku,

Aku ketakutan,sangat ketakutan karena telah ditatap oleh pandangan macam itu,

Bukan karena itu pandangan kejam dengan sorot menuduh,
bukan karena itu sorot marah,

Tapi,karena sesuatu yang bergelora didalam sana tersampaikan dengan begitu telak kedalam dadaku,sampai terasa sakit.

Kuatnya perasaan yang ia alirkan dengan hanya melalui tatapan matanya yang tajam,membuatku menggigil karena mata hitam kelam itu,
jadi,inikah yang sejak tadi ia sembunyikan dariku?

“Ku...kumohon,kak! Le…lepaskan aku…” aku memohon dan meronta,tapi ia memegangiku semakin erat,aku merasa lemas karena hangatnya tubuhnya.

“Aku sudah mencintai Daina…bukan cinta seorang kakak…bukan yang seperti itu…” dia menekan kedua tangannya ke perutku,seolah memohon ampun.

“Cinta seorang laki laki yang bukan ‘kakak’…” ia menggenggam tanganku semakin erat. “Tasuku sudah tidak ada,jika Daina juga menghilang,aku…”
Suara baritone yang biasanya terdengar tegas,kini teramat lirih,
nafasnya...,
nafasnya seperti menghentikan nafasku,

Aku tidak mampu bicara…,tidak tahu harus bicara apa,
Tuhan,mengapa kau biarkan ia mengatakannya?

“Kakak…kau menyakitiku…!” aku memekik halus,

Kak Ari menyadari perbuatannya agak berlebihan,segera melepaskanku, aku terduduk merosot dilantai memegangi pergelangan tanganku yang memerah.
Panasnya masih terasa…
Kak Ari ikut berjongkok di sampingku,meraih tanganku yang agak sedikit sakit.
Menciuminya sebagai permohonan maaf,
melihat tindakannya,aku dalam sekejap merasakan,betapa selama ini ia menahan diri.

“Kenapa…” dalam perasaan yang frustasi ini,aku tenggelam “Kenapa bisa jatuh cinta…?”

“Sejak awal aku mengenalmu,aku sudah tahu akan perasaanku padamu, sebelum kau mengenal Tasuku,sebelum dia masuk dalam kehidupanmu,” kakak masih menempelkan pergelangan tanganku di pipinya ketika ia bicara.

“Percayalah padaku,aku tidak pernah sedikitpun memiliki niat untuk merebutmu darinya, tidak ada secuilpun dalam hatiku bersyukur atas apa yang ia alami,aku menyayangi Tasuku…dan kau juga,amat berarti bagiku,aku tidak sepicik itu sampai mengorbankan kebahagian adikku demi kepentingan pribadiku...”

“Aku tidak berharap kau membalasnya,tidak berharap apa-apa padamu,aku sendiri tahu perasaanku ini salah dan dosa,
aku hanya akan menjadi ‘saudara’ atau ‘keluarga’ dalam ingatanmu, aku hanya ingin kau tahu inilah alasanku mempertahankanmu sampai saat ini…,hanya kau yang kupunya…!”

Aku menatapnya tak percaya,
ia seperti tersadar dari mabuk,ingat akan apa yang barusan diucapkannya,
semburat rona merah padam menyebar di pipinya,

“Jangan dipikirkan,Daina…anggap saja aku tidak pernah mengatakan apa apa…”

“Jangan dipikirkan,ya” ulangnya,mengelus pipiku lembut.

Tapi aku menolak.
“Tidak akan sama lagi…” sahutku,

kak Ari tertegun,bimbang.

“Kita tidak akan sama lagi…!”Teriakku, aku menepis sentuhan lembut menghanyutkan itu dengan kasar,
detik berikutnya tanganku melayangkan tamparan keras tepat ke wajahnya,
aku memukul-mukul dadanya nya,kak Ari menahan pukulanku tapi tidak berusaha menghindarinya.

“Kita sudah hancur…!” aku berteriak “Aku,kakak,Tasuku…! Tidak akan bisa kembali seperti dulu…!”

“Aku bisa terima kalau kau ingin membunuhku,” kak Ari mengeluarkan pisau yang semula terletak diantara buah buahan diatas meja,benda mungil tajam yang sering kugunakan untuk mengupas buah,

“Lakukanlah,lebih baik kau membunuhku,daripada aku melihatmu mati ditangan adikku sendiri…!” ia menyerahkan benda tajam itu ketanganku.

Aku meraihnya,aku ingin membunuhnya,perasaanku bercampur aduk, aku ingin dia tidak ada…aku ingin kakak menghilang…!


Apa salahnya…?


Nuraniku tersentak,merenggut pikiranku yang kalap,
apa yang telah dia lakukan padaku…? Dia hanya…
hanya mencintaiku…
cinta yang lancang tetap saja cinta…

Aku melempar belati itu kesudut, menangis sejadi jadinya.
terjelepak di atas karpet, kesal…marah…kesal sekali…

Aku tidak bisa membencinya,walau aku ingin…aku tidak bisa membenci orang yang berkata ‘mencintaiku’ dengan bersungguh sungguh…

Kak Ari mengusap rambutku, kembali meraihku di dadanya.
hingga aku terbungkus dengan sempurna.

“Aku minta maaf…”
“Aku tidak pernah bermaksud melukai Daina ataupun Tasuku…” ada nada menyesal dalam setiap kata katanya.

“Harusnya aku berpikir dulu sebelum bicara,”

Ini pernah terjadi sebelumnya…Tasuku…selalu tidak henti henti nya meminta maaf jika aku sedang sedih,
aku membayangkan ia yang ada dihadapanku sakarang…

“Sekali lagi,jangan pergi,kumohon…jangan pergi…” mohonnya membuang harga diri,
ia menundukkan kepala sebagai tanda permohonan.
aku…aku melihat seseorang dalam pikiranku.

“Tasuku…” aku memanggil namanya, “Tasuku…Sayang…”
Aku memeluk sosok kokoh didepanku,menenggelamkan diriku diantara lengan yang besar dan kuat ini, aku melihat sinar mata dihadapanku memandang ragu,tapi sedetik kemudian,hanya bayangan mata biru dan rambut pirang yang kulihat,
dan sentuhan yang liar dan kuat terasa sangat manis di bibirku,menyambutku…
ini…berbeda dengan ‘ia’ yang biasanya menyentuhku dengan lembut.

Ia akan kembali,kan?!
kembali padaku...?!

“Tasuku…Tasuku!”
akh,apa yang…

Lalu balasan yang kuterima amat ganas…berbeda…rasanya berbeda…

Tasuku!

Aku terlonjak kaget.

Apa yang barusan kulakukan?
rasa rinduku pada Tasuku begitu menjadi jadi hingga batas antara kenyataan dan khayal jadi begitu buram.

Dan kemiripan mengerikan ia dan adiknya yang begitu nyata dalam beberapa hal,
aku menggigil,

“Aku…aku…” aku tidak dapat menjelaskannya,aku sangat marah pada diriku sendiri,dan marah pada kak Ari yang memiliki perasaan tidak lazim kepadaku,

Sebegitu perlunya kah? hingga ia tidak mampu menolakku barusan?!

Aku berlari keluar dari ruangan yang seakan menyekapku itu
aku tidak ingin melihatnya,

Lancang…! Lancang…!

Aku harus pergi dari sini,aku tidak boleh terus berada disini,
aku ingin bertemu Tasuku…
aku harus bertemu dengannya…
agar Tasuku tahu,betapa aku sudah melewati batas akhir kewarasanku karenanya...


Aku harus bertemu dengan Tasuku...!
harus!



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:13 am

Mikia.


Kediaman Mikia & Alexander Boraknitchov,
Lima belas menit setelahnya,

________________________________________
_________________________________


“Kau masih disini?” kakek menyeruak masuk kedalam kamarku,
Dimana aku sedang asyik membaca buku sendirian,
Ia meraih buku ditanganku, memperhatikannya sebentar,lalu melemparkannya lagi keatas pangkuanku.

“Bukannya ini masih jam kerja?” tanyaku.
Kakek malah terkekeh.

“Memangnya salah menengok cucuku sendiri…?” ia tersenyum lembut “Akhir akhir ini kakek terlalu sibuk dan lupa memperhatikanmu,” ia duduk disisi ranjang berbelahan denganku.
Mengurut keningnya yang menampakkan tanda tanda bahwa ia sudah sangat berumur dalam masa aktifnya yang sama sekali tidak bisa dikatakan singkat ini.

“Aku bukan anak kecil lagi” jawabku “Lagipula,aku mengerti kakek sibuk,aku tidak kesepian,kok!” aku sedikit membantah untuk meyakinkannya.
Kakekku menepuk bahuku dengan wajah arif.
Aku menunduk.

“Kenapa kakek tidak pensiun saja,sih? Aku khawatir,fisik kakek tidak sekuat dulu lagi…” lirihku.
Aku menundukkan wajah semakin dalam,takut-takut menatap wajah kakek saat aku menanyakan hal tersebut.

“Kau memikirkan kematian teman temanmu,Mikia?” Tanya kakekku,
Tentu saja aku kaget,dari mana kakek tahu,bahwa itu semua mengganggu pikiranku?

“Aku…”

Tidak bisa! Aku tidak mungkin mengatakan hal yang cengeng begini,
Tapi kakek mengerti,

“Akupun mengalami dilema yang tidak mudah saat kau menjadi salah satu dari Guardian” kakek bercerita,

“Kalau begitu,kenapa? Kenapa kakek biarkan aku?!”

“Aku percaya padamu,dan percaya pada generasi seperti kalian,yang kutitipkan mimpi mewujudkan perdamaian”

“Aku tidak takut mati” putusku, “Daripada kematian,aku jauh lebih takut kehilangan orang-orang yang berharga bagiku! Itulah alasanku bertempur”

“kalau begitu,jadikan alasan itu untuk bertahan hidup” kata kakek lagi,aku terdiam.

Kakek melanjutkan,
“Ini ambisiku,ambisi kita bersama, melindungi apa yang seharusnya kita lindungi, tabahkan hatimu,mungkin saja kau akan melihat lebih banyak kematian nantinya” ia menghela nafas. “Seperti aku menyaksikan kematian kedua orang tuamu,anak dan menantuku…”
Aku memeluk kakekku,

“Aku tidak pernah sedih karena hal itu,aku tidak ingat pada mereka” jawabku dingin, kakek malah tertawa.

“Maaf,aku lagi lagi lancang!” aku menepuk mulutku sendiri.
Lagi lagi aku bicara tanpa tahu perasaan orang lain,
Dasar aku ini…

“Masa depan yang cerah berawal dari masa lalu yang telah dilupakan,kau tidak akan dapat melangkah dengan baik jika belum dapat sepenuhnya melupakan kepahitan,kehilangan,dan kegagalan di masa lalu”
Aku menatap kakek yang menyuarakan nasehat yang biasanya bosan kudengarkan,

“Semua orang pernah mengalaminya,” kata kakek sambil mata beliau menatap keluar menembus jendela,melihat bayangan langit yang terbentang luas disana.

“Meskipun kakek tidak ada,tetaplah hidup,Mikia Boraknitchov, atau setidaknya bertahan hidup,” ia memeluk bahuku lagi dengan penuh kasih sayang.

“Jika kau pernah kehilangan, jangan gentar, tetap berdiri dan warisi tekad dan keberanian ini,lalu selamatkan sebanyak mungkin orang, jadilah kuat”
Aku merasa dadaku panas.
Sesuatu yang hangat mengalir.

“Nah,kemarikan tanganmu,kakek ingin memberikanmu sesuatu”
Aku menadahkan tanganku seperti meminta, menunggu dengan berdebar.
Kakek memberikan sesuatu yang ia genggam erat ketanganku.
Sebuah liontin perak yang bisa dibuka.
Aku membukanya.
Dan disana aku melihat foto kuno, foto yang diambil dari kamera antik yang berwarna hitam putih,entahlah,
Memotret dengan memakai kamera antik yang sudah jarang ada merupakan hobby kakek.
Liontinnya juga model lama…
Dia gemar mengoleksi barang barang yang ketinggalan zaman,
Tapi aku suka, sebab kakek juga terlihat antik sih, hahaaa,
Aku tidak sopan.

“Fotoku ketika masih kecil,dan kakek…” aku nyengir senang melihatnya.
Aku tidak bisa menyembunyikan ekspresi cemberutku sesaat kemudian.
“Tapi,kok kuno begini? Bukannya ada teknologi fotografi yang lebih canggih?” protesku.
Kakek berdehem.

“Jangan menolak permintaan orang tua!”lalu ia berpura pura sakit untuk membuatku luluh “Ugh…jantungku…”

Aku terkesiap.
“Eeehh…Iya! Iya! Aku senang! akan kusimpan! Jangan mati,dong”

lalu Kakek membusungkan dada dengan gaya sedikit narsis.
“Kau tahu,Mikia? Liontin ini turun temurun diwariskan keluarga kita untuk anak perempuannya, ibuku, lalu istriku,yaitu nenekmu, lalu menantuku yaitu ibumu,dan sekarang, kau” ia menatapku bangga. “Waktunya sudah tepat kau memiliki ini”

“Ya…ya…ya…” aku menanggapi dengan bosan.

“Aduhh…jantungku…”

“Hei! Jangan sedikit-sedikit begitu dong! Iya,aku dengaaaar!” aku membuka mataku yang semula setengah tertutup lebar lebar.

“Aku serius sekarang” kata kakek lagi, aku menghela nafas.
Kami tertawa bersamaan.

“Ini juga termasuk jimat keberuntunganku,” kakek tersenyum. “Selama dua puluh lima tahun aku selalu membawa bawa benda ini dalam setiap misiku,dan tidak pernah sekalipun kulepaskan,benda ini menyertaiku dalam setiap misi kesuksasan Paladin”
Bibirku membentuk huruf ‘O’ saat mendengar cerita itu.

“Tepat sejak aku bayi,ya? Sejak ayah dan ibu meninggal?” tanyaku.
Kakek mengangguk.
aku banyak tanya,ya?!

“Bawa dalam setiap misimu, doaku bersamamu,” katanya.
Aku berjanji dalam hati akan menurut.

“Berarti kalau kakek melepaskan benda yang mencatat setiap keberhasilan ini…kakek bakalan gagal terus dong?” candaku.

“Kau tidak bisa diajak bercanda…” gerutu kakek.
Kami tertawa lagi.

“Kalau aku gagal,itu artinya sudah takdir” ujar kakek disela tawa nya.

“Aku tidak setuju!” gumamku menggembungkan pipi dengan gaya agak merajuk, “Kakek harus tetap hidup untuk melihatku menikah nanti”

“Serius mau pada Kisaragi?!” Tanya kakek.
Aku terlonjak kaget,merasakan jantungku hampir copot.
Aku mendorong kakekku dengan kesal,melemparinya dengan bantal.

“Kenapa harus dia sih?!” aku balik bertanya sambil pura pura tidak paham.
Kakekku menatapku sedih,ugh…

“Padahal dengan si bocah Gabriel kau mau cerita…kenapa pada kakek tidak? Kakek kan’ bisa usahakan misi berdua khusus kalian…” tawar kakek.

Ah,Dasar Ari mulut ember!
Tapi mau tidak mau telingaku berdiri.
“Mi…misi…berduaan?” wajahku merah karena membayangkan yang tidak-tidak!

“Misi apa yang akan kita berdua lakukan?”


Deg!


Tubuhku membeku ditempat,seakan darahku berhenti mengalir.
Kakek tertawa nyaring sekali,membuatku makin gugup.

“Maaf,aku telah lancang masuk” Ryo berdiri didepan pintu kamarku. “Saya sudah mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban.” katanya lagi,dengan nada sopan.

“Pertemuan sudah akan dimulai.” ia menyampaikannya pada kakek,dan saat ia bicara,ia sama sekali tidak melihat kearahku,
Rasanya sangat menyebalkan,mengingat aku sulit sekali mengalihkan pandanganku darinya.

“Baik,kau mau disini saja,tuan putri?”

aku menjawab pertanyaan kakek dengan memperlihatkan ponselku.
“Aku mau menghubung Ari dulu,pasti Ryo lupa menghubunginya,”

Kakekku mengangguk.
“Ryo, jaga cucuku ya” celutuk kakek.
Wajahku dan Ryo pasti terlihat seperti habis tersambar petir sekarang.

“Hah?” Ryo mendelik penasaran padaku.
Bahkan meskipun wajah lugu-nya itu terlihat begitu inosen,tapi aku tetap kesaaaaal…

“Kalau tidak ada keperluan lagi,keluarlah kalian! Aku mau ganti baju!”
Aku melempar semua bantal ditempat tidurku agar kakek dan Ryo cepat cepat menjauh.
Kakek menutup pintu kamarku dan mengedip.
Kesal,sih,tapi aku senang juga…
Begitulah keluargaku,

Aku juga hanya punya kakek sebagai satu satunya keluargaku didunia ini,
Karenanya aku mengerti perasaan Ari,
Aku tidak ingin kehilangan,orang orang yang kucintai dan lebih berarti dari hidupku sendiri.
Aku menggenggam liontin pemberian kakek erat dan memeluknya dalam dadaku.
Berharap perlindungan Tuhan akan selalu menyertai orang orang yang berarti bagiku, dan berharap mereka selalu diberikan keselamatan dalam setiap langkah mereka.


Hanya itulah Harapanku.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:15 am

Ari.


(Lanjutan)



__________________________________________________
____________________________________



Padahal aku sudah berulang kali mengatakan ‘Tidak berharap’…


Kenapa aku tidak bisa menolak yang barusan?
Aku tahu yang barusan hanya kecelakaan,dia tidak membayangkanku sama sekali,aku tahu bukan aku yang ada dimata dan hatinya saat itu,
Bukan salahnya, meski sentuhan di bibir itu hanya sepersekian detik, kami berdua sempat terhanyut, dan aku juga tidak bisa menahan perasaanku!
Tapi aku ingin membuatnya senang… Aku ingin menyenangkannya dengan semua yang ada dalam diriku,
Terkadang aku begitu mengutuk kemiripanku dengan Tasuku,

Aku ingin melindunginya,ingin dia bahagia,
Aku tidak akan menjadi egois selama aku tidak punya keinginan untuk merebutnya,
Hanya itu yang bisa kukatakan pada diriku sendiri.
Cinta,ya,ini cinta,
Tapi aku tidak berharap,hanya itu.
Dengan segala kerelaan hati aku hanya ingin ia tahu perasaanku,
meski ia tidak bisa memberikan balasannya, aku telah memberitahunya, bahwa ada orang lain yang mencintainya, menyayanginya, senantiasa melindunginya, juga selalu berharap ia baik-baik saja,
dan gilanya, ada secercah rasa lega dihatiku, setelah ia tahu perasaanku sekarang.

Aku membuka kembali memori di benakku,
Sedangkan Tasuku…
Aku tidak akan mengkhianatinya,hanya ini hal terakhir yang bisa kulakukan untuknya.
melindungi seseorang yang berharga baginya,yang secara tidak sengaja menjadi 'Berharga pula' bagiku
Karena aku tidak berani menduga apa yang akan terjadi pada aku dan Tasuku dimasa depan.
Aku tidak pernah mengerti apa yang dipikirkannya,
Dia yang kukenal adalah seorang yang lembut dan kharismatik,
Aku tidak pernah menyangka segalanya akan berakhir seperti ini,

Dihari itu,
Hari dimana aku dan Tasuku kehilangan kedua orang tua kami, sebetulnya kami telah bersumpah untuk saling menjaga.


Jika aib itu adalah kau,lebih baik kita hancur bersama saja…



Aku mengusap keningku, Bimbang.
Terngiang kembali pembicaraanku dan Tasuku dahulu, padahal sebelumnya aku tidak pernah percaya takhayul,
Tapi jika kupikirkan lagi, hari itu sungguh sebuah pertanda.
Ketika aku bicara padanya dan mengutarakan betapa besar aku menyayanginya sebagai saudaraku,

Kami bukan orang lain, ditubuh kami mengalir darah yang sama,
Rasanya aku dikhianati,
Atau aku yang berkhianat,kenyataannya sama saja.
kami saling menyakiti satu sama lain, kami berada dipihak dan jalan yang berseberangan,
Daina benar,kami sudah hancur, kami tidak dapat dipersatukan lagi…
Salah siapa?
Takdirkah?
Bukankah kami tidak pernah membayangkan,juga tidak pernah tahu apa yang akan terjadi bahkan untuk dua menit kedepan sekalipun?

Aku ingin menangis jika mengenang Tasuku,
Terbayang olehku,Undead pertama yang dibantai olehku,adalah orang tua ku sendiri.
Apa dosaku,hingga adikku satu satunya kini mengajakku saling bantai?
Aku merenunginya dengan perasaan terluka yang sangat dalam.

Anehnya,aku yang awalnya merasa berdosa pada Tasuku karena perasaan rahasiaku pada Daina yang kupendam selama ini,
Justru merasa lega setelah mengungkapkan isi hatiku padanya…
Dia akan membenciku,aku tahu,
Aku sudah terlalu lancang mencintainya,

Sekarang aku mengerti mengapa aku mencintai Daina,karena ia begitu tulus dan bersungguh-sungguh mencintai Tasuku,
Aku banyak belajar dari cinta kasih mereka.

Aku tersenyum,aku tidak mengerti apa yang kutertawakan,
Aku sudah mengalami hal yang hebat, penderitaan batinku tak terperikan rasanya,
Lengkap sudah,
Hukuman bagiku,kah? yang selama ini terlalu mendewakan Tasuku, hingga ia menjadi bumerang sebagai satu-satunya kelemahanku didunia ini?!
kuhabiskan selama hidupku hanya untuk mempercayainya, jika bukan karena Tasuku, tidak akan kuserahkan Daina dengan begitu mudahnya,
lebih baik aku menyimpannya bagi diriku sendiri,
begitulah seharusnya,
namun aku begitu ingin melihat adikku yang menjadi separuh dari nafasku dan dewa didalam duniaku, bahagia...

apakah itu berdosa?
dosakah aku pada diriku sendiri?!

Bukan,dia,sejak awal sudah ditentukan, bahwa takdir Tasuku adalah…
Adalah menjadi Eraser yang diturunkan ke muka bumi dengan segala anugerah dan keajaiban yang dimilikinya,
Untuk memberi pelajaran berharga pada orang orang picik yang tidak mau tahu tentang aturan dunia.
Dialah fenomena alami yang ditunjukkan oleh kekuasaan Tuhan…
Ini adalah cerita tentang perubahan,dimana seorang malaikat bisa jatuh,sayapnya patah,lingkaran suci nya terbakar, dan berubah menjadi makhluk sangat jahat yang disebut iblis.

Ponselku berbunyi,Mikia lagi…
“ya?” sahutku, aku duduk bersandar diatas sofa dengan pandangan linglung,

“Ar! Segera berkumpul! Serangan mendadak di tiga benua! Invasi besar…”
Tidak usah teriak-teriak begitupun aku sudah tahu,aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku menutup ponselku,

Menegapkan tubuhku,berdiri dan memandang ruang kosong itu.
Kukenakan Coat hitam panjang itu, Aku akan bertempur.
Meski sulit,aku akan menguatkan hatiku,aku akan melakukan yang terbaik,hanya itu.

“Sudah dimulai,ya” gumamku pada diriku sendiri.
Kita akan bertemu,disana,

Adikku…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 EmptySat Nov 27, 2010 10:16 am

Daina.


_____________________________________________
___________________________________


Mereka membicarakan Invasi besar besaran yang terjadi di tiga benua,
Australia,Amerika,dan benua Asia,
Aku pikir Tasuku pasti masih ada di salah satu benua itu,
Dan aku berhasil mencuri dengar para prajurit pangkat rendah yang bergosip,
Bahwa markas kaum undead kemungkinan ada di Amerika Serikat,karena setelah Washington D.C,disanalah invasi terbesar dilaksanakan,

Aku mengendap endap, ada dua prajurit Paladin dan aku tepat di belakang mereka, tubuhku yang kecil memudahkanku bersembunyi.
Ini adalah ruangan penyimpanan pesawat jet milik Paladin.
Selama berada disini aku sudah diajari banyak hal oleh Mikia,termasuk mengendalikan pesawat.
Aku butuh kendaraan jika ingin menemui Tasuku.
Kanada?
Seberapa jauh itu?

Well,Washington D.C kemarin saja sudah sangat luas hingga tidak bisa kuhapalkan diluar kepala,apalagi tempat yang tidak pernah kudatangi dan hanya kulihat lewat poster dan film seperti Kanada?

Aku tipe yang bertindak dulu baru berpikir…,
Tapi,jika dengan kekuatan cinta,pasti bisa bertemu!

Cinta…
Kenapa saat seperti ini pernyataan cinta dari kak Ari terbayang lagi?!
Aku menyingkirkan ingatan itu dari dalam kepalaku.
Maaf,Tasuku…betapapun kak Ari sudah begitu baik padaku, aku hanya mencintai Tasuku saja,aku tidak suka pria lain…

Dan aku juga masih marah pada kak Ari sebab dia begitu lancang!
Huh! Kenapa aku jadi pusing sendiri?!
Mataku jadi berkunang kunang…

Sebenarnya bukan masalah besar jika aku berkeliaran disekitar sini,aku sudah akrab dengan Mikia,dan aku cukup mengenal para pilot yang biasanya berkumpul disini dan melakukan perawatan pada pesawat tempur mereka.

“Kumpul sebentar di aula utama!”
aku memepet dinding,mendengar seseorang bicara.

“Tapi bukankah kita harus menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai terlebih dahulu?” Tanya yang lain.

“Tidak lebih dari lima menit,ketua Boraknitchov memerintahkan kita untuk mendengarkan pesannya,keadaan darurat,siapkan semua pesawat tempur kalian untuk bersiaga,”

“Kapten Gabriel sendiri yang akan memberikan instruksi pada kita semua.”


Kesempatan!


Aku segera keluar sesaat setelah langkah langkah kaki itu menjauh,
Dengan gesit tubuhku yang ringan bisa melompat dan memanjat keatas badan pesawat yang tersusun rapi,
Aku memilih yang paling sering ku kendarai bersama Mikia…
Aku segera duduk di kokpit,aku tahu harus melakukan apa,walau ini pertama kalinya aku mengendalikan pesawat tanpa ada Mikia disampingku.

Tuhan,Daina benar benar anak nakal…
Dasar Daina anak bandel, mengendarai pesawat tanpa ijin,Daina pantas dihukum…
Tapi keinginanku bertemu Tasuku amat besar,
Kerinduanku tidak terbendung lagi,

Terlihat olehku para prajurit yang terkejut bukan main melihat yang kulakukan, mereka sudah memasang ancang ancang akan mengejarku,
tapi percuma,aku sudah jauh sekali saat mereka baru saja meluncurkan pesawat mereka diangkasa.
Jujur,benda ini luar biasa cepatnya,aku sangat takut!

Demikianpun, aku tetap ingin bertemu…
Sangat ingin bertemu,aku percaya ia juga merasakan hal yang sama denganku,

Tunggu Daina,ya,Tasuku!


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
Sponsored content





Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 4 Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Descendant Of The Death Master
Kembali Ke Atas 
Halaman 4 dari 10Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Descendant Of The DeathMaster :: DESIRE... :: Chronicles...-
Navigasi: