Descendant Of The DeathMaster
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
IndeksPortalLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian
Latest topics
» Descendant Of The Death Master
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyThu Dec 26, 2013 9:35 am by DeathMaster

» Shirotabi Come here ^o^v
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Aug 03, 2013 3:52 am by DeathMaster

» DeepBlue Kingdom
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyThu Aug 01, 2013 7:05 am by Shirotabi

» Newsletter
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyMon Jul 22, 2013 11:01 pm by DeathMaster

» Lily - I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyMon Apr 09, 2012 2:11 pm by DeathMaster

» Rules...? Sedikit aja kok!
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyMon Apr 09, 2012 12:45 pm by DeathMaster

» Perkenalan
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptyWed Dec 08, 2010 8:28 pm by DeathMaster

» Siapa Male Chara Favoritmu?
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySun Nov 28, 2010 7:30 am by DeathMaster

» Forum Rules: Read This First!
Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 11:42 pm by DeathMaster

Top posters
DeathMaster
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 3 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap 
Shirotabi
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 3 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap 
May 2024
MonTueWedThuFriSatSun
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
CalendarCalendar
Social bookmarking
Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Poll
Siapa Male Chara Favoritmu?
Ari
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Tasuku
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Ryo
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Stats The Origin
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Others
Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 3 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Total Suara : 2

 

 Descendant Of The Death Master

Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next
PengirimMessage
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:29 am

(LANJUTAN)

Tasuku

________________________________________
______________________________


Mimpi itu datang lagi mengusikku setelah sekian lama, mengingatkanku pada impianku semula, menciptakan surga didunia yang kacau balau ini,
membuat tempat yang nyaman sebagai tempat berlindung dimana yang kuat tidak akan memangsa yang lemah.

Rasanya aku seperti telah mengkhianati diriku sendiri…

Rupanya aku terbangun oleh sinar matahari yang merembes masuk melalui celah ventilasi,
aku dapat merasakan nafas teratur Daina masih ada balik pintu yang terkunci,
rupanya ia masih tertidur,

Dalam hati aku bertanya tanya apakah Daina lapar dan apa kiranya yang dapat kulakukan untuknya.

“Daina…”panggilku perlahan, kudengar Daina menguap malas,aku tahu ia masih mengantuk, aku tidak dapat menghalangi panca inderaku yang sudah sangat tajam dan sensitive terhadap bunyi sekecil apapun

“Tasuku…?” suaranya mencariku,

“Aku disini” jawabku

Aku hendak menanyakan pada Daina apa yang ingin ia makan pagi ini, kupikir aku akan mencarikannya sendiri,ketika telingaku menangkap sebuah bunyi asing yang lain.

Bunyi geraman halus hewan buas.

Aku mengetuk pintu dan Daina segera meresponku,
“Ada apa?”ia bertanya khawatir

“Jangan keluar” perintahku,aku merasakan tanda bahaya,mungkin juga ini adalah insting alami Undead untuk mempertahankan diri,
cara kerjanya mirip insting seekor cheetah liar…

Alam bawah sadarku memberikan gambaran secara acak,bahwa penyerangku kini bergerak tanpa arah dilantai bawah,mencari bau manusia yang bisa ditemukannya,
sunyi sekarang,
tapi aku ragu apakah ia akan gagal mencium keberadaan Daina,

Memasang kuda kuda tempur,gigi taringku memanjang,jarak pandanganku lebih jelas dari sebelumnya,

Inilah batasnya, ujarku dalam hati, bersusah payah mengontrol kesadaranku yang mulai pudar,

“Kyaaaaaaaaaa...!”
Aku tersentak oleh teriakan istriku diruangan sebelah,

Berikutnya terdengar bunyi kaca dipecahkan,dan tembok beton yang dibobol paksa,
sial,padahal aku sudah memasang palang untuk menghalangi mereka masuk baik di jendela maupun ventilasi, makhluk sekuat apa yang mampu menghancurkan barikade sempurna yang kubuat di sekitar ruangan tempat Daina bersembunyi!

Chimera itu juga muncul didepanku,
sosoknya berbentuk ular besar dan kepala manusia di bagian dadanya menyeringai penuh kemenangan…
dua ekor,diluar dan didalam,mereka bermaksud mengepung kami!

Dia juga memiliki sayap kelelawar besar dipunggungnya,
mulutnya meneteskan darah segar dan dari gigi giginya juga merah menyala juga dipenuhi darah.

Monster itu hanya menatapku saja,apakah ia pikir aku sejenis dengannya?

Tidak ada tempat yang aman dimanapun,
Tapi daripada itu,aku lebih memikirkan keadaan istriku diruangan sebelah,
makhluk iblis itu mungkin sedang mengancam keselamatan Daina dari berbagai sudut sekarang!

Aku mungkin mengingkari apa yang semula kukatakan pada Daina,tapi bukan itu yang kupikirkan sekarang,

Dengan sekali dobrakan pintu itu terhempas dan aku mendapati istriku terkurung disudut ruangan,bersama monster monster berbentuk serupa dengan monster yang mencegatku,
Daina tidak berani bergerak sedikitpun,
aku selalu bersyukur ia tidak pernah melakukan gerakan apapun yang mempersulitku.

dua...tiga...ada empat,dan lima dengan makhluk dibelakangku,
dan kelihatannya,sayap dipunggung mereka juga bukan hanya sekedar pajangan.
mereka seperti diperintah sesuatu agar mengejar kami?
aku tidak mungkin tidak bertempur,musuh sebanyak ini...
aku harus melindunginya!

“Daina!”
aku menutup mataku sambil meneriakkan namanya,berdoa semoga aku tidak melupakannya ketika nanti aku membuka mataku kembali,
Naluri pemangsaku tidak dapat kutahan lagi…
Segala fakta logis lenyap,

Kekuatan iblis,
atau apapun nama kekuatan ini...
aku akan meminjammu untuk melindungi orang yang kucintai,


Setelah itu,silahkan ambillah ragaku sebagai bayarannya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:30 am

Ari

__________________________________
_____________________________

Meski aku mengelilingi seluruh penjuru kota,tapi sudah tidak ada tanda tanda kehidupan lagi disini,

“Lakukan dengan cepat” kataku pada Mikia dan Yudas, “Jika mereka mengendus keberadaan kita dalam beberapa menit,tempat ini akan jadi ramai,hanya akan memperlambat misi”

Mikia dan Yudas mengangguk paham,

Baru saja kami akan berlalu dari tempat itu, Ryo datang,
“Lihat apa yang kutemukan” serunya,kami mengikutinya hingga sampai pada sebuah minibus,

Yang menarik perhatian kami adalah,Undead yang mati dalam jumlah besar disekeliling minibus itu, seakan mereka dimusnahkan serentak oleh kekuatan dahsyat yang tak terlihat.

“Tasuku…”
Hanya namanya yang terucap dari mulutku,
Dia sudah sampai mana sebenarnya?!

Pandanganku tertuju pada salah satu bangkai ghoul,
Ghoul itu mencengkeram sebuah liontin yang kukenali sebagai milik Daina,
Tentu saja,aku memilihkannya untuk Tasuku ketika ia mencarikan kado ulang tahun Daina setahun lalu,jadi pasti tidak salah…

Dimana mereka sekarang?

Kembali perhatianku teralihkan sesaat pada bangunan disekitarku…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:30 am

Daina

____________________________________
_____________________________

Jika boleh memilih,aku ingin kami menghilang saat ini juga!

Lagi, aku melihatnya bertarung seorang diri dalam kesakitan dan kepayahan yang sama seperti dalam mimpi mimpi burukku…

Pangeranku yang kucintai mencabik musuhnya dalam keadaan tidak sadar, dan dalam keadaan tidak sadar pula ia menyantap mangsanya,

Semuanya menjadi merah,menjadi satu dengan gerakan nya yang indah, seperti menari dan dalam sekejap ia menghias pemandangan yang ada dengan darah.

chimera dapat terbang dan bergerak dengan cepat,meskipun didalam ruangan yang sempit,
merasa lebih unggul karena menang jumlah,
tapi Tasuku tidak terpengaruh,ia mengejang dan terus mengejang,
aku terperangah melihat tubuhnya yang tertembus tulangnya sendiri,darah yang mengalir semakin memperkuat kebutuhannya,
tapi keadaan itu hanya sesaat,pelepasan...

Sekarang giliran para Chimera itu yang meraung kesakitan,
saat suamiku menarik sayap mereka,lalu mencabiknya dengan mudah,
ia tidak memberi ampun,ia tanpa belas kasih,ia kejam dan indah!
dia tidak menghabisi mereka satu persatu,tapi bersamaan.
sedikitnya ada delapan buah tentakel keluar dari punggungnya dan melecut menyambar setiap mangsanya.

beberapa menit kemudian,
Tasuku dapat mengalahkan semua chimera itu dengan mudah,tapi…

“Tasuku…” panggilku perlahan,sosok yang membelakangiku itu terasa begitu jauh…
Ia tidak menoleh.

“Pergi…Daina…”

“Apa? Tasuku…aku tidak mengerti,”
Tubuh suamiku kembali mengejang hebat,dan berikutnya aku menyaksikan mutasi luar biasa,
seperti seluruh badannya terkoyak dan akan binasa.

“Pergi! Dainaaaaa…!”

Darah keluar disekujur pori pori tubuhnya,dalam sekejap ia basah oleh darahnya sendiri, aku mengkeret disudut ruangan, tulang rusuknya mencuat keluar menembus daging yang kemerahan, punggung Tasuku kini dipenuhi tulang yang mencuat keluar, ia berbalik menghadapiku,
bukan air mata yang membasahi pipinya,melainkan darah segar yang keluar dari mata merah membara itu,

“Tasuku…ini aku…” aku mundur perlahan “ini Daina…?” air mataku tumpah jika mati ditangan Tasuku aku rela,
tapi apa ini yang ia inginkan?!

“Lari…” hanya ucapan lirih itu yang ia ucapkan untuk terakhir kalinya, sebelum virus terkutuk itu mengambil alih tubuh suamiku seluruhnya

Lari!
Jangan mati!

Suaranya dalam kepalaku berputar putar.
Reflek aku membalikkan kakiku,keluar dari ruangan,lari,lari secepat mungkin sebelum proses mutasi itu selesai,hanya itu,

Hanya itu yang ia minta dariku,aku harus tetap hidup!
aku teringat film film klasik yang mengisahkan karakter wanita yang berkejar kejaran dengan monster,
diakhir hayatnya,pastilah si karakter wanita melakukan kesalahan kecil seperti tersandung atau menginjak ranting.
akal sehatku masih jalan,aku tidak akan berbuat bodoh begitu!

Aku berlari secepat kakiku bisa melangkah,
ternyata tekadku cukup membantu,baru kali ini aku berlari secara sembarangan tanpa tersandung,
Aku harus hidup!

Lari! Lari! Lari!
Cepatlah lari,Daina…! Selamatkan dirimu!
Tetaplah hidup untuknya…!

Aku merasa selamat ketika aku telah berhasil keluar dari bangunan itu hidup hidup,
tapi sebuah sentakan berat menindihku sedemikian kuatnya,
Mendorongku hingga aku terhempas,lalu melemparkanku ke trotoar,
kepalaku membentur tanah keras sekali,

Bukan taktik pasaran...
aku sudah melakukannya dengan sangat baik,
hanya,ia lebih cepat dariku...

“Tidaaaaakk…!” teriakku nyaring,hingga suaraku nyaris habis rasanya,
Aku menyentuh bagian belakang kepalaku yang pening berdenyut denyut,
Sial,aku berdarah.

Apa hidupku sudah tidak lama lagi…?
Yang penting aku sudah memenuhi janjiku padanya untuk berusaha tetap hidup,
aku sudah...melakukannya dengan baik,
aku tidak melakukan kesalahan kesalahan bodoh seperti karakter utama wanita dalam film film horror yang menyedihkan,
jika masih tidak selamat,artinya nasibku yang buruk.

Mataku berpaling pada bayangan kabur pemangsaku yang maha tampan,
Aku sudah tidak bisa melihat kemana mana lagi,
Juga tidak bisa kabur kemana mana lagi.
hanya bisa menunggunya.

Pemangsaku yang berwajah malaikat berjalan maju kearahku,kurasakan tangan yang dingin mencekikku lembut,seakan ingin menghantarkan kematian yang indah bagiku,

Aku sudah tidak bisa bernafas lagi sekarang,

“Aku mencintaimu,lebih dari apapun” adalah kata kata yang paling ingin kuucapkan,

Sebelum aku menutup mata untuk selama lamanya.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:33 am

Ari

________________________________________
______________________________

Mikia melompat tinggi ke udara,
teknologi yang terpasang di pakaian tempurnya menghilangkan gaya gravitasi disekelilingnya dan membuatnya seperti terbang,
aku melihat siluet energi berbentuk sayap kupu kupu di punggungnya ketika ia menembakkan bazooka nya bertubi tubi kearah kawanan zombie yang bergerak kearahnya,
jumlah mereka ratusan,

“Ada apa ini?” erang Ryo kesal, memasang panah besi nya yang terpacang kuat dilengannya, ia berlari menyerbu para undead itu,membantu Mikia melakukan pemusnahan,

Mikia tidak sempat mengelak ketika seekor ghoul yang terbang mengincarnya, dan pedang kembar Yudas membelah makhluk buas itu jadi dua,tepat ditengah.

“Hati hati,” ujarnya pada Mikia,
Mikia mengangguk, seperti tidak memedulikan gravitasi,
ia memanjat pada tembok bangunan dengan hanya menggunakan kaki mungilnya yang ramping,
menembakkan bazooka secara membabi buta dalam kerumunan mayat hidup dibawahnya,

Ketika Mikia jatuh dan kakinya berpijak dengan mantap ditanah,

Mayat mayat hidup itu hanya tinggal sepertiga dari jumlah mereka ketika pertama kali datang menyerang kami,
Mikia sangat berguna jika menghadapi musuh dalam jumlah besar,
Stamina nya tidak sekuat aku atau Ryo,tapi sebagai gantinya ia memiliki senjata raksasa dan spesialisasi pemusnah massal yang dapat memusnahkan banyak undead dalam satu kali serangan sebelum energinya sendiri habis terkuras dalam pertempuran.

“Bertempurlah memakai otak kalian,jangan hanya mengandalkan otot!”
Ujarku dengan nada memerintah seorang Kapten,
Kami bergerak bersamaan.

Para undead baru datang lagi, mereka ada dalam jarak 200 meter didepan kami,

Berpikirlah,Ari,ada banyak keuntungan bertempur tanpa ada orang dikota yang telah mati begini,
Aku menutup mataku dan menghimpun tenagaku sendiri,
kurasakan getaran lembut di sarung tanganku,pertanda senjataku sudah siap pakai.

Mengarahkan tinjuku pada jalanan beraspal,membenturkannya dalam satu kali serangan saja!

Dan musnahlah,
aku melompat kebelakang,meski hanya sedikit saja aku berhasil memancing keluar panas bumi dalam jumlah seperlunya,cukup untuk menghasilkan ledakan gas yang membuat para undead itu terpanggang seketika,
sistim yang mirip menggesekkan batu api pada pemantik,tapi hal ini perlu kontrol khusus yang hanya aku saja yang mampu melakukannya.

Juga membuat retakan dan jurang besar dijalan beraspal yang menghalangi jalan mereka untuk maju,

Bau daging yang terbakar tercium sangat tajam.
Mikia dan Ryo berlari kecil menghampiriku,

“Inilah kekuatan kapten kita” seru Yudas khidmat “Puji tuhan…”
“Ari! Sejak kapan kau…” Mikia menatapku tidak percaya “Kuat sekali…”
Aku menggeleng pelan, "Hanya berguna ditempat terbuka dan luas, hei,sekarang bukan waktunya untuk itu kan? Pertanyaanku adalah,kenapa ada banyak sekali undead disekitar sini sekarang?”

Teman temanku terdiam,bagiku jawabannya sudah pasti, Stast ada disekitar sini.

Jika stast ada disekitar sini,pasti Tasuku dan Daina juga.
tidak ada hal lain lagi yang menjadi incaran Stast selain...

“Tidaaaaakk!”

Suara Daina!
Aku memutar pandangan keseluruh penjuru,
mencoba mencari sumber suara itu
nyata,ataukah hanya ilusiku semata…?

Aku mendengar raungan Undead,
baik Mikia,Ryo,ataupun Yudas terdiam,ikut menajamkan telinga,pertanda aku tidak berkhayal,

“Itu mereka!” ujarku,tepat pada saat aku menyadarinya, kawanan ghoul terbang diatas kami,

“Serahkan padaku” Mikia berlari memancing perhatian para ghoul, Yudas mengikutinya,

“Tahu tidak?” celutuk Ryo “Kurasa Yudas naksir Mikia”

“Bodoh,”gerutuku pada Ryo sambil berlalu mencari arah teriakan Daina tadi,
Ryo tergesa gesa mengikutiku.


Aku tidak berani membayangkan apa yang kutemukan nantinya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:33 am

Daina


_____________________________________
_____________________________


Hal terakhir yang kulihat dan kudengar sebelum kesadaranku mengabur adalah, teriakan yang sangat kukenal,
Suara kak Ari...

Dan seraut wajah tampan,
karya seni paling sempurna ciptaan tuhan yang sepertinya sangat bernafsu mengakhiri hidupku,

Detik berikutnya aku merasa cengkraman dileherku terlepas.
ada yang menubruk kami,pemangsaku yang tampan melepaskan aku,aku terpelanting dan jatuh keras sekali,
sakitnya...tapi itu lebih baik karena aku mulai bisa bernafas dengan benar.

Aku tidak sempat membagi penglihatanku,
Aku tidak tahu apa yang terjadi,
Pelan pelan aku membuka mata,
mencoba mencari sosok penyelamatku,
Dia sudah datang,rambut dan mata sehitam arang itu,aku sangat mengenalnya.
dia panik dan khawatir,dia marah,dia bersedih dan dia menderita karena melihat kenyataan yang sama dengan apa yang kulihat.

Aku ingin bilang padanya,kalau 'Aku tidak apa apa,hanya agak sulit bernafas…,'
dan meminta padanya agar hanya berkonsentrasi untuk menyelamatkan suamiku saja,
mengembalikannya menjadi Tasuku yang seperti semula,
dan kami bertiga bisa selalu bersama sama seperti sebuah keluarga,seperti dulu.

Mataku menutup dan membuka,berulang kali mencoba mencari sebuah rasa yang mulai pudar dan bersusah payah menghimpun kekuatan untuk bangun…

Dan mereka berdiri disana,berhadap hadapan,
Kakak beradik dengan takdir terkejam yang diputuskan akan menjadi ujian terberat bagi mereka berdua…

Yang paling menyedihkan adalah,pemangsaku yang kucintai itu,
dia tidak mengenali lagi bahwa laki laki didepannya memiliki darah yang sama dengan darah yang mengalir ditubuhnya.
saudara kandungnya.

Ia terpaku,matanya penuh keinginan membunuh.
nalurinya terus mendesak tanpa tawar menawar,
Sementara Kakaknya sendiri,terlihat hancur ketika membalas tatapan yang asing itu.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:34 am

Ryo

___________________________________
___________________________


Tak ada satupun yang terlewat dari pengamatanku,
entahlah apakah ini termasuk sebagai drama menyedihkan yang menjadi bagian dari lika liku kehidupan manusia?

Pria kuat itu berlari tak perduli ia menyongsong maut,
berharap melihat orang orang yang ia cintai dalam keadaan baik baik saja.

“Tasuku! Daina!” ia berteriak,
langkahnya terhenti tepat didepan langkahku yang juga berhenti disaat yang hampir bersamaan,

Kesedihan yang ia tahan semakin mempertegas laki laki macam apa ia sebenarnya,
disana, didepan kami,
berdiri adik kandung yang sangat ia banggakan dan ia lindungi dengan segenap perasaan,
dengan sebelah tangan yang mencengkram erat leher perempuan yang amat ia cintai, menatap dengan lapar,
bahkan sakit kuatnya tenaga makhluk itu,
tubuh si gadis sampai terangkat dan menggantung begitu saja dengan mudahnya.
Daina terlihat sangat menderita karena tidak bisa bernafas,dan tidak bertenaga.

Ari menerjang sekuat tenaga,
pedang nya menghantam lengan kokoh bagai besi itu,
membuat sang pemangsa terkejut dan mundur menjauhi buruannya, tubuh Daina terhempas ketanah dan ambruk begitu saja, Ari mendekati adik iparnya dengan panik mengguncangkan bahu mungil yang terkulai lemas itu.

“Daina…! Jawab aku Daina!” Ari memanggil manggil namanya berulang kali seperti orang gila,
Tak ada respon, aku berlari menghampirinya,menyentuh nadi, kucoba mencari denyut kecil dan lemah diantaranya,

“Hanya pingsan…” ujarku pada Ari,
Aku menunduk melindungi si kecil Daina dengan tubuhku sendiri,ketika serangan tak diduga datang,Ari menangkis tombak yang terbuat dari tulang itu dengan pedangnya,

“Bawa jauh jauh,Ar“ ujarku, mataku bertemu dengan mata bagaikan pahatan patung pualam terindah itu, mata sang pemangsa, “Jika tidak gadis ini bisa terluka,”

Ari mengerti maksudku,ia mendorong sang pemangsa yang kalap, vampir yang baru terlahir itu dipukul mundur dengan satu tendangan oleh Ari, tapi belum cukup sampai disitu.
Ari melompat dan memancing sang pemangsa menjauhi kami, cukup jauh dari tempat ku berada sekarang untuk memulai pertarungan. sementara aku mencoba menyadarkan Daina dari pingsannya

“Ukh…” Daina sepertinya bereaksi ketika aku akan menggendongnya meninggalkan tempat berbahaya ini,
syukurlah sepertinya tidak terlalu parah…

“Kak Ryo…?” ia mengenaliku, matanya berkedip kedip bingung
Baru saja aku hendak membuka mulut menjelaskan, tiba tiba saja Daina sudah duduk,
kepalanya berputar kekiri dan kekanan mencari sesuatu,

“Tasuku…!?” desisnya “Dimana Tasuku?!” ia menatapku memohon, memegangi kepalanya yang mungkin masih terasa pening karena benturan keras yang bahkan menyebabkan dahi nya berdarah.

“Sudahlah,Daina,kita tinggalkan tempat ini,cari wadah yang aman,”

“Tasuku ada dimana?!” ia bersikeras menarik lenganku dan melotot kearahku,
Aku jadi serba salah.

“Er…,yaa…Ari sedang mengatasinya,semua akan beres,”
Tanpa menjawab Daina bangkit berjalan tertatih tatih,

“Aku harus menghentikannya,kak Ryo! Mereka akan saling bunuh!”

“Daina,kau sedang terluka…”

Percuma saja,Daina tidak menghiraukanku,
Hm…! Pantas saja,satu keluarga dengan Ari,keras kepalanya juga sama…
Aku tidak punya pilihan lain selain mengikutinya,
Aku paling malas berdebat dengan wanita,
Karena aku bukan tipe yang akan menang jika adu mulut!

Tapi aku akan membantu Ari,
pilihan kali ini agaknya terlalu sulit baginya,
tapi jika ia sudah terdesak dan tidak sanggup lagi,aku hanya ingin ia tahu,
Bahwa aku akan selalu ada disini untuknya!

Aku hanya bisa menjaga kepercayaan kawan baikku sekarang,
menjaga gadis itu,
dan menjadi tameng baginya sementara ini.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:35 am

Ari

_________________________________
__________________________


Untuk apa kau bertempur selama ini?
Demi apa…? Demi siapa…?

Yeah,andai aku cukup beruntung bisa memilih sendiri takdir yang akan kujalani.



**********************
**********************


“Tasuku…” kupanggil namanya, tidak ada jawaban,
air liur menetes diantara taringnya yang besar dan mencuat dari mulut,
mutasi yang sangat parah dari vampir kelaparan.

Aku menutup kedua mataku,
dadaku bergejolak hebat,aku takut,
merasakan ketakutan yang paling besar dari apapun yang pernah kurasakan selama ini.
Didepanku adalah adikku,

Aku menyangkalnya,tapi tetap tidak bisa,
Sakit yang kurasakan,
Haruskah aku menyakitinya?!
Apa harus aku menyakitinya untuk menghentikannya?
Kalau dia tidak bisa berhenti…lalu apa?

“Tasuku…ini aku,ini kak Ari!”
Mata itu menatapku dan aku menemukan nafsu membunuh yang sangat besar yang terpancar didalamnya,
Dia adikku,
adikku,Tuhan…

Ketika aku berusaha mematrikan kenyataan itu sosok yang menjadi kebangganku selama ini sudah berada dibelakangku,
aku tidak tahu sejak kapan ia bisa bergerak secepat itu,
tapi reflek aku menunduk ketika lengan yang bermutasi kokoh bagai tombak itu siap menghujam tengkorak kepalaku.

Mundur beberapa langkah menjauhinya.
Betapa menyedihkan sekali kalau tubuhku di bor oleh adik laki laki yang selama ini menjadi alasanku untuk tetap hidup!

Air mataku mengalir,aku tertawa,
”Ha…ha…ha…” aku tertawa kesal,
kesal sekali rasanya,
“Tasuku! Kau ingin mati ditanganku?! Sama seperti ayah dan ibu?!”

Ia menggeram marah,matanya menampakkan sorot bahwa ia tidak mengerti apa yang kubicarakan,

“Aku menangisimu,bodoh!” umpatku tak berdaya “kau…tidak boleh…”
Aku maju dan menerjang Undead yang baru saja terlahir itu.
“kau tidak boleh jadi undead! Tasuku...!” seruku.
Adikku bereaksi sangat positif,
Dengan sangat agresif menyambut seranganku,
Dalam sekejap pedangku beradu dengan lengan yang menyerupai tombak itu,

Benar benar pertarungan yang seimbang,kesempatan datang disaat yang sama,
dan kami tersudut pada saat yang sama,

“Aku akan membawamu pulang! Aku tidak mau kehilanganmu,tasuku!”
“kau adalah adikku! Aku akan memberikan hidupku…” aku berteriak kesetanan, dan sang setan sebenarnya yang berada didepanku menampak wajah seperti tak merasakan apa apa.

“Apa saja! ambil lah apa saja dariku! Tapi jangan…”
Aku dan Tasuku sama sama terpukul mundur,
Tertekan oleh perasaanku sebagai kakak,
dalam jeda sesaat itu,aku mengambil nafas dan menghembuskannya dengan tak sabar,
berbisik sangat tersiksa.

“Jangan kau…” desisku putus asa “Asalkan jangan kau yang menjadi musuhku…!”
Tasuku bergeming,
aku tahu,tidak ada gunanya bicara padanya,
dia ada begitu dekat,tapi begitu jauh dimataku, suarakupun tak terdengar…

Berbagai bayangan berpendar dimataku,aku tidak bisa mengedip untuk membuat bayangan itu memudar,

“Graaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkhhhhh!!” ia mengeram murka kepadaku,kesal menemukan lawan yang seimbang,
dan rasa marah karena aku telah menggagalkan acara makan siangnya,

Sekali lagi aku memasang kuda kuda, pedang panjangku terhunus didepan tubuhku,
Aku meneguhkan hatiku tanpa harapan,

Buat dia pingsan,cukup buat dia pingsan,setelah itu aku akan membawanya pulang…

Jika harus membunuhnya aku tidak sanggup,Tuhan!

“Tasuku!” aku menyerangnya, menarik tubuh makhluk luar biasa tampan didepanku, menendang tubuhnya seperti bola keudara,
Tasuku sama sekali terkejut aku akan menyerangnya lebih dulu,
aku melompat setinggi mungkin,
menyambut saudaraku diudara dengan tinju bertubi tubi,
bergerak seperti angin memukul tubuhnya dengan ritme teratur diudara,
aku tidak menghitung lagi berapa puluh kali aku menyarangkan pukulanku ketubuh Tasuku,
aku melompat turun ketika ia jatuh berdebum ketanah.

Ia membuat lubang penuh retakan besar ditempatnya terhempas dengan sangat keras.

Apa aku berhasil?

Betapa terkejutnya aku ketika Tasuku masih bisa berdiri,
Taringnya mencuat keluar,dan pandangan matanya melotot semakin marah padaku,

Darahku membeku.
Undead baru seperti hewan liar,Tasuku,aku sangat yakin ia jenis vampir,
tapi ia sedang tidak terkendali,meski ia bisa bertempur sebaik ini,
dia tetap tak bisa menahan dirinya akan hasrat terhadap darah,
sebelum ia dapat menuntaskan rasa lapar yang menyiksa itu,justru disitulah letak kelemahan Undead yang baru terlahir,
Tasuku belum bisa menjernihkan pikirannya,bertarung dengannya tak ubahnya seperti menghadapi seekor banteng mengamuk,

Hah,apabila bertarung dengan undead yang sadar sepenuhnya seperti Stast the origin,pasti akan lebih sulit dari ini…
tapi jika aku bersungguh sungguh lebih dari ini,adikku bisa mati…

Tasuku berlari kearahku,rupanya ia mencium aroma darahku dan tidak kehilangan semangat,

Aku menghindarinya,ya…,cukup satu tusukan dikakinya saja…
Yang penting bisa menghentikan gerakannya sementara, lukanya pasti bisa cepat sembuh dengan mudah…

Mataku terbelalak,Tasuku menangkap pedangku dengan tangannya,
Belum habis keterkejutanku,ia menggunakan kakinya untuk menendang bagian perutku,
Aku membanting diri kesamping,
nalurikah?

“Sssshhh…” desisnya bagai ular, tidak bicara sepatah katapun,
Tapi ia juga terpikir akan strategi? Betapa cerdasnya…!

Tidak ada jalan lain,melawannya,atau aku sendiri akan mati…
Baik aku dan Tasuku sama sama bergerak maju,

Tubuhku berusaha keras mengikuti gerakan Tasuku yang sangat cepat, hingga aku hanya bisa menangkis serangannya,
berkali kali aku nyaris tertangkap,

Padahal jika aku bisa menyingkirkan perasaan yang menggangu ini mungkin aku dapat mengalahkannya dengan mudah, tapi…

Ia bertempur sangat baik memanfaatkan setiap jengkal tubuhnya yang dipenuhi racun itu,
makhluk evolusi baru dengan segala keindahan dan keliarannya,
tepat ketika cakarnya berhasil mengoyak coat pelindungku, pedangku menusuk lehernya,
mengoyak pembuluh darahnya dan darah mengalir keluar dari lukanya yang menganga,
Mengalir bersama hatiku yang menjerit…

“Aaaarrrkkkkkkk!!” ia mengeluarkan suara tercekik dan perlahan melemah saat darah yang tersisa ditubuhnya hanya tinggal sedikit,

“Bertahanlah Tasuku…!” seruku, aku mencabut mata pedangku dari lehernya dan semburat darah merah memercik kesegala arah.

Harapanku putus saat adikku terlihat tak bergerak lagi, kurasa aku akan menjadi gila…

“Kakak…kakak…” panggilnya, matanya berubah ubah…merah…biru…hitam…keemasan,kemudian merah lagi,
aku kehilangan kata kata,
inilah Tasuku…inilah adikku yang kusayangi…
satu satunya keberadaan yang memegang peranan penting dalam hidupku selama ini…

“Tasuku… bertahanlah…aku akan memanggil bantuan”

saat aku akan membopong adikku pergi,
Spontan aku menghindari semburan api yang menyambar kearah kami,
Aku hendak menarik tubuh Tasuku ketika sentakan yang tak kalah kuatnya merebut tubuh adikku,
makhluk itu besar,seperti elang yang mematuk kelinci buruannya dan membawanya pergi.

Aku dikelilingi api yang berkobar, ada apa ini?!

Api berwarna hitam...bukan api biasa,tetapi nyala yang mengandung racun...dipenuhi virus...
aku berlindung diantara coat yang kukenakan,menghalau nyala yang berkobar liar itu.

Dengan dikelilingi kobaran api,aku masih dapat melihat sosok didepanku,

Stast The Origin.
Aku sangat mengenali undead itu melebihi siapapun,

Dia dengan mudah membopong tubuh Tasuku yang lemas naik keatas hewan yang tak lain adalah kelelawar raksasa yang mencapit Tasuku erat pada cakarnya,
Chimera itu menunggu dengan patuh,
lalu Stast memperlihatkan sebuah belati berukir yang indah kepadaku, dan menggores lengannya sendiri…

Undead itu tampak sangat menikmati rasa sakit,
ia menyeringai seram kearahku,
dan darah kental perak kehitaman yang dipenuhi dengan virus itu jatuh menetes kewajah Tasuku yang terkulai dipangkuannya,

Lintah tua itu bermaksud membagi darahnya dengan Tasuku!
Seperti bayi yang dibimbing oleh insting,
Tasuku membuka matanya,bereaksi akan bau darah yang sangat ia nantikan,
merangkak meraih tangan Stast,
mulai menyesap darah yang merembes dari lukanya.

Kejadian itu begitu cepat,hingga aku mulai menyadari kepulan asap semakin lebar,
Kelelawar raksasa itu sekali lagi menyemburkan api dari mulutnya,
Menambah besar kobaran api yang akan segera membuatku jadi daging panggang jika aku tidak segera memikirkan cara untuk menyelamatkan diri,

“Kita akan segera bertemu lagi” ujar Stast seraya melempar senyuman mengerikan.

“Tasuku...!” teriakku marah, “Mau dibawa kemana dia,Stast?!”
Ia tidak memberikan jawaban,
Stast pergi bersama adikku,terbang tinggi diudara,menembus awan,

Tidak…tidak…tidak…!

Mikia dan Yudas tiba disaat yang terlambat untuk memadamkan api,

“Ari! Kau tidak apa apa?!” tidak kupedulikan Mikia dan Yudas yang menatapku khawatir,

Aku berlari diantara reruntuhan kota yang hancur itu,
seperti orang sakit jiwa, mencoba mencari tanda tanda keberadaan Stast maupun Tasuku.
Tapi mereka sudah tidak ada disana,
menghilang tanpa jejak.

Kemudian,
Daina telah berdiri dihadapanku,menatapku dengan marah,

“Mana Tasuku?!” ia bertanya padaku,sorot matanya memohon.

Aku tidak dapat menjawabnya sepatah katapun,
tidak bisa memberikan alasan apa apa,
juga tidak mampu membela diri,

“Tasuku mana,kak?!” Tanya Daina sekali lagi ia menyentakkanku,aku menatapnya dengan ekspresi hampa
“kenapa tidak menghentikannya?!” air mata Daina bercucuran.“pembohong!!”gadis itu berteriak teriak marah padaku,
“kau bilang akan melindunginya…kau bilang akan menolong kami!!! Kau berjanji…! Dasar pembohong! Pembohong!”

Daina memukul mukul dadaku, berteriak dan menangis,

“Kembalikan Tasuku…! Kembalikan dia padaku…!” isaknya.

Aku terdiam,betapa tidak mampunya diriku,
betapa kecilnya kekuatanku, betapa tidak berdayanya aku terhadap nasib.

Daina terisak beberapa lama sebelum tubuhnya oleh dan disangga oleh Ryo,
Ia pingsan dan tak kuat menahan beban teramat berat yang menimpanya,
Kesedihan beruntun,

Aku juga demikian,memaksakan kakiku tetap berpijak dibumi,
Tasuku… kemana dia akan dibawa? Apa yang akan terjadi padanya?

Membayangkan apa akan terjadi selanjutnya seperti menelan pil pahit saja.

Kuhampiri Ryo,dan Ryo memberikan Daina dalam gendonganku,

“Maafkan aku…” aku berbisik ditelinga Daina yang sedang tak sadarkan diri, tidak ada respon apa apa, hanya butiran bening yang meluncur melewati pipinya.
Kekecewaan,kesedihan,kemarahan,kehilangan,keterpur ukan,semua berkumpul jadi satu didalamnya,
Wajar,wajarlah...

“Maafkan aku…” bisikku sekali lagi, "Maafkan aku...!"


Maafkan kegagalanku…


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:35 am

10:

Descendant Of The Death Master.
(Beginning)


_________________________________________________
_____________________________________

Mikia.


Rusia.
Markas besar Paladin,
Ruang perawatan khusus, pukul 12;53.

_______________________________________
______________________________


Dia adalah wanita yang sangat menarik,
entahlah kalau soal kecantikan,
tapi jika orang lain menatap wajahnya,mereka akan merasa tenang,

Muka bayi itu tertidur dengan selimut tipis menutupi badannya,
tidak ada tanda tanda ia akan bangun,

“Hei...,muka bayi,kenapa lama sekali bangunnya” iseng iseng aku mengusik poni gadis bernama Daina Amare itu,
Usianya mungkin tidak terpaut jauh denganku,
Tapi roman yang feminin dan keibuan,
rasanya akan sangat kontras sekali bila dibandingkan denganku (membuatku tertawa sendiri)

Ya,si kapten menyuruhku menjagainya,
sudah beberapa malam ini dia bermimpi buruk,dan belum sadar juga,
menurut dokter,apa,ya?
Dia mengalami trauma psikis yang hebat,dan mungkin ini adalah salah satu caranya untuk menyembuhkan diri? Entahlah.

Ah,bulu matanya bergerak.
Aku ingin mengusiknya lagi, tapi kuurungkan niatku melihat tidurnya yang pulas,
Dia sudah mengalami berbagai macam hal yang tidak menyenangkan,
Pasti sangat berat sekali baginya,

Kehilangan suaminya,setelah ia kehilangan seluruh keluarga,
Hanya dia yang berhasil dievakuasi beberapa hari yang lalu,
sedangkan suaminya,adik dari Ari,sekarang tidak diketahui keberadaanya.
Ari juga pastilah sangat menderita saat ini…
Menderita.

Sejak kecil aku hanya punya kakek,
ayah ibuku sudah meninggal sejak aku kecil sekali,
Jadi aku tidak ingat,

Huh,dulu,jika aku bercerita dengan seseorang pasti akan dikasihani,
Padahal aku sendiri tidak pernah menangis,

Jika aku bilang “aku tidak merasa sedih sedikitpun” pasti orang lain akan menatapku dengan sorot mata penuh tanda tanya,
Aku hanya disangka sebagai anak yang dingin,
Padahal,andai mereka tahu.Bagaimana bisa aku merasa sedih dan kesepian tanpa orang tuaku,
jika wajah mereka saja aku hampir tidak ingat?! Bodoh!

Tapi dia beda,ya…pasti sakit sekali,
Kehilangan orang orang yang dicintai,
kadang aku merasa sebagai anggota guardian Paladin,aku adalah orang yang lemah, karena aku tidak pernah merasakan kehilangan seperti yang mereka alami,

Hah! Kenapa aku memikirkan hal aneh lagi! Bodoh sekali aku ini!

“Tasu…ku…”
Aku tersentak kaget,saat tangan yang mungil gemetar menarik tanganku
Dia bangun!

“A…a…” jawabku terbata bata,andai tidak sepanik ini,aku pasti bisa berteriak memanggil seseorang!
Gadis itu bangun, dia duduk,menatap kesekeliling ruang perawatan dan kesehatan dimarkas Paladin kami, kemudian…


Dia menangis.
Air mata jatuh bercucuran dipipinya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:36 am

(LANJUTAN)

Mikia

_______________________________________
_____________________________


“Daripada mengambil resiko akan menjadi skandal internasional, makanya lebih baik dia berada disini sementara” Ryo menjelaskan padaku, aku mengangguk angguk.

“Jadi itu alasannya,”

“Yaa,” jawab Ryo sambil asyik mengutak atik ponselnya sambil sesekali menoleh kearahku, “Jika ia sampai mendengar seluruh dunia saat ini menyudutkan posisi suaminya,itu pasti sangat menyakitkan,kan?” senyumnya padaku, aku membuang muka.
“Ari tidak masalah” sambung Ryo lagi “ia bisa menghadapi apapun, tapi…”

“Tapi kenapa? Aduh! Jangan membuat penasaran,dong!”
Ryo menertawakanku,duh,kenapa aku bisa suka pada orang ini,ya?
Cuma ganteng sedikit saja! (tapi dia memang ganteng,sih…)

“Tapi tidak demikian dengan Daina,dia hanya seorang wanita yang lemah,rakyat sipil,pula…kau tahu kan’ maksudku”
Yap,aku paham maksud Ryo.

“Eh…” ujarku lagi “Aku merasakan sesuatu diantara mereka”

Ryo menatapku curiga
“Apanya?” ia bertanya dengan tampang bego seperti biasanya.

Aku menghela nafas,kesal dengan ia yang selalu lambat menanggapi sesuatu. “Kau kan’ sahabat Ari! Masa begitu saja tidak sadar?!” bisikku serius “Cara Ari membicarakannya,caranya menatap, dan perhatiannya pada si…Daina itu, rasanya bukan sekedar perhatian kakak kepada adik iparnya!”

Ryo mendengarkanku dengan penuh perhatian,

“Aku bukan anak anak” lanjutku “Aku tahu apa maksudnya kalau ada laki laki yang menatapku demikian”

Ryo menggeleng gembira,dia tertawa lepas.
hah! baru dia seorang manusia yang paling tidak peka sedunia!

“Berarti ini jadi rahasia kita saja,ya?” jawabnya, “Ari jatuh cinta pada Daina jauh sebelum Daina menjadi kekasih adiknya, dia membawa Daina yang yatim piatu kerumahnya ketika gadis itu masih berusia belasan,dia hanya satu satunya yang selamat ketika invasi besar besaran terjadi di Thailand, Ari merawatnya, disekolahkan sampai selesai,lalu Daina yang menjadi asisten Tasuku,mereka saling jatuh cinta, Ari-pun mengalah...”

Ah,sudah kuduga,berbeda dengan Ryo,aku peka sekali urusan begini…
“Kelainan…” komentarku “Dasar laki laki,ternyata ada udang dibalik batu,yaaa”

“Yap,dan apesnya,Daina dan Tasuku malah saling jatuh cinta,bukannya jatuh cinta pada Ari seperti yang ia rencanakan semula” bisik Ryo

“Itulah,kenapa gadis yang dicintai dikumpulkan satu rumah dengan adik laki laki sendiri,Ari benar benar bodoh”

“Kalau aku jadi dia aku tidak akan sebodoh itu…!”balas ryo tak kalah ember.

“Tuhan mendengar kalian bergunjing,dasar domba tersesat…”
Yudas yang sedari tadi duduk bersama aku dan Ryo dilorong angkat bicara.
“Jika saudara kalian yang digunjingkan,kalian juga akan marah,kan?” katanya tajam.
Aku dan ryo berpandangan geli.

“Kau sendiri dari tadi pasang telinga juga,kan? Pastor gaul!” sahutku padanya,

“Aku menyesal sudah mendengar hal hal yang tidak perlu” ia menutup alkitab yang sedari tadi dibacanya dan menoleh kedepan, “Sebentar lagi kapten datang”

Benar saja, tak kurang dari semenit setelah Yudas mengatakan itu,Ari muncul tergesa gesa kearah kami.

“Sudah kuterima pesanmu” katanya pada Ryo “Bagaimana keadaanya?!”

“Lihat saja sendiri, dari tadi Cuma kami saja yang ada disini semuanya sedang keluar,” “Dokter sedang memeriksanya tapi mungkin sudah selesai” jawab Ryo.
Ari melangkah keruang perawatan tempat Daina diperiksa, aku dan Ryo mengikuti dibelakangnya.

Benar saja,Daina sendirian sekarang, duduk lesu dipinggir ranjangnya, dia masih mengenakan daster hijau yang biasa dipakai pasien rumah sakit, rambutnya agak berantakan karena tidak disisir dan terlihat lucu.
Aku dan ryo memperhatikan dibalik pintu.

“Mau apa kemari?!” ia berkata tajam pada Ari.
“Aku ingin tahu keadaanmu” jawab Ari tenang.
Daina kelihatan shock, ia mendatangi ari, memukul mukul dada pria tegap itu dengan marah sambil berteriak teriak,
wah,ini tidak boleh dibiarkan,pasti ada salah paham!

Aku berusaha keras menahan diriku yang selalu ingin ikut campur ini untuk tidak ikut masuk kedalam ruangan.

“Kenapa bohong padaku,kak?!” ia berteriak sambil menangis “Kenapa??”
gadis itu terisak, Ari menatapnya dengan sorot mata yang sangat dalam.

“Maafkan aku…” Kata Ari perlahan.
apa hanya itu yang mampu dia katakan?!
setidaknya dia juga menjelaskan,dong kalau dia juga telah berusaha keras!
Pantas saja gadis yang dia cintai tidak pernah menyadari perasaannya!

“Maaf? Kakak hanya bisa mengatakan itu…!”air mata Daina semakin deras. “Aku sangat menderita,kak…! Aku kehilangan Tasuku dan itu semua karena kesalahan kakak! Aku mencintainya! Aku…!”

Aku juga tidak menyadari apa yang kupikirkan,tubuhku bergerak sendiri.
Detik berikutnya,wajah semanis gula gula dihadapanku yang dipenuhi air mata tampak memerah di pipi kirinya,
Karena kutampar.

“Bagaimana sih kau ini?! Bukannya berusaha tetap hidup supaya bisa bertemu lagi dengan orang yang kau cintai,malah repot repot mencari alasan supaya bisa menyalahkan orang lain!”protesku.

Daina tertegun mencerna kata kataku.
Juga terkejut,karena kami belum saling mengenal satu sama lain.
aku benar benar orang asing baginya,

“Maaf aku ikut campur,tapi yang sedih bukan kau saja! Yang pernah kehilangan bukan kau saja! Kau itu istri! Dan dia!” aku menunjuk muka Ari “Dia adalah kakaknya,kan? Orang yang memiliki hubungan darah terdekat! Jika ada yang merasa paling menderita harusnya dialah orangnya,kan? Jika ada orang yang paling ingin melindungi Tasuku,pasti dia orangnya,kan?
Jangan bersikap seolah hanya kau saja yang bisa merasakan sakit,orang lain tidak!”kata demi kata meluncur begitu saja dari mulutku.

Daina memandangiku dengan mata berkaca kaca,
lalu kembali menangis.

“Bagaimana takdir bisa berpihak kepadamu jika kau tidak bangkit walau dengan merangkak sekalipun untuk mengubah nasib?!”
Aku memeluk gadis yang menangis itu,
“Disebut manusia,karena bisa gagal” bisikku lembut “dia hanya manusia,Daina,masih banyak kesempatan,yang harus kau lakukan sekarang adalah bertahan hidup demi Tasuku, jalanmu pasti masih panjang, dan disini,ada banyak teman yang bisa kau percaya…”

Daina menangis tanpa suara dipelukanku,
Aku mengerti, aku sangat mengerti kenapa gadis biasa sepertinya bisa dicintai oleh begitu banyak pria hebat,
memeluknya,menatapnya,
orang jadi ingin selalu berdekatan dan melindnginya, aku sendiri agak menyesal memukulnya barusan, mungkin aku agak terlalu keras.
Tapi anak ini kuat,
aku yakin.

“Kau keluar saja dulu!” perintahku pada Ari,
Lelaki gagah itu menyadari keberadaannya tidak berguna sekarang, dan menuruti kata kataku,ia berbalik menuju pintu keluar.

“Terima kasih,Mikia…” ia berkata padaku sebelum pergi,
diikuti wajah terpesona Ryo yang menatap kearahku sebelum akhirnya pintu habis tertutup (aku agak ge er,sih,)

Meninggalkanku berdua saja dengan Daina,
yang masih bersembunyi dalam pelukanku, memang kalau sesama wanita jadi lebih mudah rasanya,
Dan Daina benar benar anak yang manis!
Penurut,pula,membuatku semakin menyesal karena memarahinya barusan...

Tapi aku harus menenangkannya sekarang,
Dan aku yakin ia pasti bisa tabah menghadapi ini semua.
Tuhan tak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya,
Itu pasti.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:38 am

Ari

Lima menit setelahnya.

_______________________________________
_____________________________


Suasana yang tidak mengenakkan ini membuatku gelisah saat aku berjalan melalui koridor ruang perawatan,
Yudas dan Ryo menguntit rapat dibelakangku seperti dua buntut yang bergoyang goyang.

“Kalau begitu aku pergi duluan,kapten” tukas Yudas meminta diri.
Aku mengangguk mengizinkan.

“Selamat beristirahat” tukasku yang disambut senyum arif Yudas.
Aku melangkah beriringan dengan Ryo,
Tampaknya Ryo juga menyadari kegundahanku hingga dari tadi ia diam saja tidak berbicara sama sekali padaku.

Daina…
Aku hanya ingin melindunginya,
hanya ia yang terpenting bagi Tasuku,
yang jelas,dimanapun Tasuku berada sekarang, aku harus tetap menepati janjiku,

Aku akan melindungi Daina,karena Daina adalah hal paling berharga dalam hidup adikku.

Aku tidak masalah meski daina membenciku sekalipun,
yang jelas,aku akan selalu memastikan Daina baik baik saja dan tidak ada satu halpun yang membuatnya merasa tidak nyaman.
Hanya itu tugasku.

Yang Daina katakan benar, aku memang gagal, aku pembohong besar. Menolong adikku sendiri saja aku tidak mampu…
Ya,aku...

Bahkan aku juga tidak punya kekuatan apa apa guna menyembuhkan luka Daina,padahal aku ingin.

Aku menatap pepohonan yang rindang dibalik jendela, terus melangkah tanpa tahu apa yang harus kulakukan.

Aku merasa tidak mampu, aku menyesali kegagalanku.
Kenapa bisa seperti ini…
Dimana kau sekarang,Tasuku? Apa kau baik baik saja?
Tanyaku dalam hati, menepis angan angan seram yang selalu membayangiku.
Undead tidak pernah memiliki alasan yang tepat untuk membunuh sesamanya,
untuk satu hal itu,aku selalu percaya akan keselamatan adikku.
Tapi,bagaimana kalau Stast benar benar mewujudkan apa yang di dambakan,yaitu pewaris?!
aku tidak mampu menjelaskan alasan sebenarnya mengapa Tasuku dibawa pergi oleh Undead tua itu,
juga tentang masa depan suram yang mengancam kami berdua.
kuharap apapun itu, jangan sampai terjadi,
aku sekarang hanya bisa percaya pada adikku.

Aku ingat ketika aku berusaha menghentikannya kemarin,
bahkan mengayunkan satu pukulan saja rasanya sangat berat,

Apalagi jika aku dan Tasuku suatu saat harus berhadapan sebagai musuh.
Dua individu yang bertentangan,yang benar saja!

Untuk apa selama ini kau bertempur?

Pertanyaan itu kembali muncul dipermukaan,
mengusikku.


Aku menatap cemas kepada koridor kosong di sekelilingku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:38 am

Daina


Sebulan kemudian,markas besar paladin,
Ruang perawatan.

________________________________________
_______________________________

Kukemasi pakaianku,
mulai hari ini aku sudah bisa keluar dari ruangan membosankan ini,
aku membetulkan letak bantal dan melirik kearah buffet kecil disudut kamar.
meraih karangan bunga Tulip kuning yang ada diatasnya.

Dari kak ari.

Ya,rencana nya aku akan tinggal di mansion khusus sekarang,
gedung besar yang berada di sebelah barat markas utama,nanti aku akan tinggal bersama kak Ari,Nona Mikia dan para guardian–begitulah mereka menyebut diri mereka-yang lainnya.

Nona Mikia bilang,lebih aman aku tetap berada disini,kalau aku ditinggal disuatu kota,mungkin akan ada invasi mendadak lagi,dan mungkin aku tidak akan seberuntung kali kemarin,
setidaknya aku tetap hidup hingga saat ini.

Kubaca lagi kartu ucapan yang terselip manis diantara Tulip-Tulip kuning itu.

Hanya ada kalimat “Ingin segera melihatmu tersenyum seperti dulu” yang tertulis diatas kartu berwarna putih bergaris silver ditepiannya,
Bukan ucapan ‘Semoga cepat sembuh’ atau semacamnya,
benar benar khas kak Ari, tidak pasaran, hm…

Aku tersenyum membaca pesan singkat itu,
Cukup untuk membuatku lupa sesaat akan kejadian buruk yang menimpaku,

“Tasuku…” gumamku seorang diri “Aku merindukanmu…”
Ragaku di penuhi kerinduan,dan tidak ada satupun jawaban atas pertanyaanku,
Banyak yang telah kulakukan dalam satu bulan belakangan,tapi semuanya sia sia.
Aku membeberkan semua kejahatan Robert Clarken,
aku juga menempuh jalur hukum,tapi tidak ada satupun yang mau mendukungku,

Pengadilan,hukum…tidak ada yang bisa menentangnya…
Bahkan kekuasaan manusia busuk itu semakin bertambah,
para petinggi diseluruh negara memujanya,rela menyembah kakinya hanya dalam waktu dua minggu,

Dia benar benar menguasai dunia hingga tak ada lagi satupun tempatku mengadu.
hanya disini tempatku berada,tempat yang paling aman,
Aku menutup mataku.

Kak Ari selalu melindungiku,
Saat aku merasa semua orang sama saja dan tidak satupun yang mau membela Tasuku,
setelah banyak hal yang dilakukan Tasuku untuk mereka.
Tapi aku tahu kak Ari selalu ada dibelakangku meskipun secara diam diam,
Menyokongku dengan segenap kekuatan,

Dan sekarang, dia mengusahakan agar aku tidak mendengar berbagai berita dari luar yang semuanya menyudutkan Tasuku.
walau aku sama sekali tidak pernah bicara lagi padanya setelah sekian lama,
tapi aku bisa merasa aman karena tahu dia didekatku,
Aku akan gila jika saja aku sendirian menanggung semuanya.

Nona Mikia juga telah banyak membantuku,karena juga hampir selama satu bulan ini, aku mengalami goncangan psikis berat yang membuatku selalu mengigau tidak karuan lima sampai sepuluh menit setelah aku mulai menutup mata dan tertidur,
Sekarang keadaanku lebih baik, tidak separah dulu,
Aku yakin,
Tasuku masih hidup dan kami akan bertemu lagi,perasaanku tidak pernah salah tentangnya, karena kami saling mencintai makanya aku tahu.
Karenanya,aku percaya, dimanapun ia berada kini, ia telah mengikatku dengan sangat kuat bersama api cintanya yang tidak akan pernah padam,

Dia akan kembali padaku,sejauh apapun kami berpisah,
kami pasti akan bertemu lagi dan bersatu kembali,
karena aku terlahir hanya untuk Tasuku,
Aku percaya padanya,dan aku yakin pada perasaanku ini.

“Daina kau masih disana…?”
Kepala nona Mikia muncul dicelah pintu.
Aku tidak menjawab melainkan menampakkan diri dihadapannya pertanda aku masih ada disini.

“Masih ada…beberapa barang lagi yang perlu kubereskan” sahutku kalem, menunjuk tumpukan pakaian ganti yang belum selesai kujejalkan kedalam koper yang juga berukuran mini.
Nona Mikia menghampiriku dan dengan cekatan ikut melipat baju bajuku, memasukkannya kedalam tas.

“Kubantu,ya! Berdua lebih baik daripada sendirian” katanya santai,
Aku ingin menolak,tapi rasanya senang juga, dan akupun membiarkannya membantuku.

Nona Mikia menoleh pada buket bunga yang membungkus rapi Tulip-Tulip kuning yang kuletakkan diatas bantal tempat tidurku.

“Ari,yaaa…?” katanya heran sambil menarik kartu ucapan yang tergeletak disamping buket bunganya,

“Iya” jawabku “Kakak yang mengirimkannya tadi pagi,dia orang yang sangat baik”

Nona Mikia tertawa hambar, “Kenapa harus Tulip kuning,sih” gumamnya.

Aku menyela “Memangnya kenapa kalau Tulip kuning?!”

Nona Mikia nyengir lebar “Tapi dalam bahasa bunga,arti Tulip kuning itu lambang ‘Cinta Tanpa Harapan’, kan’? masa Daina tidak tahu…” katanya sambil tertawa renyah.

Aku menggeleng gelengkan kepala seperti orang bodoh,“Benarkah? Aku baru tahu…”

“Mengirim Tulip kuning untuk orang yang baru sembuh dari sakit itu sama sekali tidak tepat, dasar kapten…” imbuhnya lagi “Sama saja dengan mengaku,kan…”

Aku mengedip ngedip-semakin tidak mengerti-akan arah pembicaraan ini.
“Ada apa dengan kak Ari?” tanyaku.
Nona Mikia seperti tersadar akan sesuatu, ia mengibaskan tangannya cepat cepat.

“Hanya gurauan,tidak penting,kok,mungkin dia juga pasti tidak tahu soal itu,lagian apa yang kau harapkan? Ari tahu apa soal bunga?” candanya.
Aku tertawa, nona Mikia benar…
tapi menurutku Tulip kuning bunga yang lucu dan cocok denganku,
aku tersenyum senyum sendiri.

“Ng…Nona Mikia…” panggilku ragu ragu “Ada yang ingin kubicarakan…”
Nona Mikia berhenti melipat syal rajutku dan menatapku dengan tatapan tajam.

“Kenapa panggil Nona,sih? Bukankah sudah kukatakan panggil Mikia saja…? Daina aneh,ah…” protesnya, aku menunduk malu.

“Iya…maafkan aku,Nona…eh,maksudku,Mikia” sahutku tersipu.

“jangan sungkan ya,Daina,kita kan bersahabat sekarang” katanya dengan wajah sok penting,aku tertawa lagi.

“Hei…,” tegurku,kembali pada pokok pembicaraan,“apa kak Ari marah padaku,yaa? Kami tidak ada bertemu lagi sejak hari itu, dia hanya menyuruh kak Ryo untuk menjengukku sesekali,dan tidak pernah menemuiku lagi…” keluhku pada...Mikia.
Mikia mengangguk angguk dan kelihatan senang

“Mana mungkin marah,Daina…” sanggahnya “Justru Ari yang kelihatannya bertanya Tanya apa Daina masih marah padanya…,kurasa ia hanya sungkan bertemu denganmu,dia punya salah,ingat?!”
Aku termenung.

“Salahku juga,Mikia…” sanggahku cepat “Aku…aku juga bersalah pada kak Ari,aku hanya bisa marah marah saja tanpa melihat kenyataannya,kak Ari juga sudah berusaha, tapi aku tidak mau tahu pada apa yang telah ia lakukan, dan aku menyalahkannya,padahal posisi kami sama…”

“Kalau aku punya kesempatan bicara padanya…aku ingin minta maaf…”
Aku menunduk sedih,”bagaimanapun,kalau Mikia kemarin tidak mengingatkanku,aku pasti tidak akan sadar sekarang,”
Mikia menggenggam tanganku,

“Sudah pasti,itulah artinya sahabat,kan?” katanya padaku.
Aku ikut tersenyum bersamanya.
“Ari,yaa, dia kadang pergi jauh berhari hari melaksanakan misi, kau tahu kan’ misi untuk kapten itu misi tingkat S yang sulit dan sangat jarang selesai dalam waktu singkat, nah,kau beruntung sekarang dia sedang nganggur karena baru saja menyelesaikan misi,tapi dia itu bukan tipe yang suka tidur seharian menghabiskan waktu luang yang jarang ada, dia seperti tupai, tidak bisa diam,kita tidak bisa menangkapnya di mansion, dia jarang ada disana”

Aku mendengarkan setiap kata yang diucapkan Mikia,
kedengarannya sangat berbeda dengan kak Ari yang kukenal selama ini,
kalau kumpul bersamaku dan Tasuku,biasanya kak Ari tidur seharian,dan hanya bangun untuk mengobrol panjang lebar dengan Tasuku,
dua beradik yang bersantai sepanjang hari tanpa perduli hal lain.

Jadi inilah dia saat sedang bekerja?
dalam hati aku gembira bisa mengetahui sisi serius kak Ari yang tidak pernah kutahu selama ini.

“Kalau kau ingin bertemu kapten sebenarnya gampang saja” Mikia melanjutkan.
Aku mendongakkan kepala tidak paham,

“Caranya?”
Mikia mengedipkan matanya padaku,

“Aku tahu tempat dimana kau bisa menemukannya”bisiknya padaku.

“Benarkah Mikia?!” aku sangat senang mendengarnya,
melihat wajahku yang berbinar binar, Mikia tidak bisa menahan diri untuk tidak mencubit pipiku dengan gemas,

“Daina tembem!” serunya sambil terus mencubiti pipiku. "Anak baik...Daina benar benar anak yang baik!" ia menjerit jerit tanpa mempedulikan aku yang tersiksa karena pipiku di tarik tarik tanpa ampun dengan segenap perasaan olehnya.
Aku bersusah payah melepaskan diri, dasar Mikia,kadang dia suka seperti ini…

“Aku bantu kau menyelesaikan pindahanmu dulu, kita urus itu nanti!” katanya membuat keputusan.

Aku menyetujui kata katanya dan kami mulai melipat kembali baju bajuku serta merapikan barang barangku yang tersisa.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:39 am

(LANJUTAN)

Dyna

__________________________________
___________________________

“Ini bisa dimakan?!”
Kak Ryo muncul meraup telur dadar yang baru saja matang dan menyuapnya, mulutnya megap megap kepanasan.

“Ryo! Jangan makan seenaknya bodoh!” sembur Mikia padanya.
Saat ini aku sedang memasak bersama Mikia,benar saja kami tak menemukan kak Ari di mansion,
Mikia kemudian mengajakku melakukan kegiatan ‘Anak perempuan’ yang layak menurutnya,yaitu memasak bersama.

“Lumayan juga ada Daina disini” kak Ryo berkomentar “Dapur mansion ini nyaris tak pernah dipakai para Guardian”

“Kalian…seperti tinggal diasrama,yaa” kataku.

“Kami berbeda dengan para prajurit biasa” kata Mikia, “Kami tidak tinggal di barak,dan bisa melakukan apa saja disini,sudah seperti rumah sendiri,apa ya istilahnya? kami di istimewakan,lah...” ia tertawa lagi

“Elit,mungkin?”
Kak Ryo mendengarkan percakapan kami sembari ikut mencicipi masakanku,

“Jangan dihabiskan begitu! itu akan diberikan daina untuk Kapten...”

“Hah?” aku bengong mendengar ucapan Mikia yang sibuk menegur kak Ryo, “Aku apa?” ulangku.

“Memberikan makan siang untuknya,
makanya para koki disini yang biasanya bertugas mengurus makanan kami kularang menyiapkan makan siang untuk Kapten,
kurasa akan ada alasan yang tepat bertemu Ari kalau kau bilang mengantar makan siangnya,kan?” Mikia mengurut dagu,“kuberitahu,yaa” katanya padaku kemudian “Ari paling sebal kalau waktu latihannya diganggu”
Aku mengangguk angguk,

“Ari tak akan marah pada Daina,kok,tapi dia akan marah pada orang yang memberi instruksi konyol yang mengganggu latihannya” tukas kak Ryo,Mikia melotot.

“Mau bagaimana lagi,dia pasti tidak akan kembali cepat, mungkin malah sampai malam… kasihan Daina kan’ ingin bicara padanya”

“Memangnya latihan apa?” tanyaku.
Mikia dan kak Ryo saling berpandangan.

“Macam macam,kami latihan Martial Art bersama,tapi biasanya kalau dia sendirian dia pasti latihan menembak,
begitu-begitu bisa lupa diri,lho. Begitu sadar sudah subuh”
Kak Ryo menjelaskan padaku.

“Aku boleh melihat kalian berlatih kapan kapan?” tanyaku sangat tertarik. ”Pasti akan sangat hebat,yaa”

Mikia tersenyum,
“Boleh saja” jawabnya riang.

Tasuku tersayang…,aku bersyukur sudah punya teman baik disini,
Aku ingin segera bertemu denganmu,
Bertemu dan bercerita yang banyak,
ingin melihatmu menatapku dengan penuh cinta saat kau mendengarkanku bercerita,

Tasuku sayang…walaupun kau sedang tidak ada disisiku,tapi aku selalu menantikanmu,selalu berdoa semoga kau baik baik saja dimanapun kau berada,

Tasuku,suamiku tercinta,
Saat kita bertemu kembali nanti,aku akan bercerita tentang hal hal yang kualami sekarang, termasuk perasaan sangat kehilangan yang kurasakan,
Teman teman disini sangat baik hingga aku lupa untuk merasa kesepian,
Aku tahu mereka selalu berusaha untuk menghiburku,
Tapi aku tetap tidak bisa menyingkirkan rasa rindu yang mengigit setiap detik,
rasa rinduku terhadapmu,

Tenanglah Tasuku,hari ini aku akan mencoba bicara pada kak Ari,kuharap dia tidak marah padaku,kuharap kami bisa berdamai,
Tasuku juga pasti akan sedih kalau tahu kami,aku dan kak Ari bertengkar lama lama,kan?!
Tenang saja,sebentar lagi kami akan berbaikan,kok…aku dan kak Ari…

Jadi cepatlah kembali,yaa,
Kembalilah padaku,Tasuku…



Aku bisa saja tertawa,
tapi jauh didalam hatiku menangis.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:40 am

Ari



Tempat latihan tembak,
Fasilitas utama Paladin.
_______________________________________
___________________________________


Mengarahkan moncong senjataku pada target yang bergerak gerak,
Burung burung berisik beterbangan,
Papan target yang bergerak gerak dan sudah diatur sedemikian rupa ini muncul dari balik pohon dan semak semak,
lalu tenggelam dan menghilang beberapa detik,
Aku memastikan targetku,
Dan memulai latihanku hari ini.

Dor! Dor! Dor!
Hening kemudian.
Sasaranku tidak pernah meleset, aku tersenyum puas.

Tapi masih belum cukup!
Dengan hanya kekuatan segini,masih kurang…masih kurang!

Aku harus jadi lebih kuat lagi agar dapat membawa Tasuku kembali…
Seperti dulu lagi.

Krak!

Bunyi berkeretakan ranting yang terinjak,reflek aku menoleh kearah dimana suara itu berasal.

“Kak…ini aku”
Mataku tertumpu pada sosok mungil berkulit putih dengan rambut ikal spiral tergerai hingga punggungnya yang nyaris tergulung gulung dibeberapa sisi mirip Maria Antoinette itu,

“Daina...?”
Daina mendekat panik, “Jangan ditembak,yaa” ucapnya ragu ragu,ia mengangkat tangannya dengan canggung,
Aku tertawa lirih.

“Ada apa kemari?”
Daina serta merta berlutut diatas rumput,mengeluarkan kotak bekal.setelah sebelumnya menghamparkan alas duduk,tanpa menjawab pertanyaanku.
membuatku heran,tapi dia memang selalu seperti itu,
kemudian ia duduk melonjorkan kaki disana.

“Makan!” katanya padaku.
Aku ikut duduk disebelahnya,suasana diantara kami sangat kikuk,
aku melirik gadis disebelahku, ia sama sekali tidak menatapku dan mengalihkan perhatiannya pada keadaan disekelilingnya,

Syukurlah Daina tipe yang mudah dialihkan perhatiannya,
Aku tidak ingin ia memergokiku sedang menatapnya.

“Bunga yang kakak berikan…” ujarnya membuka pembicaraan saat aku sedang makan,
“Indah sekali,terima kasih,ya,kak”

“kau menyukainya?” aku bertanya hati hati

“Suka sekali,aku senang…” jawabnya seraya tersenyum manis sekali,
Jantungku mulai tidak karuan.

“Syukurlah kalau suka”
Jangan! Kuharap dia jangan menanyakan hal itu!

“Kakak tahu apa artinya Tulip kuning,tidak?”

Ah! Aku mengutuk diriku sendiri, harusnya aku memakai otak,bukan memakai hati, umpatku pada diriku sendiri.

“Mana aku tahu?!” dustaku “Memang artinya apa?”
Daina menatapku geli.

“kata Mikia,artinya cinta tanpa harapan”
Mikia brengsek! Awas ya dia! Kenapa mesti dikasih tahu,sih…

Suasana antara aku dan Daina sedikit lebih santai,aku merasa lebih nyaman begini,bicara langsung dengannya dan memastikan ia dalam keadaan sehat.

Daina menatapku penasaran, “Kakak,aku boleh Tanya tidak? Tapi kakak jangan marah,ya” pintanya,

“Mau tanya apa? Iya deh aku janji tidak marah” sungutku,

“Kakak pacaran dengan Mikia,ya?”Daina bertanya tanpa basa basi.
Aku tersentak.

“Daripada aku pacaran dengannya,lebih baik aku gantung diri” jawabku. "Bulat sok tahu,jangan menebak nebak urusan orang dewasa"
walau senyumku mungkin terlihat seperti mengejek,tanganku mengusap ubun ubun Daina.
Kecanggungan diantara kami terasa mulai mencair,dan obrolan pun mengalir seperti biasanya.

“Iya,ya,mana mau Mikia dengan orang bermulut pedas menyebalkan sepertimu,kalau dia dengar,kakak tidak usah repot repot gantung diri karena dia yang akan menggantungmu” balas Daina.

“Jangan katakan padanya apa yang kubilang barusan” aku memperingatkan.

“Tidak janji…” Daina membuang muka,
Aku merengut pura pura.

“Hei…”
Kami bicara bersamaan,

“Kau duluan,” aku mempersilahkan.

Daina menatapku gelisah,
“Kak,aku mau minta maaf…,yang kemarin”

“Yang mana?”

“Itu…aku sudah membentak kakak,mengatakan kakak pembohong,padahal aku yang paling tahu kalau kakak sudah berusaha melakukan yang terbaik,aku benar benar jahat pada kakak,aku…” Daina meneruskan kata katanya “Aku minta maaf,karena sudah marah marah tidak jelas pada kakak…maaf,ya”
Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari gadis ini,

Jangan,Daina...,
jangan berwajah memelas dan memohon maaf seperti itu,
aku paling tidak tahan kalau kau berwajah seperti itu,
Aku mendengar nuraniku berbisik.

“Maksudku,aku…tidak merasa kalau kau punya salah apa apa,jadi aku tidak tahu harus bagaimana” jawabku jujur,
Sungguh aku tidak tahu bagaimana menghadapinya,
Jika berhadapan dengan perempuan ini,aku lumpuh.

“Itu artinya…aku dimaafkan?” Daina mengangkat wajahnya,

“Terserah kau saja,aku juga tidak begitu paham tapi sepertinya begitu” ucapku asal saja,

“Kakak baik,deh! kakakku yang paling hebat sedunia...!”seru Daina sambil memelukku,Darahku tersirap.
"Syukurlah,aku punya saudara seperti kakak"
masa' iya dia sepolos ini?!
yah,kuakui dia memang agak lemot,tapi se-lemot apapun dia,
biar bagaimana juga aku tetap laki laki...!

“Eh,apa masakanku enak?!” tanyanya padaku,kembali duduk disebelahku.

“Oh? Jadi ini masakanmu?” aku tidak begitu terkejut.
Daina membusungkan dada dengan bangga.

“Lumayanlah,buat pemula”

“Asyikk!” Daina melonjak kegirangan “Baru kali ini dipuji kakak!”
Ia menyandarkan kepalanya dibahuku,

“Kalau nanti Tasuku pulang…” katanya “Dia akan tahu kalau aku sudah lebih pandai memasak”

“Ya, itu pasti” janjiku,menyemangatinya.
dia membuatku selalu optimis bahwa hal tersebut bukanlah mimpi.

“Aku akan jadi lebih tegar,kak, jika kakak menemukan Tasuku, aku ingin menjadi kekuatanmu dan membawanya kembali pada kita…” ucap daina bersungguh sungguh.

“Kita berdua akan membawanya kembali” ujarku.

Aku tidak bohong,
saat inipun Paladin sedang melakukan pencarian terhadap Stast dan gerombolannya,
Daina pun pasti mengetahui hal itu.

Kami sangat mengantisipasi kemunculan Stast diberbagai tempat,
hanya saja undead tua itu selicin belut,
Sangat sulit menemukan dimana sarangnya,
Namun,jika dia berhasil menghindar dari kejaran paladin selama beberapa dekade,
Bukan tidak mungkin ia akan tertangkap suatu saat.

Aku kembali memikirkan apa yang dikatakan si Undead generasi kedua,
tentang rencana membangkitkan raja Terror yang lebih segalanya dari Stast The Origin,
Sang pewaris yang akan menurunkan malapetaka tanpa ada yang mampu mencegahnya,

Paladin tahu rencana itu,dan akan menempuh segala cara untuk menghentikan terwujudnya semua rencana gila kaum undead.
Menemukan Tasuku,merebutnya kembali,atau mengalahkannya,jika tidak bisa,terpaksa harus membunuhnya,
Itulah yang ditekankan oleh Alexander boraknitchov,pimpinan kami,
Ia tahu Tasuku adalah adikku yang sangat kusayangi,tapi tugas tetap tugas,

Aku malas memikirkannya,
Membunuh Tasuku,itu hanya pilihan terakhir,
salah satu pilihan dari banyak pilihan lainnya, lagipula,Tasuku bukan tipe manusia yang akan menjadi raja terror macam Stast The Origin,kurasa,
Aku mengenal adikku dengan sangat baik,
Dia adalah orang yang tulus dan baik hati,
Kemungkinan Tasuku dibunuh juga ada,tapi sangat kecil,karena mereka sangat membutuhkan Tasuku, mereka mungkin akan menahan Tasuku disisi mereka, tapi tidak ada alasan Undead menghabisi nyawa Undead,
Stast tidak akan membunuh Tasuku,makhluk yang serupa dengannya,
Tapi saat ini pasti mereka sedang berjuang membujuk Tasuku agar mau menuruti kemauan mereka,
aku berlomba dengan waktu.

Yang jelas apapun yang terjadi,menemukan Tasuku secepat mungkin,
itulah prioritasku saat ini,
Sebelum para makhluk abadi itu benar benar merenggutnya dari sisiku dan Daina untuk selama lamanya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:41 am

Tasuku.


Dua minggu sebelumnya,
Disuatu tempat di Centralia,Amerika serikat,
Rumah persembunyian Stast the origin,

__________________________________________
_____________________________

Siapa aku?
suara siapa yang saat itu memanggilku?
kenapa begitu jauh? aku tidak bisa mendengarnya...tidak bisa...
aku ingin mendengarnya...

"Tasuku...Tasuku...Tasuku..."

siapa?
kenapa selalu menyebut nama kecilku?!
siapa kalian...?!!





Kesadaranku mengawang diantara gelap dan terang,
Kesunyian macam apa ini yang tengah kurasakan?

Aku sadar,aku tahu aku merasa,
Tapi mataku terasa sangat berat untuk dibuka.

“Kau sudah bisa bangun,pangeranku?”
Aku tersentak kaget,
Merasa asing akan segalanya,
dan melompat bangun dengan sangat cepat-aku sendiri kaget mengetahui betapa cepatnya reflekku-aku menyeringai memperlihatkan gigi gigi taringku yang mulai memanjang,bermutasi secara perlahan.

“Tenang,my lord…”pria dihadapanku berkata lembut,suaranya tak lebih dari bisikan,
Tapi ajaibnya,entah kenapa aku merasa mempercayai.

“Siapa…kau?” tanyaku, kepalaku sangat sakit dan berdenyut denyut,
Ingatanku bercampur aduk.

Pria itu menjilati tangannya yang kelihatannya terluka, tersenyum padaku.
Bau darah yang menetes dari lukanya membuatku terhanyut sesaat, aroma yang manis, tapi berbeda,

“Kau bukan manusia!” seruku seraya mundur.
Aku memperhatikan keadaan disekitarku, tempat dimana aku berada.
Ini sebuah rumah besar, dengan arsitektur kuno dan antik yang bercitarasa tinggi,
Menandakan betapa mewah selera orang yang menata ruangan itu sendiri.

“Kau juga sama,” ia menatapku dengan tatapan tajam menusuk,
warna matanya merah semerah darah, “Bukan manusia” .
ia berambut hitam dengan wajah menarik seorang pemuda berusia diakhir Dua puluhan tahun,
mengenakan sweater putih rajutan yang bagian lengan bajunyanya agak kepanjangan,
kuperhatikan luka ditangannya yang berangsur angsur sembuh,
“Kau minum sedikit hari ini, memang kalau minum darah Undead rasanya tidak seperti meminum darah manusia, menyenangkan,tapi darah yang telah terkontaminasi virus tidak memberimu kekuatan seperti yang kau inginkan agar tetap bertahan hidup”

aku menatapnya tanpa menjawab dengan tatapan menyelidik.

“Kau sudah siap untuk ‘hidangan utama’ eh?”
Aku mengerinyitkan alis,tiba tiba saja ingatanku kembali.

Aku ingat,batinku dalam hati,
Aku kehilangan kendaliku atas virus ini, ketika virus itu akhirnya mengambil alih tubuhku sepenuhnya,setelah itu,
hanya warna merah yang terpikir dikepalaku.

Daina! Bagaimana keadaan Daina saat ini?

“Aku harus pergi… ketempat Daina…istriku” gumamku berkali kali,kupaksakan menyeret tubuhku supaya bergerak.
kepalaku sakit sekali!

Sial! Apa Daina baik baik saja?!
Daina….Daina…

Aku terjelepak dilantai batu yang dingin,kepalaku berdenyut hebat,bukan,otakku…
Sakitnya seakan aku akan gila,

“Sudah jadi seperti ini,kasihan sekali,” orang itu menghampiriku. Aku dapat melihat kakinya yang telanjang tanpa alas,
Ia membantuku berdiri,membopongku seperti ayah pada anak laki lakinya,
“Dengar,kan,putra mahkota kami, bagi kita,tidak ada jalan kembali…” ia mendudukkanku diatas ranjang sutera yang indah,tempatku ‘tertidur’ sedari tadi.

“Siapa…kau?” aku memandangi wajah dengan senyum semanis madu kekanak kanakan bagai malaikat yang ikut duduk termenung disampingku,mengulang pertanyaanku sebelumnya.

“Aku sudah lupa siapa namaku…” jawabnya sendu “Aku punya banyak nama, Raja terror…,Raja kegelapan…, sang lalim, yang terkutuk,dan yang terkuat diantara mereka yang abadi” ia seperti tenggelam diantara nama nama itu sendiri.
“Kau bisa memanggilku Stast, tapi jangan tanyakan artinya,karena aku sendiri sudah lupa artinya”

Bagiku itu cukup jelas untuk menjawab rasa penasaranku
“Stast…The Origin…” aku spontan menambahkan
Ia tertawa mendengarnya,
Tapi aku sama sekali tidak merasa nyaman mendengar nama itu,
karena aku mengetahui dengan benar siapa dia,
juga sering kali mendengar cerita tentangnya,tidak hanya itu, aku juga menggunakan darahnya sebagai bahan utama penelitianku.

Namun,baru kali ini aku bertemu dengan vampir, sang undead yang konon memiliki hidup abadi,Stast The Origin,
satu satunya yang tersisa dari ratusan prajurit yang dijadikan bahan percobaan virus undead puluhan tahun silam.

Dia benar benar tidak bertambah tua, dongeng seram yang menjadi kenyataan dan menebarkan terror di muka bumi,

“Vampir kuat yang memiliki kekuatan mengendalikan undead lainnya, sejarah pertama yang menorehkan darah…”

“Dalam riwayat menyedihkan umat manusia yang ingin mencoba untuk menjadi Tuhan” ujarnya menyambung kata kataku,

Dan musuh yang diceritakan kakakku berkali kali,

Aku ingin sekali dapat membencinya, tapi aku tidak tahu apa itu perlu atau tidak?
Bahkan aku sekarang bukan lagi manusia…

“Stast ini memang kuat,tapi tapi tidak sebanding denganmu”
Aku menoleh penuh tanda tanya, apa maksudnya?

“Aku…harus pergi! Aku tidak mau berada disini,Aku tidak sama dengan kalian!!”
Aku mencoba berdiri,tapi kakiku terasa kaku, sekujur tubuhku kaku,

“Masih belum paham,ya?!”
Belum habis rasa keterkejutanku karena Stast The Origin,
Muncul lagi seorang wanita,
lagi lagi vampir,
manyeruak masuk kedalam kamar.

“Stast! Apa lagi yang kau tunggu?! Membujuknya sedikitpun kau tidak mampu!”
Vampir bernama Stast itu tersudut diujung ranjang,
“Bruce binasa,Stast! Aryanov Gabriel lah yang menghancurkannya ketika kita sedang pergi! Ya,Aryanov Gabriel yang itu,musuh terkuat kita!”
ia berteriak teriak lantang,udara di sekelilingku bergetar samar.

Dengan banyaknya jumlah vampir yang kutemui,
tahulah aku bahwa aku sedang berada dalam sarang mereka.

Dia juga menyebut nama kakakku berkali kali,
Wajahnya nampak sangat mengerikan dengan mata merah melotot kearah Stast.
Penampilan tenang yang kulihat sebelumnnya berganti menjadi seraut wajah yang menegaskan kekejaman yang tersimpan didalamnya.
Namun Stast tetap bergeming ditempatnya.

“Lakukan sesuatu,Stast!” desak si vampir betina,“Dan kau!” si vampir betina berpaling kearahku, “Kau seharusnya sudah tahu kau ini apa...!”

Denyut dikepalaku semakin keras, “Akh…” aku bertumpu pada kekuatanku yang hanya tersisa sedikit,
Memejamkan mataku kuat kuat.

“Ferina? Korbannya?”Tanya Stast keras keras,aku tidak mengerti apa maksudnya.

“Cih!” si vampir betina membalikkan badannya dengan kesal,gerakan anggun dan kejam, ia melangkah keluar dari kamar itu,

Aku masih berkutat dengan rasa sakit ketika pintu kembali terbuka dan si vampir betina datang lagi,
kali ini bersama seorang wanita yang menangis menghiba hiba,
mendorong wanita tak berdaya itu kedepanku, terjerembab di hadapanku.

“Jangan bunuh aku… jangan bunuh…”
Aku menatap marah kearah Stast dan vampir perempuan itu,tapi tubuhku tidak bisa bergerak seperti yang kuinginkan.

“Apa apaan ini? Kalian menumbalkan manusia kepadaku?!” ujarku sengit, “Aku tidak mau membunuh! kalian gila!”

Stast menatapku tertarik,“Tapi rasanya akan sangat menderita…” bisiknya membujuk, “Sekarang saja terasa amat sakit,kan? Kau itu tidak bisa mati,dan jika ditahan, sampai hari kiamat pun kau akan tetap merasakan sakitnya”

Rasa sakit dan rasa lapar yang tidak tertahankan lagi,
Pikiranku kacau balau,bukan menahan rasa sakit ini, yang paling sulit adalah menahan nurani dalam diriku agar tetap pada tempatnya,
Aku terpesona pada aroma darah segar didepanku, seratus kali lebih menerbitkan selera daripada darah Stast barusan,
memberi tanda bahwa tubuhku membutuhkannya.

Aku berusaha menolaknya,tapi insting itu tetap menarikku,
Tuhanku!

“Kontrol yang lebih baik dariku,”komentar Stast “Aku tidak pernah bertahan lebih dari tiga detik saat aku selapar dirimu”

“Tunggu apa lagi?! Makan saja wanita manusia itu!”

“Tidak!” teriakku keras

Si vampir betina dengan tidak sabar mendekati mangsa yang tidak berdaya itu, mangsanya tidak sempat mengelak,kemudian telingaku mendengar bunyi berkeretak tulang yang dipatahkan.

Dan potongan kepala berlumur darah dilemparkan kearahku.
tergeletak tepat didepan kakiku.
Gairahku membuncah,

Aku mau...apa?!
dan selanjutnya aku tidak bisa lagi menahan kebinatangan dalam diriku keluar.
Menerjang onggokan daging yang telah mati itu,

Aku ingin muntah,tapi alih alih rasa mual,yang kudapati adalah kenikmatan,
apalagi saat cairan hangat dan basah itu mengalir melalui tenggorokanku,
begitu kuat,begitu nyaman,dan begitu najis pada diriku sendiri dan perbuatan hina ku,
nista,jahanam,meski atas alasan apapun,
aku merasa hidup,itulah yang kurasa telah kudapat,hidup setelah merenggut hidup orang lain...

Aku kecewa pada diriku sendiri.

Jika aku yang sekarang ada didekat Daina…jika Daina melihat keadaanku saat ini…

Aku menatap tanganku yang basah dipenuhi darah segar,
tidak hanya tangan,bahkan seluruh pakaianku,juga kemeja longgar yang terpasang di badanku,basah oleh darah,

Dahaga itu terpuaskan,hilang beserta satu nyawa yang telah kurampas, meninggalkan kenyataan bahwa 'Tidak ada jalan kembali' adalah realitaku sekarang.

Stast dan perempuan vampir itu menatapku kagum,
aku melihat dua pasang mata Undead yang menatap lapar pada genangan darah berceceran dilantai.

Tapi tampaknya tak ada satupun yang berani mengusikku pada saat aku sedang makan.

“Apa yang kalian inginkan dariku…?” tanyaku pada Stast,
Aku pastilah terlihat kacau sekali,dengan darah segar yang melumuri sekujur tubuhku.
Stast dan vampir perempuan itu tidak menjawab,
Mereka berlutut dihadapanku,membuatku semakin bingung,

“Jadilah Raja kami”

Apa?!

“Raja?! Raja kalian?!” aku terbelalak,
Setelah semua kejadian yang kualami,apa lagi ini?!

“Tidak! Kalian pasti salah,Kalian salah!” bantahku.“mana mungkin aku ini menjadi raja kalian? Mana bisa?!” “aku punya orang orang yang kucintai…dan aku ingin kembali pada mereka”

“apa kau yakin mereka masih membutuhkanmu?” tanya Stast.

Aku terdiam,
“Aku…ingin bertemu Daina…dia istriku, aku harus bertemu dengannya,aku ingin tahu apa dia baik baik saja” ucapku ragu,

Stast terdiam “Wanita yang nyaris mati ditanganmu kemarin?!”
Bagaikan petir menyambar,
aku terperangkap dalam kekalutanku sendiri,

“Kau tahu?! Bagaimana keadaannya??”cecarku panik, ”Dia masih hidup,kan’?” tubuhku yang awalnya bertenaga setelah menyantap korban barusan kembali terasa lemas

“Aku tidak tahu” jawab stast dingin “Aku membawamu pergi sebelum Aryanov Gabriel membunuhmu”

Kakak…?!
Aku meraba dadaku,jantungku telah berdetak kembali, aku masih ingat samar samar,ya, pedang kakak…pedang kakak yang menembus leherku…

“Jadi,kakak juga ada disana...?” aku tersenyum pahit. "Aku memang seharusnya tidak ada..." sesalku,
bahkan satu satunya kakak yang kumiliki dan kukagumi didunia ini pun,
berkali kali kusakiti...

“Tubuh kita memiliki keistimewaan regenerasi yang cepat,tapi kalau tubuh kita tercerai berai sebelum kita sempat beregenerasi, serangan telak keotak, atau jantung, habislah semuanya” Stast menjelaskan. “ingat itu baik baik”

“Aku sudah tidak perduli lagi dengan hidupku” aku kembali duduk menenangkan diriku,“aku hanya ingin bertemu Daina,aku ingin memastikan apakah Daina baik baik saja”

Tubuhku mungkin saja bisa sembuh dengan cepat,tapi bagaimana dengan hati kami?!
hatiku,kakakku...
dan Daina...

“Kau gila?! Gadis itu ada di markas besar paladin! Stast melihat Aryanov Gabriel membawanya, kalau kesana sama saja bunuh diri!” dengus si vampir betina.

“Baiklah,kau dan aku,kita akan pergi bersama”

“Stast!”

“Harus punya kebijaksanaan jika ingin menyusup kesana, dalam hal ini, hanya aku dan kau yang memenuhi syarat” Stast berkata kepadaku “Mungkin jika kau melihat kenyataannya dengan mata kepalamu sendiri,kau akan berubah pikiran”

Aku membuang muka,“Aku tidak sudi membunuh dan meminum darah manusia lagi,aku tidak akan pernah mau melakukannya lagi”

Stast tersenyum sinis,“Tawaran kami tadi bukan pertanyaan yang harus kau jawab sekarang,”
Ujarnya mengakhiri pembicaraan diantara kami bertiga.

Bukan pertanyaan yang harus kujawab sekarang,tapi tetap saja,
aku harus tetap menjawabnya jika aku sudah siap.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:42 am

(LANJUTAN)



Tasuku

______________________________________
_______________________________


“Kak!apa ini?”

“Jangan bermain main dengan itu! Bahaya,kan!”
Kak Ari menangkap tangan Daina yang memegang pistolnya dengan cepat,
“Jika meledak ditanganmu bagaimana?” katanya dengan wajah khawatir.

Daina tersenyum manis “Kakak mencemaskanku?!” ia tertawa,tawa malaikat yang dulu selalu ditujukannya padaku,

Aku mengintip dari celah dedaunan, dari kejauhan aku menatap pasangan yang berbahagia itu,
Daina tampak sehat tidak kurang suatu apa.
Aku mendesah lega.

“Bagaimana?! Apa kau puas sekarang?!” aku tidak menjawab pertanyaan Stast disampingku,
asyik memperhatikan Daina yang sekarang berputar putar diantara rerumputan,melakukan gerakan seperti menari.

Entah bagaimana caranya Stast berhasil membawaku menyelinap,
Tapi tidak dapat masuk kedalam markas Paladin,

Aku dan Stast hanya dapat melihat dari kejauhan,
di dalam hutan buatan tempat latihan para Guardian dan prajurit Paladin,
Kawasan ini bebas Undead, bahkan Rusia sendiri adalah negara kuat yang bebas dari undead karena disinilah markas besar Paladin,
Stast membawaku masuk ke Negara ini entah dengan cara apa.

“Sama seperti menyelundupkan obat terlarang, kemungkinan kita lolos amat kecil,jadi kita sekarang bertaruh” jawab Stast enteng ketika kutanya.

Dan akhirnya kami bisa sampai kemari,rupanya Undead tua ini amat ingin membantuku hingga rela melakukan ini semua.

Walau aku menyadari hutang budi ini tetap harus kubayar suatu hari nanti.
Ah,Daina terpeleset,
aku hendak bergerak kearahnya ketika sentuhan tegas Stast mengunci bahuku.

Kak Ari menangkap tubuh mungil Daina dengan gesit.
Tentu saja sangat mudah menahan tubuh mungil dan ringan itu,
meraihnya dalam pelukannya,
kakakku sendiri bahkan gemetar karena terkejut.

“Kubilang hati hati,kan! Kau akan membunuhku kalau sampai kau kenapa-kenapa” tegur kak Ari memperingatkan.

Daina juga kaget, seperti biasa,Daina memang ceroboh.
ia memeluk kak Ari dan menarik nafas,
seperti biasa juga,Daina selalu bergantung pada orang lain ketika ia berbuat kesalahan.
Cengeng dan penakut,tapi sangat manis hingga membuatku jatuh cinta berkali kali padanya,

“Ups…aku terjatuh…” katanya mencelos.
Kakakku balas memeluknya, mendekapnya semakin erat,

“Jangan lakukan hal yang berbahaya lagi,ok?” ia memastikan.
Aku memalingkan wajahku,
Tidak ingin melihat hal yang kulihat,
kecemburuan yang aneh muncul dalam hatiku,betapa bodohnya,
aku betul betul pria salah paham yang menyedihkan.
kakak mencemaskan Daina,alasannya karena aku,
menjaga Daina demi aku, walau aku tahu perasaan lain yang mendorongnya memberikan perhatian lebih pada Daina.
walau aku tahu perasaannya,aku percaya padanya,
Tapi,tapi...
Siapapun yang melihat keadaan kami sekarang,sudah tentu sangat bisa memilihkan mana yang lebih cocok untuk Daina,
pilihannya sangat jelas,jawabannya sudah ketahuan.

“Kau sudah puas?” Stast mengulangi pertanyaannya.
Aku memberikan jawabanku dengan cara menjauh dari tempat itu dengan cepat.

Meski aku lega Daina baik baik saja,aku tetap tidak bisa menahan rasa cemburu dalam dadaku, sakit,perih,aku sangat sakit.
Kak Ari memang yang terbaik,
jika bersamanya Daina pasti bahagia, jika bersamaku,Daina mungkin akan kehilangan nyawa nya,mati sia-sia bersamaku.
aku yang mencintai Daina dengan segenap perasaan tentu tidak mau hal semacam itu terjadi,
aku harus merelakannya,harus melepaskannya,

Tapi,akan dikemanakan perasaanku ini?!
Apa yang harus kulakukan dengan perasaanku sendiri??
Dimana tempat untuk hatiku?!
Aku…tidak tahu…
Tidak tahu…
Dan aku harus belajar untuk menjadi tega,tidak memiliki rasa penyesalan sekalipun.
melupakan Daina,melupakan segalanya,
bagaimana cara melupakannya? tentu dengan menjalani hidup sebagai makhluk abadi yang tidak punya masa lalu dan tidak mengenal masa depan!
Tidak ada jalan pulang...
tidak ada lorong kembali...

Bagaimana dengan kakak?! membuang segalanya,berarti membuang posisi kami sebagai kakak beradik,saudara.
dan membuang semua kenangan kami sejak masa kanak kanak hingga sekarang?!
Disatu sisi aku tidak sanggup menjadi musuh kakakku sendiri,orang yang kuakui,kusayangi,kuhormati,darah dagingku...
Aku juga ingin lari dan menghilang karena disisi lain obsesiku akan Daina membuatku amat menderita,penderitaan yang lebih menyakitkan dari kematian!

Aku terjebak dalam penderitaan dan dilema ini selama lamanya,
seorang diri.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:43 am

Ari

_________________________________
________________________


Aku bersandar di beranda kamarku,
Memikirkan pembicaraanku dengan Alexander Boraknitchov sesaat sebelum aku meninggalkan ruangannya untuk beristirahat tadi sore.

“Sudah sebulan ini,kita tidak menemukan ada pergerakan yang berarti dari para Undead yang biasanya sangat agresif,ada apa ini?” ia bertanya padaku.
Aku terdiam.
sudah pasti,ini mempersulit usahaku mencari Tasuku,
andai saja Stast The Origin tetap meneruskan kegiatannya mencaplok daerah-daerah tertentu di berbagai Negara,mungkin akan lebih mudah melacak keberadaan mereka,

Tapi,jika mencari tanpa ada titik terang dimana sebenarnya sasaran kami saat ini,
Paladin mana mungkin berbuat seceroboh itu.

“Aku tahu apa yang kau pikirkan” Boraknitchov menyela lamunanku, “Jangan biarkan apapun membuyarkan konsentrasimu terhadap tugas,tetap fokus, lagipula belum tentu raja terror baru yang dimaksud itu adalah adikmu,
bisa saja ini hanya jebakan untuk menghalangi jalan kita,Paladin.” Katanya tegas.

“Mengerti” potongku cepat.
Alexander Boraknitchov terdiam sesaat,pada saat saat tertentu,ada kala nya beliau lebih terlihat seperti sahabat daripada seorang pemimpin,

“Gabriel,” aku mengangkat wajahku yang tertunduk “Andaikata raja para undead berikutnya benar benar adikmu, apa yang akan kau lakukan?”

Pertanyaan yang sulit,
Boraknitchov selalu tahu caranya bermain dengan sisi psikologis orang lain…

“Aku tidak tahu…” jawabku lirih “Aku belum siap”

“kalau begitu,siapkan dirimu mulai sekarang,”

Aku membuang pandanganku, menghindari tatapan mata penuh tekanan dari sang pemimpin Paladin.

“Tugas kita bukan melibatkan masalah pribadi kita dalam tugas, tugas kita adalah memusnahkan apapun yang berbahaya,dan kita melakukannya tanpa perduli pada hidup kita sendiri,sejak awal kau tahu hal itu dan memutuskan bergabung dengan Paladin, Aryanov Gabriel, undead tetaplah musuhmu, meskipun dia saudaramu, jika dia sudah melakukan hal yang membahayakan hidup orang orang disekitarnya, kau harus tetap memusnahkannya demi melindungi hal yang paling ingin kau lindungi”

Aku menghela nafas, teringat pembicaraan antara aku dan Boraknitchov barusan, membuatku muak pada diriku sendiri.

Tapi bagaimana kalau ia yang seharusnya kumusnahkan adalah ia yang paling ingin kulindungi selama ini?

“Kakak…” pintu kamar Daina terbuka, wajah bulat imut-imut Daina muncul dicelah pintu,
Tempat tinggalku memiliki dua buah kamar yang satunya sama sekali tidak terpakai, dan disanalah kamar Daina sekarang,

Aku merasa tidak nyaman dengan pengaturan ini, tapi aku merasa sudah terlalu banyak merepotkan guardian yang lain,

Memintanya tinggal bersama Mikia memang bisa, tapi Mikia tinggal berdua dengan kakeknya, Boraknitchov.
Jelas tidak mudah,

Sedangkan messiah…,ah,dia membawa pria yang berbeda keluar masuk setiap malam, aku bisa mati karena cemas menitipkan Daina padanya!

Sejak awal akulah yang menginginkan Daina tetap berada disini agar aku tetap bisa mengawasinya,
Markas paladin adalah tempat teraman yang bisa kupikirkan saat ini.
Setidaknya.

“Kakak,belum tidur?”
Aku menggeleng,

“Justru aku yang harusnya bertanya, Daina kenapa belum tidur?!”
Daina menghampiriku, gaun tidur berwarna jingga muda-nya melambai lambai, ia berdiri disebelahku dan menghirup angin yang berhembus lembut di balkon tempat kami berdua berada,

“Tadi,sewaktu aku dan kakak bermain ditaman, aku seperti merasa Tasuku ada disana, aku sangat senang”

“Benarkah?” sahutku sembari menaikkan alis, heran dengan ketajaman perasaan Daina,
terkadang ia seperti tidak waras jika membicarakan Tasuku, tapi aku paham.

“Aku tidak merasakan apa apa…” sesalku

“Hanya aku yang bisa merasakannya” Daina membusungkan dada bangga.“Mungkin saat itu Tasuku juga sedang memikirkanku,”
ia bercerita sambil sedikit menggoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan,
sesekali ia juga bersenandung,
“Aku tahu soalnya sudah sering seperti ini, jika aku memikirkan Tasuku,kesedihanku akan berubah menjadi kekuatan.''
''semakin jauh kami berpisahpun kami akan menjadi semakin dekat” ia terus bercerita dengan riang.
Aku tersenyum,

Dia begitu mencintai Tasuku...,mereka saling mencintai,
cinta yang berubah menjadi sebuah kebutuhan,cinta yang obsesif,
baik Daina ataupun Tasuku sama sama terobsesi satu sama lain,
aku mengakuinya sebagai ketidak-wajaran yang indah.

“Daina…”panggilku.

Daina memalingkan wajahnya kearahku,“Ya…?”

“Seandainya…seandainya saja,nih?!” aku tidak tahu apa yang kupikirkan saat ini…

“Seandainya kau tidak pernah bertemu Tasuku, kau mungkin tidak akan jatuh cinta padanya sampai seperti ini,kan?”

“Maksudnya?” bola mata Daina yang bulat membesar karena penasaran,lucu sekali…

“Apa rasanya kau bisa mencintai… orang lain begitu besarnya,sama seperti cintamu pada Tasuku, andai kau tidak pernah bertemu dengannya?”
aku hampir saja menampar mulutku sendiri saat aku sadar akan pertanyaanku,
bodoh sekali aku ini...

“Mana aku tahu?” jawab Daina yakin “Aku tidak pernah mengatur pada siapa aku akan jatuh cinta…”
“Tapi aku yakin,kak…!” tukasnya tiba tiba “Aku yakin,meskipun waktu itu andai kami tidak bertemu, andaikan kakak dan Tasuku tidak memungutku, aku pasti akan tetap bertemu dengannya,jatuh cinta padanya,disuatu tempat yang lain, entah dengan cara apa”
Aku melihat Daina tersenyum lembut, ia menutup matanya, merasakan desiran angin yang menghembus diatas kulitnya.
Bernafas, sesekali rambutnya yang panjang tertiup angin.
sedetikpun aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari kecantikan yang menyiksa itu,
aku tahu,yang terobsesi bukan hanya Tasuku...
aku pernah merasakan kegilaan yang sama terhadap Daina,bertahun-tahun lalu,
dan sekarang,aku berjuang mati matian agar rasa itu tidak bangkit lagi.

“Memungutmu…” aku dengan cepat menguasai diri dari keterpesonaan yang sesaat tadi membiusku.“Memangnya kau kucing…?”

Daina menatapku gusar.
“Mengajak bertengkar lagi,ya?!”
Aku tertawa,mengusap rambutnya.

“Tidur sana,ini jam tidur anak kecil,tahu!”

Daina berjalan menuju kamarnya, kakinya menghentak kesal, kupikir dia akan berteriak marah padaku,dan ngambek.

Tapi Daina malah berpaling dan tersenyum manis padaku,

“Kak…” panggilnya “aku tidak pernah menyesal telah jatuh cinta pada Tasuku” “Aku bersyukur pernah mengenalnya, aku juga bersyukur telah bertemu kakak dan Tasuku,aku bahagia” ia pun menutup pintu kamarnya setelah tersenyum padaku untuk terakhir kalinya.

Aku tetap berdiri mematung seorang diri.
Tidak tahu mengapa aku menanyakan hal yang tidak berguna seperti tadi?
Daina…
Aku tahu perasaan cinta yang tidak pada tempatnya ini sama saja dosa.
aku mengutuki debaran laknat yang saat ini kurasakan,
manusia macam apa aku yang benar benar egois jika sampai berharap memiliki sesuatu yang bukan untukku?

Pikiranku sesaat tadi benar benar jahat.
Terpikir, seandainya saja Tasuku tidak ada atau nyatakan saja perasaan ini,toh’ tak kan ada jaminan bahwa Tasuku masih hidup…?

Tidak!
Tasuku adalah adikku dan aku tak’ akan mengkhianatinya,
kalau hanya perasaan cinta, sedalam apapun,dan sesakit apapun,
aku bersedia menahannya.
aku tidak akan pernah mengkhianati adikku,
sejak awal aku telah bertekad akan memberikan apapun demi kebahagiaannya,
dan itu tidak berubah,walau dia menjadi raja kaum Undead sekalipun!

Aku menarik nafas panjang. Mengisi paru paruku dengan udara malam,
Anganku melambung entah kemana.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:44 am

Tasuku



Suatu tempat terpencil di Amerika serikat.
_______________________________________
_____________________________


Aku dan Stast terus berjalan tanpa tujuan berhari hari,
Kami berhasil keluar dari Rusia,
Selama perjalanan yang memakan waktu tiga hari itu,Stast membawaku kembali ke amerika,
tapi sedikitpun aku tidak berniat kembali ke sarang undead itu lagi.

Walaupun aku tidak merasakan lelah meski terus berjalan tanpa istirahat, Kurasakan tubuhku mulai melemah lagi.

“Sepertinya sudah waktunya?”
Tak kuhiraukan kata kata Stast disampingku,
Tubuhku oleng, Stast dengan sigap menahanku,

“Apa kubilang?! Ini karena kau tidak mau mendengarkan”

“Aku tidak mau…membunuh!” tegasku.
Stast menghela nafas,mendudukkan tubuhku diatas batu besar,
Kami berada di jalanan beraspal panjang yang sepertinya terus menyambung entah kemana selamanya,
terik matahari sama sekali tidak membuatku kepananasan.
malah sebaliknya,
aku seakan haus akan hawa panas karena suhu tubuhku yang rendah.

Aku melirik sekelilingku,
hanya ada perbukitan pasir berwarna dan tanah kosong,
tidak ada rumah, tidak ada tanda tanda pemukiman

“Ada desa terpencil,1,5 km dari sini” ujar Stast membopongku.
“Aku tidak butuh bantuanmu…”aku menepis tangannya. “Aku bisa sendiri”
Stast akhirnya berhenti berusaha membantuku.

“Aku hanya akan lewat,”ujarku kemudian ”Aku tidak berkeinginan menyentuh atau mencari mangsa dimanapun”

“Terserah kau,my lord” Stast mengangkat bahu “Stast tidak akan memaksamu,karena jika sudah waktunya,'pasti'...”
Stast bersiul, memanggil kelelawar raksasa yang menjadi transportasi utama kami untuk menyusup ke wilayah Paladin.

Chimera itu memiliki sedikit kecerdasan dibanding undead jenis lain, ia mampu mendeteksi dan menghindari setiap wilayah yang rawan, dimana kami mungkin saja terlihat.
Namun Stast sepertinya tidak mau mengambil resiko kami akan terlihat, jadi sewaktu waktu, kami berjalan kaki seperti sekarang,
memakai logika bahwa benda besar sulit disembunyikan.

“Naiklah” ujarnya seraya melompat keatas punggung kelelawar raksasa itu.
Aku mengikutinya dan naik diatas tunggangan para vampir itu.

“Kau menciptakan ini sendiri…?” tanyaku penasaran.

“Tentu,siapa lagi yang bisa kumintai bantuan…?”
Aku tidak bisa menebak suasana hati Stast saat ini, secara fisik,
ia nampak seperti manusia biasa yang berwajah rupawan dan elok.
Disisi lain, hanya orang bodoh yang tidak menyadari perbedaannya.

“Kau sendiri tidak jauh berbeda denganku sekarang”
Aku terperanjat, apa ia menyadari aku memperhatikannya?!
Padahal ia sendiri tidak melihat kearahku sedikitpun.

“Kau bisa membaca pikiranku…?”
Stast menyeringai mendengar pertanyaanku ketika kami membubung semakin tinggi diudara.

“Secara teknis tidak,tapi sebagai kaum yang tidak bisa mati pasti ada beberapa pola pikir kita yang sama”
Dalam hati aku mengakui kata katanya, kuakui sejak bermutasi menjadi undead,ada banyak perubahan pada pola pikirku,

“Bagaimana kau menjadi undead?” tanyaku lagi,berusaha mencari jawaban sebanyak mungkin akan pertanyaanku yang seperti tidak ada habisnya,
ia benar,hanya di sisinya tempatku sekarang,
aku sudah tidak bisa kemana mana lagi,

“kurasa kau sudah tahu bagaimana cara virus itu menyebar dalam tubuh manusia”
Stast tertawa lagi,mengerti maksudku dan tahu apa yang kuinginkan.
Pertimbangan.

Tanpa diminta ia bercerita panjang lebar bagai air mengalir.
Tahulah aku, bahwa ia menyimpan begitu banyak ingatan yang tak pernah terhapus sedikitpun dalam memorinya.

Dan berbagai macam kisah yang terjadi dalam kehidupannya yang tak berujung.

“Yang mana yang ingin kau dengar? Aku bisa menjadi apa saja, baik itu hantu dalam setiap penghidupan yang takut akan keberadaanku maupun dewa bagi mereka yang mengejar kekuatan,kecantikan dan keabadian,”

“mana yang ingin kau dengar? Stast ini memiliki banyak kisah yang hampir semuanya berakhir dalam siklus yang sama,”
“Yaitu ketiadaan,Nothingness…” suaranya tidak lebih dari sekedar bisikan halus,
Aku terdiam, orang ini…

“Aku ingin dengar yang sebenarnya” jawabku.
Stast kembali menyeringai,kali ini seringaian dingin penuh dendam.

“Aku lahir pada tahun 1983, didaerah timur,ayahku adalah militer yang sangat disegani,aku terlahir sebagai anak laki laki yang memiliki kepandaian diatas rata rata,kebanggaan keluarga,
aku telah mengikuti serangkaian tes psikologi yang rumit yang menguatkan bukti bahwa kepandaianku memang bukan isapan jempol, aku sangat mengagumi ayahku,dan mencintai negaraku,"
"karena kecintaanku pada Negara dan rasa kagumku pada ayahku, maka aku memutuskan meninggalkan bangku kuliah untuk bergabung dengan kemiliteran,tepat pada ulang tahunku ke dua puluh, akhirnya aku diterima menjadi salah satu prajurit Negara yang sangat kudambakan, benar benar sebuah batu loncatan yang bagus bagiku dalam menapaki karier militer yang kuidam idamkan”
"apa kau tahu berapa IQ-ku saat itu?" ia balik bertanya,

"Seratus tujuh puluh?" aku mencoba menebak dalam hitungan wajar manusia pada umumnya.

"Non...," tolaknya sambil mengibaskan tangan "Dua ratus dua belas,pas"

Reaksiku biasa-biasa saja,
angka yang relatif rendah bagiku yang pemegang rekor dunia ini,
Aku dua ratus tujuh puluh...
tapi aku sangat malu dengan perhitungan itu,karena menurut kak Ari aku belajar bicara pada usia lima bulan...!

"Jelas tidak bisa dibandingkan denganmu,Yang Mulia" Hibur Stast pada dirinya sendiri,
aku membuang muka.
dan ia pun melanjutkan kisahnya.

“Sejak awal, aku adalah pemuda idealis yang hanya tahu artinya baik dan buruk,apa itu hitam,apa itu putih,aku sudah tahu,
Kemudian,ketika ayahku meninggal dalam perang, bukannya aku tidak merasa sedih, aku juga turut merasakan kebanggaan beliau sebagai prajurit militer yang gugur dalam membela negaranya, lantas apa yang salah dengan itu?!
Matipun tak apa,karena bisa hidup dengan penuh kebanggaan,
Membebaskan mereka yang tak berdosa agar tak menjadi korban,
Apa yang salah dengan itu?
Aku berjuang, aku berperang tak hanya demi membela Negara,tapi juga untuk kebebasan kaum yang lemah dan terjajah!
Dan meninggalkan sesuatu yang berharga yang akan selalu dikenang sampai akhir masa,jalan seperti itulah yang kupilih"
"Saat itu Negara diseluruh dunia memang sedang berperang,nuklir dan kesengsaraan dimana mana,
Akhirnya aku kemudian diutus meninggalkan desaku dan dikirim ke medan perang, meninggalkan ibuku, adik perempuanku, dan tunanganku,Emelie…”
Sampai pada bagian ini, aku sempat melihat sudut matanya yang berkaca kaca, tapi sedetik kemudian, aku berpikir mungkin aku salah lihat.

“Awalnya aku tidak punya firasat apa apa meninggalkan mereka sendirian,
Aku berharap bisa pulang membawa nama besar mendiang ayahku atau membawa kebanggaan yang abadi jika aku gugur”
“Pada masa itu juga,ada banyak macam senjata yang digunakan dalam perang, dan tercetuslah istilah ‘senjata biologis’ yang disebut sebut sebagai senjata yang memiliki dampak terkecil dan teraman dibandingkan nuklir yang banyak memakan korban dan memiliki efek pemusnah massal”

Tanganku terkepal kuat,itulah cikal bakal virus undead yang kami kenal sekarang.

“Senjata biologis yang dimaksud mereka,adalah virus, bagi yang telah diinjeksi dengan virus itu,akan memiliki kemampuan beregenarasi yang cepat, ditambah kecepatan dan kemampuan tempur yang sudah tidak bisa disebut manusia lagi.
Tapi tidak bisa dengan struktur DNA orang biasa, hanya manusia yang memiliki kecocokan DNA dengan virus itu,
dan memiliki otak yang sangat cerdas yang bisa membangkitkan kekuatan yang tersimpan dalam virus itu,"
"mereka yang memiliki struktur DNA yang sesuai bagi virus itu disebut sampel 'The Choosen'-yang terpilih-oleh para peneliti”

Aku sudah tahu soal itu,
Struktur DNA seorang manusia dewasa pada umumnya hanya dapat membuka dua strand dalam otak mereka, dan DNA yang memiliki kecocokon dengan virus itu adalah…
Tentu saja harus ada lebih dari 3 strand yang terbuka dari jumlah maksimal strand yang bisa dibuka dalam otak manusia, yaitu dua belas.
semakin banyak strand yang terbuka, tandanya semakin jenius orang itu,
dan aku juga termasuk didalam lingkaran tersebut.

“Aku adalah salah satu dari sampel The Choosen-yang terpilih-yang diinjeksi pertama kali dalam percobaan mereka”

Aku tahu ‘mereka’ yang dimaksud Stast pastilah pemerintah yang berkuasa pada masa itu.

“Atas persetujuanku sendiri,akhirnya mereka membawaku ke laboratorium tersembunyi,bersama dengan prajurit lain yang ikut menjadi bahan percobaan,mereka yang bersamaku semuanya berotak sama cemerlangnya,sama cerdasnya denganku,
Sebagian dari mereka juga bersedia di injeksi karena rasa kecintaan pada Negara dan tanah kelahiran,sama sepertiku,dan sebagian lagi, karena impian mendapatkan kekuatan dan menyingkap tabir pengetahuan yang tak pernah bisa dipecahkan oleh manusia biasa-
yaitu rahasia hidup abadi”




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:45 am

(Lanjutan)


Tasuku


_________________________________
________________________


Stast tersenyum sinis saat mengucapkan kata 'Hidup Abadi',
didalam hatinya,entah dia sedang menertawakan apa.
atau mungkin juga ia sedang menertawakan frase 'Hidup Abadi' itu sendiri?!

“Kami dikarantina berbulan bulan,ditempat yang gelap dan lembab mirip penjara bawah tanah,benar saja,begitu diinjeksi dengan virus tersebut,
aku merasakan ada kehidupan dalam tubuhku yang telah mati,aku terlahir kembali menjadi baru dan tidak sama lagi,disisi lain pada saat bersamaan, aku merasakan kebutuhan yang lain," ia sedikit bergidik karena ingatannya pada saat itu mungkin terlalu kuat,
"Kebutuhan akan sesuatu yang gila dan tidak terkontrol, aku mati matian mempertahankan akal sehatku agar tetap berada pada tempatnya, agaknya itu berhasil tapi tidak bertahan lama”
Aku mengerti,
aku juga mengalaminya.

“Masa karantina selesai.Kami dibebaskan dan diperintahkan terjun ke medan perang untuk melihat seperti apa hasilnya.
Sungguh diluar dugaan,baik itu kecepatanku,indera penciuman, dan kecerdasan,semuanya mengalami perubahan drastis melebihi apa yang kubayangkan ketika aku masih manusia biasa,
Aku bagaikan terlahir kembali sebagai hewan,ya.
Hewan liar.
yang terbebas dari tubuh yang fana sebagai wadah.”

“Wadah…” aku mengutip,memandangi telapak tanganku, kuku kuku di jariku memanjang seketika,bermutasi seperti yang kuinginkan.

“Percayalah,” sambung Stast “Kau tidak akan pernah tahu betapa luar biasa mengerikannya saat-saat itu, aku benar benar terlahir kembali dan memulainya lagi”
“Tapi tidak ada hal yang bisa didapat dengan Cuma Cuma didunia ini, kekuatan menyingkap tabir pengetahuan diseluruh alam semesta, kenyataan bahwa manusia bisa memiliki hidup abadi,mewujudkan keinginan mereka menjadi seperti tuhan,Bayarannya setimpal dengan itu,
Hah, mungkin ini kutukan buat seluruh manusia yang mencoba bermain dengan takdir”

aku lebih menafsirkan kata kata itu sebagai kutukan yang diucapkannya sendiri,

“Setiap keajaiban yang dipaksakan,pasti menuntut hal yang seimbang sebagai imbalan,"

Ya,aku pernah mengatakannya,antara racun dan dan obat pun batasnya sangat tipis…
aku melanjutkan mendengar cerita Stast,

"Aku tidak memiliki kontrol lagi terhadap diriku sendiri sejak detik pertama aku melihat setetes darah, hanya setetes dan efeknya luar biasa,aku dapat membaui darah dimanapun aku berada,dan meninggalkan kemanusiaanku entah dimana,
Ketika aku sudah merasa cukup dengan mangsaku, ternyata teman temanku yang lain juga mengalami hal yang sama, mereka juga terperangkap dalam kanibalisme yang mengerikan, medan perang menjadi arena mimpi buruk seram yang seakan tanpa akhir, saat itu,barulah aku menyadari, bahwa aku bukan lagi manusia”

“Bukan lagi manusia…” aku kembali menirukan frase lain yang sama menyakitkan nya itu.
Stast sendiri pun tak dapat menyembunyikan kegetiran dalam setiap kata yang ia ucapkan.

“Hasil akhir yang mengejutkan juga menimbulkan reaksi beragam dari para peneliti, tapi pada dasarnya tidak ada yang menyetujui prilaku kanibalisme yang menjadi pada para prajurit yang telah di injeksi.”

“Aku yang belum tahu apa yang terjadi pada tubuhku,tapi kebutuhan akan darah itu nyata,sementara itu satu persatu teman temanku yang lain mulai kehilangan diri mereka sendiri,ada yang menjadi stress bahkan gila karena tak mampu menahan hasrat yang teramat besar terhadap darah segar dan naluri pemangsa mereka”
“Aku juga sakit,aku juga merasakan rasa bersalah yang luar biasa dalam diriku,memang,membunuh adalah hal yang lumrah dalam perang, tapi jika berubah menjadi makhluk entah apa yang memangsa manusia…itu adalah hal tidak bisa dibenarkan!
Berbagai macam cara kulakukan,baik itu memotong pergelangan tanganku sendiri maupun menggantung leherku sendiri,tapi hasilnya sama saja, aku sembuh dengan cepat,malah setiap darahku yang menetes keluar makin memperbesar kebutuhanku akan darah manusia”

“Lalu,palu keadilanpun telah diketuk,begitulah mereka menyebutnya,
akhirnya diputuskan pelarangan terhadap senjata biologis, dan perintah untuk memusnahkan semua senjata biologis yang ada,
tapi kami tidak bisa dibunuh, jadi kami dimusnahkan dengan berbagai cara yang ada,entah itu dipancung,dibakar,atau diledakkan disuatu tempat yang tidak diketahui siapapun secara bergiliran setiap harinya,"
"Aku tidak perduli bagaimana aku, aku bahkan tidak mau tahu kapan hidupku diputuskan berakhir,silahkan jika mereka mau membunuhku,karena mati adalah satu satunya hal yang tidak mampu kulakukan didunia ini.
ditengah kesedihan dan keputus asaan,aku teringat ibuku,adikku,dan tunanganku,Emelie,
aku telah berjanji kembali pada mereka…
ingatan akan keluargaku didesa menguatkan ku disaat saat terakhir”

Ada banyak kisah dalam hidupnya, tapi hanya kali ini,kisah ini,yang membekas paling kuat dihatinya,

“Lantas? Apa yang terjadi selanjutnya…?” tanyaku, sudut pandang Undead begitu dalam dan berbeda dengan manusia biasa dalam memaknai arti hidup,
Stast menerawang,memandangi langit tampak begitu indah kebiruan,
ia menatap langit yang maha luas dengan mata yang abadi itu,
mata yang telah ditakdirkan tidak akan pernah tertutup selamanya.

“Dan,setelah satu persatu teman temanku di eksekusi,tibalah waktunya pemusnahan bagiku,satu malam sebelum eksekusi,aku merencanakan pelarian diam diam dari penjara bawah tanah tempatku dikurung,
Mudah saja melarikan diri dari penjara primitif dengan mengandalkan kecerdasanku ini,dan aku berhasil kabur dari sana”

“Aku berusaha melarikan diri sejauh mungkin,sejauh mungkin membawa luka yang tidak sedikit baik jiwa maupun ragaku,aku berniat bertemu ibuku,adikku,dan Emelie meski hanya untuk sekejap saja,aku ingin memastikan mereka baik baik saja dengan mata kepalaku sendiri,sebelum mengucapkan selamat tinggal untuk selamanya”

Dalam hatiku berdenyut kuat,
perasaanku ketika ingin menemui Daina, ingin tahu keadaannya,
ingin melihatnya,rasa rindu yang menggebu,Stast juga pernah merasakannya,
merasakan hal yang sama.

“Aku sampai didesa tempatku dibesarkan,tapi bukan sebagai pahlawan,melainkan sebagai buronan paling dicari,penjahat paling berbahaya sekelas teroris yang menjadi incaran pemerintah diseluruh dunia,keberadaanku adalah aib,dan proyek rahasia yang menggemparkan itupun terbongkar”
“Tentu saja keluargaku menyambutku dengan hangat, mereka tahu bahwa aku bukanlah aku yang dulu lagi,tapi mereka tetap menerimaku dengan tangan terbuka, niatku hanya sementara berada disana,hanya untuk mengucapkan salam perpisahan,
Tapi sayang sekali,
Aku tertangkap tepat pada saat aku akan pergi dari sana,”
“Aku berhasil lari,tapi Emelie yang malang,ibuku,juga adikku semua ditangkap dengan tuduhan menyembunyikan buronan,makhluk berbahaya yang seharusnya dimusnahkan”
Ia tertawa,tawa melengking yang kejam, "Tentu kau tahu,apa konsekuensi-nya membantu buronan yang disejajarkan dengan teroris kelas dunia," ia mengusap dahinya,seperti menunjukkan bahwa ia sendiri tidak habis pikir dengan apa yang telah terjadi padanya.

“Karena dianggap membantuku melarikan diri,seluruh keluargaku dihukum mati,Emelie adalah yang terakhir dieksekusi…”
kami sama sama terdiam setelah Stast menyampaikan kalimat terakhirnya,

Aku terpekur sejenak mencoba menghayati makna apa yang terkandung dalam kisah hidup undead yang dikenal orang lain sebagai raja undead yang menebar rasa takut setiap kali namanya disebut.
Kesakitan macam apa,kesedihan macam apa yang telah ia rasakan,

“Jika aku adalah aib,lalu mereka yang dengan seenaknya menentukan takdir manusia itu apa? Ibuku,adik perempuanku,dan tunanganku…mereka salah apa? Nafas manusia ku yang terakhir lenyap sudah, mereka harus membayarnya…”

Aku menatap tajam langsung kemata merah menyala dihadapanku

“Bagaimana kau bisa hidup demikian sekian lama? Bagaimana kau bisa menyingkirkan rasa bersalah pada banyak orang yang nyawanya kau hilangkan?! Itu bukan impian,itu hanya ilusi yang diciptakan oleh kekuatan dan pengetahuan yang gila!”

“Aku dikhianati," balasnya, "Aku hanyalah alat bagi segelintir orang untuk mencapai tujuan mereka,dan setelah semua pengorbananku, aku harus dimusnahkan,enak sekali mereka”
Stast kembali menjawab “Setelah tahu bahwa semua hal yang kupercayai adalah palsu belaka, bagaimana aku bisa menghabiskan sisa hidupku dalam kedamaian?
Bukan salahku jika aku berpikir mereka harus memberikan bayaran yang setimpal atas apa yang mereka perbuat terhadapku”

“Tapi orang orang itu?! Orang orang yang kau jadikan tentara zombie mu?! Apa salah mereka?!”

“Korban itu tak terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi, aku sendiri sudah tahu apa yang kulakukan ini salah, tapi dalam hal ini,akulah yang menjadi korban,aku hanya menuntut keadilanku,
keadilan menurut pandanganku,aku dendam pada dunia ini,
aku muak melihat kepalsuan,
tanpa itu semua,hatiku tidak akan puas,lukaku tidak akan pernah sembuh”

Aku tidak yakin apa yang kurasakan saat ini,
mendengar begitu banyak kegilaan,
tapi anehnya,aku setuju dengan pola pikir Stast yang selama ini kutolak,
aku memikirkan Daina,memikirkan kakakku,memikirkan mendiang orang tua kami
Memikirkan mimpi mimpiku yang kandas…

Lalu aku memikirkan Robert clarken,
Kebencian dalam darahku menggelegak, meledak dalam dendam.

“Kenapa kau menceritakan ini semua padaku…”

“Karena kita memiliki nasib yang hampir sama, tapi belum terlambat untuk membuang semua nya bagimu sekarang,aku kehilangan,karena aku terlalu memaksakan hidup bersama mereka,aku terlalu memaksakan kehidupanku yang jelas jelas sudah tidak dapat lagi dipersatukan dengan ‘mereka’ yang kucintai,aku juga menyadari kenyataan yang paling menyakitkan ku, bahwa keberadaanku di sisi mereka hanya akan menggiring orang orang yang berharga bagiku diambang kehancuran”

Dalam hati aku merenungi setiap ucapan Stast,keberadaan yang hanya akan membawa kehancuran bagi orang orang yang dicintai…

“Bukan salah kita…” gumamku, “ada banyak hal yang terjadi diluar kehendakku…”
Aku sudah tahu nasib yang sama pasti akan menimpa Daina jika berada disisiku,
makhluk bukan manusia yang tidak seharusnya ada.
Aku yang mencintai Daina,aku yang paling tidak menginginkan ia menderita karena aku,
aku harus menghilang dari hadapannya,sekarang juga!

“Jadi bagaimana keputusanmu?” Tanya Stast lagi.
Aku terdiam sesaat,

Tiba-tiba,
bayangan kakakku,melintasi batas imajinasiku sampai membuatku nyaris buta.
dia yang telah berkorban begitu banyak untukku,
apa aku lagi-lagi harus...
mengorbankannya...?!

Dalam kekalutan,
terngiang kembali ucapan Stast.



"Korban itu tak' terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi"




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:46 am

(Lanjutan)

Tasuku


_______________________________________
______________________________


“Kita harus turun…” tukas Stast sebelum aku menjawab pertanyaannya.
Aku mengikuti arah mata Stast yang menengok kebawah.
Terlihat olehku pedesaan yang disebutkan Stast,
aku paham apa yang dimaksudkan oleh Stast, jika chimera raksasa ini melintas terang terangan pasti akan terlihat oleh seseorang,
keberadaan Stast akan mudah terlacak.

selain itu kepalaku mulai terasa sakit lagi, mungkin ini sudah saatnya seperti yang dikatakan oleh Stast?
bahwa saatnya telah tiba untuk berburu?

Perlahan tapi pasti,chimera itu mulai terbang merendah.
Aku dan Stast turun dari chimera itu,

“Pergi,cari jalan memutar yang jauh dari jangkauan manusia jauh dari sini,dan sembunyi, kita bertemu lagi nanti jika aku membutuhkanmu aku akan memanggilmu”
Hewan cerdas itu sepertinya mengerti apa yang dikatakan tuannya,
dan terbang menjauh berbalik arah,menghilang ditengah cahaya matahari.

“Selanjutnya kita bersembunyi dipinggiran desa yang agak sepi,menunggu kesempatan yang tepat agar bisa lewat diam diam” ia melirikku,kembali menyeringai.

Aku memilih untuk diam,
Kenapa kami harus turun? kenapa kami tidak terus saja melewati jalan memutar? dengan begitu aku tidak harus melewati daerah pemukiman...
aku sendiri lebih suka bertindak nekat daripada bersembunyi,
ya,dia sengaja mendekatkanku dengan mangsa,
dia berharap agar aku mau mengikuti naluriku...
aku tahu apa yang ia rencanakan,tapi aku terlalu malas untuk membantah,

“Siapa berikutnyaaa?!”
Aku tersentak ketika terdengar teriakan membahana,
Menarikku untuk mengintip dicelah pepohonan.
Tampak olehku kerumunan masa yang ramai,ditengah tengah desa.
Dua orang laki laki tinggi besar tampak sedang berkoar dengan lantang, didepan mereka puluhan orang mengantri dengan wajah harap harap cemas,
Seorang pria dan anak istrinya tampak menyerahkan sekotak perhiasan,
Kemudian kedua orang itu menukarnya dengan satu ampul cairan putih kebiruan,

Aku tahu cairan apa itu,
ya,itu Vaksin,
dan ironis nya,
aku lah yang menciptakannya.

“Apa hanya segini,tuan?” Tanya laki laki itu, dibelakangnya, tampak wanita dan anak anak pucat yang mungkin adalah keluarga pria itu.

“Jangan banyak bicara! Inipun masih kurang untuk menebus setengahnya!”
Dan pria itu berlalu dengan wajah kuyu.

"Ooh,vaksin,ya?" Stast ikut memperhatikan disampingku, "Padahal tempat sekecil ini sudah lama dilanda musibah kelaparan,benar-benar hebat.menarik keuntungan bahkan dari orang miskin sekalipun" komentarnya.

Aku kehabisan kata-kata,terus memandang dengan getir.
penderitaan dimana-mana?
apa untuk itu aku membuat obat itu?!
inikah hasil dari jerih payahku nyaris seumur hidup,berpikir dan mencurahkan segala ilmu pengetahuan dan kepandaian yang kumiliki...?!
apa untuk tujuan semacam ini aku melibatkan diriku hingga menjadi makhluk bukan manusia seperti sekarang?!
dimana cita-cita ku?!

Ada sesuatu yang perih menusuk dalam dadaku,
sejak dahulu selalu seperti itu, aku menghargai sesama ku sebagai anggota tubuhku yang jika satu jari saja merasa sakit,
maka bagian lain akan ikut merasakan sakitnya,
aku tidak habis pikir kenapa ada orang yang begitu dingin didunia ini,
menyakiti sesama-nya,apa mereka tidak merasakan sakit? bukankah mereka manusia?

Apa artinya cinta dan belas kasih?!

“Vaksin 50% untuk menanggulangi infeksi virus! Giliran siapa lagi sekarang?!”

Seorang wanita tua maju,ada anak perempuan berwajah pucat yang menggenggam tanganya yang gemetar dan letih.

“Jual lah pada kami,tuan,” dengan tangan yang keriput ia menyodorkan beberapa lembar baju,“Hanya ini yang kami punya…”

“Nenek tua!” hardik salah satu pria itu, dari seragam yang ia pakai, aku melihat jelas sekali emblem C.C-clarken corporation-perusahaan kimia miliki Robert Clarken.

“Kumohon…kasihani cucu saya…kasihani…”

“Diam! Memangnya apa yang kau punya hah?! Apa?!”
Tubuh renta itu dihempaskan dengan kasar ketanah berbatu yang kasar,menggelepar sesaat kemudian tak bergerak lagi.

“Neneeekk…nenekk…” sang cucu menangisi jasad renta yang tak bergerak lagi itu.

“Apa dia mati?!” Tanya salah seorang dari dua pegawai Clarken corporation itu.

“Biarkan! Biarkan! Masih banyak yang lain yang bisa diurus selain gelandangan itu” sahut yang lain menimpali.

“Kejam sekali!” seru para warga dengan marah.

“Kalian sama saja dengan Undead...!”
Orang orang perusahaan obat yang merasa terintimidasi mencabut pistolnya, dan menembak gadis kecil yang menangisi jasad neneknya yang telah tiada itu hingga tewas.

“Apa kalian keberatan?! Kalian ingin menghukum kami?! Gadis itu dan neneknya telah terinfeksi sangat parah! Memang sepantasnya mati, apa kalian ingin berakhir sama dalam karantina?! Bunuh kami dan orang orang perusahaan kami yang menyadari bahwa kami menghilang akan menemukan kalian disini!”
Ancam mereka,

Orang orang desa yang semula ramai mengelu elukan menjadi bungkam seribu bahasa.

"Sudah untung kami mau berkunjung kemari! barang ini sedikit! siapa cepat dia dapat,jadi bergegaslah!" bentak mereka lagi,

Stast disampingku tertawa sinis,
“Hah rupanya zaman sekarang hak asasi manusia sudah tidak berlaku didunia yang kacau ini…?” ia menanggapi sangat pedas.

Aku sudah tak dapat menahan diriku lagi.
ketidakadilan semacam ini tidak boleh terus terjadi,
rasa kecewa ku bercampur dengan rasa marah,
tanpa menghiraukan Stast,aku melompat,muncul dihadapan mereka semua.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:47 am

Stast


_______________________________________
_____________________________


Bagaimana menurutmu jika ada orang yang seharusnya hidup bahagia dan sempurna,
memiliki cinta dan kasih sayang dari orang orang terdekatnya,
dan dilimpahi banyak hal yang dianggap orang lain sebagai anugrah,seperti keindahan fisik,materi,dan ilmu,
tapi kebahagiannya dirampas secara paksa, dan dia terpaksa menjalani hidup yang penuh penderitaan dalam neraka yang bernama 'keabadian'?

Ya,dia,
TsaraniaKova Gabriel,
akan menjadi kaisar baru yang sangat sempurna bagi kelangsungan hidup kaum abadi seperti kami.
keberadaan paling penting.
tidak salah lagi,ia memang ditakdirkan berseberangan jalan dengan Aryanov Gabriel,sang kakak,
jika ada sosok yang mampu mengalahkan Aryanov Gabriel,
Hanya ia yang bisa.

“Siapa kau ini? Antri saja dibelakang,”
Manusia itu mendorong calon raja kami dengan kasar,
dia pikir siapa dia,huh?

Pewarisku tersenyum bijaksana,
“Berikan semua serum itu untuk mereka” pintanya secara halus.
Andaikan jantungku masih berdetak,
pasti…pasti aku merasa sangat berdebar debar sekarang…

“Hah? Apa? Aku tidak dengar…coba ulangi sekali lagi!”
Sang raja memperlihatkan gigi taringnya yang memanjang,
kedua orang didepannya mundur beberapa langkah,
Keadaan sunyi senyap.

Stast ini pun tidak bisa menahan dirinya untuk tidak takjub,

Suara tembakan meletus beberapa kali,
calon penguasa kematian kami tersungkur mundur,terdengar teriakan ngeri beberapa penduduk sipil.

“Undead jahanam,mau melawan,rupanya,”

“Dia sudah terinfeksi begitu parah! Lihat matanya tadi!”

“Huh! Memangnya Undead bisa apa? Tembak saja kepalanya sebelum dia jadi Zombie, beres,kan?”
Bisik bisik dua orang itu berhenti saat raja kami bangkit kembali,
darah keperakan menetes dari dahinya yang berlubang bekas tembakan peluru,
luka itu menutup.

Bersorak dalam hati, aku begitu gembira,dan…
oh! Mata itu!
Dia lapar.
Lapar,dan marah,ck,ck,ck,ck…

Beberapa tembakan dilancarkan kembali, dada,pundak,perut,dan seluruh bagian tubuhnya semuanya tak luput dari sasaran peluru.
ia roboh seketika, tapi bangun lagi,terjadi berkali kali.

Dasar manusia dungu,harusnya lari saja mumpung masih sempat, mereka hanya buang buang waktu menembaki vampir,
dia bukan undead biasa yang bisa kalian lumpuhkan dengan tembakan di kepala,
kecuali kalian punya seni bertarung bagai dewa,
seperti para anggota Guardian Paladin,dan bisa membuatnya tercabik cabik terlebih dahulu sebelum dimusnahkan,

Kalian yang tidak tahu seni apa apa dalam upacara sakral membunuh Undead tidak akan mampu menghentikannya.

Saat semua orang yang berada disana sadar bahwa yang ada didepan mereka adalah vampir, hanya teriakan membahana yang kacau yang terdengar dimana mana.

Tapi terlambat,
sang raja kalap,
menarik dua orang didepannya dan memangsa mereka,mematahkan leher mereka,menancapkan kuku nya diatas daging segar yang segera tercabik dengan mudah,membenamkan gigi taringnya dalam dalam dan mulai menyedot darah mangsanya dengan rakus.

Setiap derak tulang yang patah terdengar sebagai musik yang indah ditelingaku,

setiap jerit kesakitan merupakan orkestra paling berkelas bagiku,
dan dia,
hanya dia yang mampu menciptakan kengerian semacam ini,hanya dia,bahkan aku sekalipun tidak akan mampu menahan rasa takut ketika pandanganku beradu dengan matanya,
mata raja Undead paling kuat sepanjang sejarah umat manusia!

Darah yang membanjiri tanah,mengingatkanku akan masa lalu,
Beberapa orang yang terinfeksi sudah sangat parah,
tidak dapat menahan diri mereka setelah melihat darah yang menyembur kesegala penjuru,
dan mulai menyerang mereka yang sehat.
chaos,kekacauan yang terjadi tidak dapat diramalkan oleh siapapun,

Sedangkan pangeran yang tidak bisa mati itu meraung setelah ia selesai menyantap mangsanya,raungan binatang yang terluka, raungan hewan lapar.
Menghias arena liar itu dengan darah.

Lalu,
sunyi dalam sekejap.

Desa kecil yang telah porak poranda itu hancur lebur.
Pangeran yang berdarah meraung terluka,

“Aku tidak ingin memusnahkan…aku tidak tahu akibatnya akan seperti ini…aku tidak tahu…”
“Aku hanya ingin menolong mereka…”

Dengan sedih ia menggenggam tangan jasad gadis kecil yang mati tertembak didekat jasad neneknya,
tampak terluka dalam hati,
“Aku tidak bisa membiarkan ketidakadilan ini terus terjadi,
aku membuat obat itu…aku menciptakannya agar tidak ada lagi orang yang menderita, agar tidak ada lagi yang mengalami hal yang sama seperti yang kualami,bukan untuk menebarkan penderitaan”

“Apa yang kau lakukan tadi sudah benar, jika kau kehilangan kendali,itu bukan salahmu…” kuberikan penghiburan.
entah apa yang diusahakannya,semua itu percuma,
dia hanya akan menjadi seorang yang membawa bencana dan kematian di sekelilingnya,
itulah takdirnya sekarang,
betapapun ia berusaha menolong orang lain,hasilnya akan jauh dan tidak sesuai dengan yang diharapkan,
begitulah Undead yang mencoba berbaur dengan manusia,
tidak akan bisa,tidak mungkin bisa.

Dan kelihatannya ia sudah menyadari hal itu sekarang.

“Stast The Origin…”bisiknya memanggil namaku “Aku ingin…membalaskan semua dendamku…pada mereka…yang merampas mimpi mimpiku…mereka yang merampas kebahagiaanku,dan merampas harapan orang lain untuk bertahan hidup…”
"Ajari aku...bagaimana caranya agar tidak merasakan apa apa? bagaimana agar tidak memiliki penyesalan? bagaimana!"

“Kau tidak perduli pada korban yang akan jatuh?” aku memastikan.
Ia menggeleng putus asa,

“Bagiku,dunia sudah lama berakhir, duniaku adalah impianku untuk dapat hidup bahagia bersama orang orang yang kusayangi,duniaku adalah mimpi untuk menciptakan surga dimana orang orang bisa hidup damai didalamnya tanpa terbelenggu ketakutan lagi,duniaku adalah Daina yang kucintai…,” ia menengadah keangkasa.

“Jika semua itu telah lenyap direnggut oleh tangan tangan tak bertanggung jawab yang merusak kebahagiaan kami, maka apa lagi yang tersisa dariku?”
“Jika aku tak boleh ada disisinya lagi,lebih baik dunia juga tidak ada, jika aku hancur,lebih baik dunia hancur bersamaku”

Itulah yang ia katakan padaku
Egois,dan hancur, jadi satu dalam keputus asaan dan kegilaan,juga obsesinya pada wanita yang ia cintai.

“Bantu aku,Stast,buat supaya aku dapat membelenggu perasaan bersalah yang menyiksaku setiap saat…” katanya akhirnya

"Itu mudah,My Lord" aku membelai lengannya dengan sikap menenangkan,rasa hormatku padanya tidak pernah berkurang sedikitpun,bahkan meski dia adalah Undead pertama yang memiliki rasa kemanusiaan yang tidak dapat dibandingkan,
dia peduli pada manusia,
apa yang seharusnya menjadi musuh bagi kaum kami.

“Apa yang bisa kau ajarkan padaku?” ia memastikan,

Aku tersenyum dingin.
“Pertama tama,aku bisa ajarkan padamu bagaimana caranya hidup tanpa rasa bersalah”
“Aku bisa membantumu balas dendam,”
“Aku akan beritahu rahasia pengetahuan diseluruh jagat raya ini”
“Kita akan menciptakan dunia dimana semuanya sama,tidak ada yang lebih tinggi dan lebih rendah,tidak ada penderitaan,rasa iri karena tidak memiliki, semuanya sama dalam keindahan yang abadi”
“Akan kujadikan kau raja kami,”
“Dan kita akan menciptakan dunia baru”

TsaraniaKova Gabriel mengetahui jalan pikiranku melebihi siapapun, sudah kuduga.

“Tidak ada yang cuma cuma didunia ini” balasnya.“Apa yang harus kulakukan? Apa bayaran yang kau minta?”

Aku mengangguk senang, deretan gigi taringku terpampang jelas dalam senyuman lebar.

“Bukan syarat,anggaplah ini sebagai kewajibanmu,rajaku..."

"Apa?!" ia berkata serak dan tidak sabar,

"Bunuh Aryanov Gabriel,sebagai bayarannya…”
usulku tanpa ragu,
"Hilangkan pertalian,hubungan asmara,ikatan perkawinan,atau apapun itu,kita tidak membutuhkannya karena kita Undead,makhluk yang bangkit dari kematian,kita tidak mengenal 'cinta' dan 'saudara', My Lord"

Selama jalan masih bersimpangan,manusia adalah musuh kami,
mangsa kami,
makanan bagi kami.
tentu saja Aryanov Gabriel pun adalah musuh,
terutama musuh sang penguasa baru yang sekarang menatapku dengan bimbang.

Pangeran yang abadi terdiam,
Tapi aku tahu ia telah membuat keputusan.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:47 am

Tasuku


___________________________________________
_______________________________

“Bunuh Aryanov Gabriel sebagai bayarannya”
itulah yang dikatakan Stast padaku,

Pandanganku kabur oleh ingatan akan kasih sayang pernah kudapatkan dari kak Ari,
nuraniku berkata tidak,aku tidak sanggup,
tapi ada bayangan lain,bayangan Daina yang kucintai,bayangan ketika melihat mereka berdua sangat dekat,
lalu bayangan bahwa kakakku adalah sosok yang paling pantas untuk Daina sekarang…
Jika aku tidak dapat memilikinya maka siapapun tidak boleh,
rasa membutuhkanku akan Daina semakin menjadi jadi,

Aku tidak bisa membenci kakak dan Daina sekarang,tapi aku berjanji suatu saat aku pasti akan benar benar membenci mereka,
dalam hati aku mengenang kakakku berkali-kali,karena sebentar lagi,
sebentar lagi kami tidak akan bisa kembali lagi seperti dulu,
ya,aku tidak dapat bersama mereka lagi,bersama kakak,ataupun Daina,
itulah kenyataan.

Kenapa dia?! Kenapa harus aku?!
kenapa harus kami yang bernasib seperti ini?!
kami adalah saudara dan kami pernah berjanji saling melindungi sehidup semati,

Tapi sekarang keadaan berbalik,
aku bukan aku yang dulu lagi, jalan kami bertentangan sekarang,
Keberadaan yang hanya akan membawa kehancuran bagi orang orang yang dicintai…
rasanya aku mengerti arti semua itu sekarang,
aku menatap desa yang porak poranda itu, menatap mayat mayat yang bergelimpangan,
orang-orang yang pada awalnya ingin kutolong…
Kenapa malah jadi seperti ini?!

Ya,duniaku adalah orang orang yang ingin kulindungi,tanpa itu,segalanya percuma,
daripada mereka menghilang dariku,
lebih baik mereka hancur ditanganku,

Tidak ada seorangpun yang boleh bahagia sekarang,
kenapa?
karena dunia ku lenyap,maka dunia siapapun tidak boleh ada.
aku tahu aku egois,tapi aku gila,ya,aku sudah gila dalam kesengsaraan ini,gila karena cinta dan obsesiku yang berlebihan,dan aku tidak dapat menghentikannya,

Daina...Daina...Daina...,kecantikan yang bagaikan heroin yang menjeratku diantara cinta yang tidak wajar ini,aku seperti memakan buah terlarang,
dan dikutuk selama-lamanya.

Maaf,kakak…maafkan aku,Daina…
Maaf…
dan selamat tinggal orang orang terkasih ku,
aku sudah memutuskan kemana aku akan melangkah.


Korban itu tak' terelakkan dalam setiap perjalanan mewujudkan ambisi




Pola pikirku tidak sama lagi,inilah pola pikir Undead,
betapapun aku menampiknya,aku tidak dapat membohongi diriku,aku setuju pada sudut pandang kejam dan abnormal itu.

Dan,kakakku,adalah korban,
bayaran yang setimpal,agar aku tidak lagi merasakan rasa bersalah setiap kali satu nyawa menghilang ditanganku,
Stast benar,akal sehatku mengakui,bahwa setelah aku melenyapkan pertalian darah diantara kami,
pasti akan terasa lega.

Tidak akan ada penyesalan,
sama sekali,tidak ada rasa sesal...


“Ya,aku akan membunuhnya” sahutku menyetujui syarat dari iblis menyerupai dewa yang tersenyum kejam dihadapanku.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:48 am

Ari


__________________________________________
__________________________________


Daripada janji ini teringkari,
Aku lebih senang mengubahnya jadi sebuah sumpah.

Aku terus diam memandangi bulan, dimana mungkin saja disuatu tempat Tasuku sedang menatap langit yang sama.

Bingung dengan perasaanku sendiri,
aku tidak ingin kehilangan harapan,
aku menatap pintu kamar Daina yang tertutup rapat,

Ingin bertemu,ingin memeluknya dan menjadikannya milikku…
perasaan kacau macam ini terus kurasakan sejak lama,

“Tidak boleh” aku bicara pada diriku sendiri.
aku kembali menatap angkasa,malam ini tidak ada bulan,bintang pun tidak terlihat,begitu sepi nya...
langit bergemuruh pertanda hujan akan datang.
aku bertekad membunuh perasaan ini secepatnya,
mengunci hatiku serapat mungkin,
dan menunggu hingga pagi datang.

'Aku akan menjaganya hingga kau kembali',batinku,
aku masih belum kehilangan harapan,
aku percaya,

Bahwa darah lebih kental dari air.

Dan ikatan diantara aku dan Tasuku tidak akan goyah semudah itu.
Kuharap bukan hanya aku yang menghargai hubungan darah diantara kami berdua.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:49 am

Daina


_______________________________________
________________________________


Tasuku,aku ingin bertemu...,

Dari jendela kamarku aku menatap langit,
mungkin dia ada disuatu tempat dibelahan bumi yang lain,
tempat jauh yang aku pun tidak tahu dimana.

“Sampaikan salamku padanya wahai angin,katakan aku mencintainya,melebihi apapun…akan menunggunya sampai kapanpun…”
Aku menutup tirai jendela,melemaskan kaki lalu berbaring diatas tempat tidurku,memejamkan mata.

“Selamat tidur Tasuku…” kusebut namanya menjelang tidurku.

Aku mencintaimu…
Aku mencintaimu…
Mencintaimu…





***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:50 am

11:

Descendant Of The Death Master.
(Awakening)


_____________________________________________
____________________________________

Stast.

Setahun kemudian,
Kuil Artemis, Athena,
Yunani.

_____________________________________________
_________________________________


“Paladin sudah bergerak rupanya…” aku tersenyum mencemooh para pejuang dihadapanku “Menyuruh kalian menyelidiki aku sampai kesini? How Dare You Are…”

“John...,jangan sampai kalah,ya” suara seorang wanita merayu manja dari telepon yang sedang ia gunakan.

Anggota Paladin memang unik, yang satu ini bahkan masih asyik menelepon kekasihnya meski telah berhadapan dengan Stast sang kaisar Undead.

“John!” tegur wanita disebelahnya gusar karena menunggu terlalu lama.

“Jangan khawatir,Messiah sayang,kita pasti menang”
meski rekannya mengatakan demikian,
tetap saja wanita bernama 'Messiah' ini bersikap waspada,
tatapan wanita itu seperti tak pernah terputus dariku,seakan mencari jawaban.

“Aku ada pertanyaan untukmu,Stast,” katanya.
Aku masih duduk mencangkung memandanginya.

“Apa?”

Ia mengeluarkan senjatanya, tombak kembar yang berkilat mantap.

“Pertanyaan titipan kapten kami jika kami bertemu denganmu suatu saat,” ia memasang kuda kuda pertarungan.
tubuhnya seringan angin, melayang kepadaku.
jika saja tidak mengancam,ingin sekali aku menyambutnya,
aku tidak setega itu membiarkan makhluk cantik ini menyambar kasar kesana kemari!

Aku tersenyum,
menghindar cepat,
ketika mata tombak itu sampai di batu tempatku mencangkung barusan,
mataku terpana melihat batu itu terbelah jadi potongan kecil.

“Hei, itu pedang yang tajam” komentarku “Kau ingin bertanya apa?”

Wanita yang dipanggil Messiah oleh rekannya yang masih asyik menelepon sang pacar itu benar benar bukan wanita biasa.

Seperti Aryanov Gabriel,dia mengacungkan senjatanya didepan tubuhnya padaku, dan seperti Aryanov Gabriel juga,
senjata itu berkilau sejajar dengan matanya.
Paladin memang memukau,
seumur hidupku aku hanya pernah mengalahkan tiga diantaranya,
termasuk anak dan menantu dari Alexander Boraknitchov,

Haaa,Alexander Boraknitchov, sampai saat ini impiannya mengambil kepalaku belum terwujud,
aku tertawa dalam hati, aku pasti terlihat menyebalkan sekali saat ini.

“Apa yang kau lakukan pada adiknya? Dan kalau masih hidup…ada dimana?!”
Aku selalu menyukai wanita manusia bersuara lantang.

aku menyeringai senang,hingga sesaat melupakan sekelilingku,

"jawab,Undead!" bentaknya lagi,
Well,wanita yang mudah naik darah juga sangat menarik...

“Akan kuberi kau jawaban” ujarku “Hadiah, karena sudah melacakku sampai kesini”
saat aku hendak membuka mulut memberikan jawaban,
tak kusangka,'dia' telah datang membantuku.

“Stast…” Para pejuang Paladin yang terhormat menoleh pada asal suara itu. Messiah tercengang,bahkan lelaki berponsel itu mengakhiri pembicaraannya ditelepon.

Rupa-rupanya...
sang pangeran sudah tidak sabar menunggu hingga ia merasa harus turun tangan sendiri?!

“Jika kau memberitahu mereka jawabannya, apa kau yakin mereka bisa pulang dengan selamat untuk mengatakan apa yang terjadi pada...” ia memasang muka dingin ketika mengucapkan: “kakakku?”

Aku tersenyum,

“Jadi...? Hebat sekali rencanamu...” pria berponsel itu menarik keluar Machine Gun besar yang sedari tadi terbungkus rapi dan tergeletak disampingnya.
“Bagaimana,Messiah?” ia bertanya pada partnernya,yang tidak kuragukan lagi,mengenali kemiripan amat nyata yang ada pada raja kami yang berambut emas sepucat sinar bulan,dengan kapten mereka yang memiliki bola mata sekelam langit malam.

Ia berpikir sejenak,lalu
“Musnahkan semua yang berbahaya” itulah keputusan finalnya.

Mereka berdua memasang posisi bertempur yang sempurna,pasangan yang dapat diandaikan bagai benteng dan meriam yang seperti tidak memiliki celah untuk diserang,

“Satu lawan satu adalah yang terbaik,My Dear Descendant...” aku melompat menghampiri Rajaku.
yang hampir seluruh anggota tubuhnya menegang karena murka,

Pasangan itu sudah bergerak menuju kami.
Dan kamipun memulai pertarungan,
pertarungan ganda.

Yang bagi kami sudah jelas siapa pemenangnya.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 EmptySat Nov 27, 2010 9:51 am

Ari.



Markas besar paladin.
_______________________________________
____________________________


“Kakak!” Daina berseru ceria ketika aku baru saja memasuki halaman mansion,
ia kelihatan lebih tenang sekarang,

“Kak…nanti malam kakak pulang cepat,kan?!” Tanya Daina

Aku mengangkat bahu, “Entahlah, memangnya ada apa?”

“Aku akan memasakkan makan malam!”
“Tapi kalau kakak tidak punya waktu tidak apa apa,kok!”ia menambahkan cepat cepat.
Tidak punya waktu? Untuk Daina?! Mana mungkin!

“Aku bisa,kok,tapi aku harus menyelesaikan urusanku dulu,tunggu aku,ya”
Aku mengacak poni Daina yang langsung cemberut “Jangan sampai gosong,ya” godaku.

Daina merengut kesal,“Aku tidak sebodoh kak Ari,kok! Tenang saja!” balasnya.
dan ia berlari sambil mengomel,
aku tertawa dalam hati,akhir akhir ini Daina jadi semakin ceria,ia melakukan berbagai kegiatan bersama Mikia seperti memancing dan memasak,
aku tidak khawatir jika ia bersama sama Mikia,
rasanya tenang memikirkan Daina telah kembali tersenyum.

Kemudian aku berpapasan dengan Ryo,
“Pagi pagi sudah dapat rezeki” Ryo menggodaku, aku jadi salah tingkah

“Tolong,ya” ujarku sok cool didepan Ryo “Daina adik iparku,tidak lebih…!”
Ryo menatap mataku seperti sedang mencari kejujuran,
Tatapan yang mengintrogasi.

“Sampai kapan kau akan membohongi diri sendiri,kapten?” cetusnya.
Aku menggeleng kuat.

“Kalau aku jadi kau” Ryo meninju rusukku pelan “Aku tidak akan melepaskannya dari awal!”

“Brengsek,kau tahu apa” aku tidak begitu menanggapi ucapan Ryo dengan serius,"Sejak awal beginilah kami,kakak beradik,dan hanya itulah perasaan yang dimiliki Daina untukku,baginya aku hanya 'kakak'..."

Ryo diam saja mendengar jawabanku,
aku tahu ini tidak boleh dibiarkan,

Aku sedang tidak ingin ada sesuatu yang menghilangkan fokusku pada tugas,
sementara itu didalam dadaku,jika aku mengingat Daina,
kurasakan jantungku berdetak sangat kencang dan hidup,
perasaan itu lagi.
lebih nyata dan kuat daripada sebelumnya,
bahkan membuatku semakin menderita karena tak memilikinya,

Aku tahu ini tidak boleh,
aku adalah pembohong besar, tidak hanya orang lain yang kubohongi,tapi juga diriku sendiri,
tapi,aku tidak boleh mengecewakan Tasuku,
demi Tasuku, demi utuhnya ikatan persaudaraan kami,
kebohongan macam apapun sanggup kulakukan.

Perasaan inilah,
perasaan terkutuk yang bernama cinta ini,
hingga batinku sangat tersiksa,
adalah awal dosaku pada Tasuku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
Sponsored content





Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 3 Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Descendant Of The Death Master
Kembali Ke Atas 
Halaman 3 dari 10Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Descendant Of The DeathMaster :: DESIRE... :: Chronicles...-
Navigasi: