Descendant Of The DeathMaster
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
IndeksPortalLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian
Latest topics
» Descendant Of The Death Master
Descendant Of The Death Master EmptyThu Dec 26, 2013 9:35 am by DeathMaster

» Shirotabi Come here ^o^v
Descendant Of The Death Master EmptySat Aug 03, 2013 3:52 am by DeathMaster

» DeepBlue Kingdom
Descendant Of The Death Master EmptyThu Aug 01, 2013 7:05 am by Shirotabi

» Newsletter
Descendant Of The Death Master EmptyMon Jul 22, 2013 11:01 pm by DeathMaster

» Lily - I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
Descendant Of The Death Master EmptyMon Apr 09, 2012 2:11 pm by DeathMaster

» Rules...? Sedikit aja kok!
Descendant Of The Death Master EmptyMon Apr 09, 2012 12:45 pm by DeathMaster

» Perkenalan
Descendant Of The Death Master EmptyWed Dec 08, 2010 8:28 pm by DeathMaster

» Siapa Male Chara Favoritmu?
Descendant Of The Death Master EmptySun Nov 28, 2010 7:30 am by DeathMaster

» Forum Rules: Read This First!
Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 11:42 pm by DeathMaster

Top posters
DeathMaster
Descendant Of The Death Master Vote_lcapDescendant Of The Death Master Voting_barDescendant Of The Death Master Vote_rcap 
Shirotabi
Descendant Of The Death Master Vote_lcapDescendant Of The Death Master Voting_barDescendant Of The Death Master Vote_rcap 
May 2024
MonTueWedThuFriSatSun
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
CalendarCalendar
Social bookmarking
Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Poll
Siapa Male Chara Favoritmu?
Ari
Descendant Of The Death Master Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Tasuku
Descendant Of The Death Master Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Ryo
Descendant Of The Death Master Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Stats The Origin
Descendant Of The Death Master Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Others
Descendant Of The Death Master Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Total Suara : 2

 

 Descendant Of The Death Master

Go down 
Pilih halaman : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next
PengirimMessage
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:44 am

"Pangeranku...,pangeranku yang malang, yang telah menodai kebaikan hatinya,dengan darah,dan dosa,
karena ia terlanjur memiliki dendam dalam hatinya, yang telah membuat warna cinta sesungguhnya pudar..."



Descendant Of The DeathMaster
A Net-Novel By: Dyna Amarea Winata.

Descendant Of The Death Master 1_descendant_2

PROLOGUE:

"tidak akan kubiarkan lagi,orang lain merasakan penderitaan yang kita rasakan saat ini..."

sumpah itu terucap dari mulut seorang bocah laki laki,sambil memeluk bocah laki laki lain yang lebih muda darinya.
Api semakin membesar,melahap puing puing rumah mereka,tanpa menyisakan apapun selain bara dan asap tebal yang menebarkan bau kematian.

"kakak...apa ayah dan ibu bisa pergi kesurga?" tanya anak laki laki yang lebih kecil,sang kakak menatap kobaran api tanpa bergeming,
air mata mengalir dipipinya namun dengan sorot mata dingin seakan tak merasakan apapun,ia menyeka air matanya lalu berpaling menatap wajah si adik.

"tidak,tasuku..." jawabnya tegas
"tidak akan ada surga,sampai semua kengerian ini berakhir..."
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:47 am

BAB:
01:
TASUKU.
_______________________________________

TASUKU.



"Apa kau bodoh? kita bisa saja mendapat hadiah nobel kalau begitu!"
kenapa aku begitu suka melihat sicantik ini marah marah?

"tenang saja,sayang...,sabar saja dulu, kita tidak akan jadi bodoh dengan berhati hati dan-hei-kita tidak mungkin mengujicoba serum itu pada manusia biasa tanpa tahu efek sampingnya,kan?"
Daina mengangguk lesu

"iya,Tasuku benar...,eh,tapi kalau berhasil? apa yang akan kau lakukan? pasti tidak akan salah,ini firasatku!" katanya antusias "tasuku jenius,kan,jadi tidak mungkin salah! dan lagi,mungkin kau akan mendapat banyak sekali uang"
ia berceloteh dengan wajah lucu,aku jadi semakin ingin tertawa melihatnya.

"tidak penting jadi uang atau tidak,yang paling penting itu,kita bisa mencegah penularan virus-nya dengan sempurna, kalau aku bisa menemukan obat yang bisa menetralkan infeksi 100%..." baru saja hendak kujelaskan,Daina sudah mencubit pipiku dengan gemas

"iyaaa! tahu! susah,ya,ngomong sama seorang jenius! tiap hari dikasih ceramah akbar"

"habis kalau boss tidak dikasih tahu,mana paham..."
kucium bibirnya dengan lembut,lihat saja,akan kubalas berkali kali lipat.

Daina meronta ronta,berusaha melepaskan diri dariku,tapi agak ogah juga.

"ih,Tasukuuuuu..." katanya terengah engah kehabisan nafas, "kalau percobaanmu berhasil,kau bisa membebaskan seluruh dunia dari pengaruh virus itu,membebaskan anak anak yang dikarantina...orang tua juga...kakek nenek juga...semua oraaang" ia bicara dengan logat kekanak kanakan seperti biasanya.
mengalihkan pembicaraan!!
cetusku kesal di dalam hati, agak sebal juga tidak dihiraukan begini, sambil merenggangkan pelukanku,kutatap mesra wajah kekasihku.

"bahkan seluruh dunia...,supaya tidak ada lagi penderitaan karena kehilangan orang orang yang mereka sayangi..."
bisa kulihat Daina tersenyum lembut saat mendengar jawabanku,

"tuhan besertamu,Tasuku,dia yang maha kuasa akan mendengar mimpimu,kau akan mewujudkannya"
Ya,dan kau juga hadiah terindah yang pernah diberikan tuhan padaku,batinku dalam hati,

"tapi tetap saja,kita harus menunggu kak Ari datang membawa sampel penting dalam beberapa hari lagi,mudah mudahan tidak ada masalah"
Daina mengangguk mengiyakan,kuciumi kening kekasihku,sesuatu yang menyenangkan berkumpul didadaku, seakan semua kenangan buruk yang selama ini selalu hadir dimimpiku hilang bersamanya.

Ini adalah tahun 2090,masa dimana seluruh negara dibenua Asia berkumpul membentuk suatu negara baru,negara Asia.
beberapa benua lain juga melakukan hal ini dan ini bukannya tanpa sebab.
Alasannya adalah,saat ini dunia sedang berperang.
tapi bukannya berperang antar negara seperti selama ini,mereka berperang melawan kepunahan manusia.
Kejadiannya berawal ditahun 2003,lebih dari 80 tahun lalu,
Saat konflik antar negara yang mengacu pada system energi nuklir sedang berlangsung dibeberapa tempat diseluruh belahan dunia.

Digunakanlah senjata virus yang memungkinkan makhluk hidup memiliki kekuatan diatas manusia normal,tidak bisa mati,dan tidak merasakan sakit,
namun virus yang awalnya hanya disuntikkan dalam tubuh para prajurit militer terpilih itu memiliki kelemahan,yaitu mutasi genetik yang terjadi pada setiap orang dengan DNA yang tidak memiliki kecocokan dengan virus tersebut,
seperti vampir dan zombie...

Karena itulah proyek biological weapon-senjata biologis-itu selalu dimusnahkan usai pertempuran,
hingga pada suatu hari,satu undead-sebutan untuk orang yang terinfeksi- bernama Stast the origin berhasil lari,
dan terjadi dampak mengerikan yang tak pernah diduga sebelumnya,
virus itu menular.Seluruh dunia terinfeksi,

Saat ini hampir separuh planet ini jatuh dibawah jajahan para undead, seperti Benua Afrika dan sekitarnya.Dan tidak menutup kemungkinan Benua lain juga.
Dalam 50 tahun terakhir,mereka yang terinfeksi,wanita,pria,anak anak, maupun orang tua dikarantina oleh pemerintah.
dan mereka yang tampak berbahaya akan dimusnahkan secepatnya.
Yang lebih mengerikan lagi,virus ini belum ada obatnya.

"bayangkan,Tasuku,kalau kau tidak berbuat dosa,tidak pernah berbuat salah,tidak menyakiti siapapun,tapi semuanya akan selesai dalam sebuah luka atau goresan sekecil apapun,tidak berhak memilih jalan hidupmu selanjutnya, kecuali kematian,bahkan meski bisa menghindar dan tetap hiduppun,kau akan kau akan selalu berharap kematian menjemputmu,tidak ada yang menyenangkan,kurasa,jika hidup dengan cara mengambil kehidupan orang lain" Daina memeluk punggungku.
orang tua Daina sendiri juga telah tiada,meninggal karena virus tersebut dan invasi para undead,
dia tinggal bersamaku dan kakakku,Ari.
sedikit sekali negara yang aman dari jangkauan undead seperti tempat kami bermukim sekarang,membuat kami berkali kali harus hidup berpindah karena invasi dadakan,

"aku takut..."lirihnya pelan.

aku berbalik,
"tidak apa,semua akan segera berakhir,aku janji"
Sesaat kami saling berpandangan,Daina berpaling menatap jendela yang menampakkan pemandangan dimana gerimis mulai turun
lalu kutarik tubuhnya ke sofa,menubruk tubuhku sendiri,aku menjadi gila sesaat melihatnya begitu bahagia dan raga kamipun menyatu.

***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:49 am

ARI.
__________________________________


Perjalanan Ari dalam usaha memburu sampel darah VAMPIR undead,Stast the origin,
tertanggal 20 agustus 2090,
afhganistan.
___________________________________________



Bukannya aku membenci tugas ini,
aku suka semua tugas yang dihibahkan padaku,tapi apa yang kucari sangat sangat menyebalkan hingga aku bertekad jika aku menemukannya,
aku akan mengurungnya dulu dalam botol atau membiarkannya menari pada roda dalam kandang seperti tikus putih.

Stast the origin, undead yang membuatku bersemangat menjalankan tugas ini, konon sangat sulit ditangkap,
kenapa desas desus seperti itu beredar diantara paladin, rasanya sekarang aku bisa mengerti.
Seperti biasa aku ditemani Ryo,partner setiaku,
kami banyak bertemu kota kota mati,bahkan segerombolan undead yang segera kuhabisi,tapi bukan itu yang kami cari sekarang.

Sasaran Paladin adalah Stast the origin,
sang original undead sejenis vampir-istilah yang digunakan bagi mereka yang DNA nya cocok dengan virus-pemimpin pasukan zombie dan ghoul yang masih hidup hingga sekarang,
tercipta dari tentara militer yang digunakan sebagai proyek senjata biologis.
kudengar semua bahan percobaan dimusnahkan,
entah bagaimana caranya ia lolos dan menebar malapetaka ini,yang jelas, dari panjangnya usianya,eksistensinya yang tidak wajar-tidak bertambah tua- dan kemampuan bertahan hidupnya,jelas dia bukan manusia lagi.

"sial sekali! apa sudah tidak ada orang disekitar sini?!" Ryo memaki,memacu mobil lebih cepat.

"kenapa marah?!" sambarku tak kalah kesal,"bukankah kalau tidak ada siapapun justru semakin baik?! merepotkan kalau harus bertarung sambil melindungi seseorang"
Ryo mencibir mendengar khotbahku,dalam soal satu ini kuakui kemiripanku dengan Tasuku. Aku tersentak ketika Ryo melempar kotak rokok kosong kearahku.

"bagaimana dengan ini?! stok menipis,nih!"
aku hanya tersenyum kecil,kurogoh saku jaketku,meraih kotak rokok yang ada disana dan menyerahkannya pada Ryo (diambil tanpa sungkan)

"Daripada tidak ada..."

"Ar,apa kau pernah berpikir untuk menikah saja? sudah 28 tahun,kan?" kata Ryo sambil menyulut rokoknya.
Pertanyaan yang terdengar lucu bagiku.

"memangnya apa yang kau pikirkan?"

"jadi benar,yaa"

"apanya?"

"kau suka pacar adikmu..."
aku seperti tersedak sebutir telur mendengarnya,sejak kapan Ryo yang telmi...

"kata siapa itu?!"

Ryo memandangku penuh kemenangan.

"kita sudah bersahabat sejak lama,kau pikir apa yang dapat kau sembunyikan dariku?!harusnya laki laki seusiamu wajar kalau gonta ganti pacar,tapi kau malah jadi bujang lapuk begini,padahal tampang oke,menyedihkan..."

"bicara seenaknya! kau sendiri tidak lebih laku dariku,kan? ada waktu mengkritik orang lain,koreksi diri sendiri yang telat mikir itu dulu"protesku

"bah!" Ryo meludah "bukankah 'wanita dimana mana sama saja!' tapi kalau mencintai pacar adik sendiri sama saja terjebak,kan? ha...ha..."

"caramu tertawa menyebalkan sekali" tukasku.
Aku ikut menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya,
"tidak ada yang namanya terjebak,aku akan menyerahkan apa saja, apapun asal Tasuku bahagia,saat ini dia prioritasku yang utama"

"khas mu,ya,tapi belum tentu Tasuku senang kalau tahu"

"makanya,jaga mulutmu itu,brengsek yang selalu berada disekitarku" umpatku kesal,
Ryo terbahak melihat mukaku yang tertekuk sedemikian rupa, lalu untuk beberapa saat kami tidak berbicara satu sama lain dan memilih bekerja dalam diam,

"ngomong ngomong masih seberapa jauh lagi,sih?"setelah beberapa lama suara Ryo memecah keheningan.

"entahlah,tapi menurut informasi Mikia,disinilah terakhir kali Stast dan pengikutnya terlihat pasti mereka mengincar kota yang memiliki banyak penduduk sebagai sumber makanan mereka,"
VROOOOMMMM!!!!

Ryo menginjak pedal gas dengan kecepatan tinggi ketika satu dua ghoul menghadang didepan kami, menabrak tubuh makhluk menjijikkan itu sampai pecah,cairan merah kekuningan berbau busuk merembes diantara kaca mobil, Ryo menyalakan wiper karena darah undead itu belepotan menghalangi jarak pandangnya.

"sampah dunia" aku memaki

"yeah" sahut Ryo setuju
Ghoul,adalah makhluk semacam chimera (monster buatan) yang dikembangkan semasa perang dahulu, kelinci percobaanya adalah para prajurit tawanan perang yang akan dihukum mati,ingatan mereka dihapus,dan hanya diberi naluri untuk makan dan menghancurkan,minim kecerdasan.
hanya para vampir yang tahu cara mengendalikan mereka.
sebenarnya sama dengan zombie, tapi chimera lebih cenderung pada makhluk setengah binatang.

"kudengar Stast yang kita cari ini juga membiakkan chimera" Ryo melanjutkan

"darimana kau tahu?"

"itulah,informasi basis militer,dan beberapa di perbatasan irak,tahu,kan' Paladin hanya diberi sedikit informasi tentang latar belakang targetnya-selalu seperti itu-tapi dengan banyak koneksi" katanya santai.

"apa dia kuat?" ia bertanya lagi "sudah lama tidak ada lawan kuat sejak si vampir cantik elsida di spanyol"

Aku tertawa, "berdoalah"
jalanan yang kami lalui hanya jalan kecil beraspal yang tak terawat,banyak kerusakan disana sini dan mobil mobil celaka yang tumpang tindih ditengah jalan,pemandangan biasa.
Saat aku dan Ryo sibuk dengan pikiran kami masing masing,tampak 100 meter didepan kami lambaian tangan seseorang.
seorang bocah laki laki kecil.

"bagaimana,nih" Ryo melirik padaku

"hentikan mobilnya" jawabku, Ryo mengangguk dengan wajah malas.

"katanya tadi tidak suka barang tambahan..." keluhnya mengejekku
Ryo menghentikan mobil dan melongokkan kepalanya,

"hei! bocah! mau apa diam disitu,cepat naik!!" tegurnya.
anak laki laki berkebangsaan irak itu menengadahkan tangannya yang kurus,gemetar dan dalam bahasa inggris yang tidak lancar mencoba bicara pada kami.

"tuan,tolong minta makanannya..."
aku menghela nafas.Dengan bahasa inggris pula kutanyakan padanya:

"kau sendirian? keluargamu dimana?"

"desa didekat sini...tuan,sedang bersembunyi,mereka menunggu bantuan datang"

"naiklah" ujarku setelah mengamati bahwa bocah itu tidak memiliki luka secuilpun ditubuhnya.
aku membuka pintu belakang dan bocah itu dengan cepat naik kemobil kami.

"kami hanya punya roti dan beberapa makanan kalengan,itupun kalau kau mau..." tawarku
sibocah menerima makanan yang kusodorkan dengan penuh rasa syukur.
memang,aku tadi bilang repot,tapi aku juga tidak suka mengistilahkan manusia sebagai 'barang tambahan'

"siapa namamu?" tanyaku
bocah itu megap megap menelan roti,cepat cepat mengunyah sebelum menggumamkan kata "Umar" pada akhirnya.
kuperhatikan wajahnya yang letih, timbul rasa iba dalam hatiku,
ingatanku melayang pada Tasuku,Tasuku dulu juga pernah sekecil ini,
walaupun Umar cilik ini tampak kotor dan kepayahan,tapi dia tetap bertahan hidup, berjalan untuk mencari bantuan,
perasaanku ngilu membayangakan anak sekecil ini harus harus bertahan hidup seorang diri,
diantara para predator mematikan itu.

"apa desamu masih jauh dari sini,hei bocah?" kata Ryo.

"satu mil...kira kira"

"sudah berjalan satu mil tanpa disergap?! hebat sekali..." ada nada ejekan dalam suaranya,Ryo pasti memikirkan hal yang sama denganku,
aku mengisyaratkannya untuk diam.

"apa kalian anggota Paladin? kudengar pekerjaannya...memusnahkan mereka yang tidak bisa mati" nada canggung dalam suara Umar berkurang,matanya nanar menatap penampilanku dan Ryo bergantian,tapi ia masih berhati hati.

"bocah sok tahu,kau sedang bicara pada kapten divisi utama kami," tukas Ryo,Umar terlonjak kaget.

"jadi...anda adalah...Aryanov Gabriel,kapten para Guardian?"
aku mengangguk malu, Ryo tampak puas sekali,sedangkan Umar terkagum kagum memandangiku,membuatku salah tingkah.

"Paladin adalah organisasi elit yang dibiayai dan didukung penuh oleh pemerintah diseluruh dunia,Guardian adalah sebutan untuk divisi utama mereka yang hanya beranggota 12 orang pilihan,dan yang terkuat...adalah Aryanov Gabriel..." ia mengulang kata kata yang nyaris selalu didiktekan di sekolah dasar itu,aku semakin kikuk.

"senjatanya adalah pedang perak...dibuat khusus untuk memburu dan membasmi undead..."

"kau salah," Ryo menyela "senjata terbaik kami,adalah tubuh kami sendiri"

"kami sering mendengar cerita tentang kalian,pengetahuan umum yang wajib dihapalkan disekolahku"

"bukan begitu,itu hanya digenerasiku saja," aku tak tahan lagi, "sebenarnya banyak anggota Paladin yang lebih hebat,kok,misalnya sir Alexander boraknitchov,ketua kami"

"tahu banyak juga,ya,bocah! dan kisaragi Ryo,tentu" Ryo tak mau kalah,

"kami selalu menunggu kedatangan kalian" kata Umar polos dengan mata berkaca kaca,
tak ada nada menyalahkan dari kata katanya,tapi rasa ngilu didadaku semakin menekan,
mungkin kedatangan kami amat terlambat,mungkin ada banyak nyawa yang terlambat diselamatkan,

Undead dapat dibunuh dengan teknologi umat manusia saat ini,tapi vaksin untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi virus yang menimbulkan bencana karena berkembang diluar dugaan tersebut masih belum dapat diciptakan,
Tasuku telah berhasil membuat vaksin yang dapat menanggulangi infeksi 30% tapi itu belum hasil maksimal,
adikku memerlukan data yang lebih akurat lagi,
untuk itulah aku disini.

"kelihatannya sebentar lagi kita akan sampai"
kata Ryo padaku,
Umar mengangguk,

"eh,apa kau tahu tentang Stast the origin?"
Umar menggeleng menjawab pertanyaan Ryo

"sudah kuduga"
aku menatap jalan berbatu yang seakan tiada batas,

Kebodohan terbesar umat manusia adalah virus ini,mereka hanya bisa membuat tanpa tahu akibatnya akan sangat fatal,
seandainya membunuh undead sebanyak apapun,tetap saja virusnya akan menyebar dan manusia akan punah pada akhirnya,
dengan kemungkinan tersebut, aku dan Tasuku berjuang dijalan kami masing masing, untuk misi yang sama.
menciptakan surga dan hari esok yang lebih baik.

***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:49 am

ARI.

(Lanjutan)
________________________________


Aku tidak ingat berapa lama aku tertidur...
rasanya persendianku sakit sekali,sampai dimana tadi,ya?
ah,ya...
aku datang ke desa Umar,sekilas itu tempat yang bijak untuk bersembunyi, dengan tembok beton tinggi yang dibangun mengelilingi desa,
tapi bagaimana mereka menghalau undead yang bisa terbang seperti chimera?
sungguh suatu misteri bagiku,
mereka menyambut kami,dan...
apa yang terjadi selanjutnya?
Ryo berusaha menghubungi markas untuk mengevakuasi,lalu...

Kupaksakan mataku yang seperti direkatkan selotip super kuat untuk bangun, untuk terbuka,akhirnya aku berhasil duduk.
"bangun juga,kau!" Ryo duduk mencangkung dihadapanku. "kukira pura pura seperti rencana kita semula,ternyata kau terjebak betulan,dasar kapten payah tak tahu malu"
aku nyengir walau mataku berkunang kunang,
"biar...,kau kan' tahu aku tidak pandai akting"
kudapati kami berada diruangan berdinding batu terisolasi,
dengan teralis besi,tempat itu tampaknya sebuah penjara bawah tanah yang lembab dan remang remang,
penerangan satu satunya adalah lampu kecil kekuningan sekitar 10 meter dilorong bagian luar, cahaya temaram melewati jeruji besi tempat kami ditahan.
"gas yang mengandung obat bius, aku sih sudah tahu bakal begini,tapi karena sepertinya mereka tidak berniat membunuh kita,jadi aku memutusan tetap konsisten pada skenario awal kita,pura pura terjebak"
Ryo mengacungkan jari telunjuk.
Sejak awal kami sudah tahu,mustahil didaerah mati seperti ini,ada seorang bocah yang bertahan,para undead tidak menyerangnya,tidak akan,
dan itu karena mereka diperintah oleh seseorang,
siapakah yang memiliki kuasa atas para undead,jawabannya tentu saja,Stast the origin! siapa lagi kalau bukan raja terror itu...
"orang orang desa itu ternak" Umar menghampiriku dan Ryo,terisak.
"mereka dikurung dalam tembok untuk menjadi makanan para undead pada akhirnya,itu menurut si vampir,dan...dia akan membebaskan kami jika kami memancing Aryanov Gabriel hidup hidup" "maafkan saya,tuan...keluarga saya juga ada disana..."
"bukan salahmu,malah kami sangat terbantu," kataku menghiburnya.
"ya,kalau tidak begini,mana bisa melaksanakan misi dan bertemu Stast?" lanjut Ryo,aku membenarkan,bahkan cara seekstrim apapun agar bisa menyelesaikan misi kami akan ditempuh, jika kami tewas dalam bertugas,berarti hanya sampai disitu riwayat kami,semua anggota Paladin tahu resikonya,bahwa mereka bisa mati kapan saja.
tapi kenapa aku? kenapa Stast menginginkanku hidup hidup?
"mereka mengurungmu disini dan tidak menepati janji,ya?"
"iya...vampir itu melanggar janjinya,dan kami semua dikurung kembali dipenjara bawah tanah ini..."
Aku terhenyak,siapa yang mau percaya pada undead?
undead hanya percaya pada kaum mereka sendiri...
"kami akan mengalahkan Stast,membebaskan keluarga dan teman temanmu,itu saja yang harus kau tahu" aku menepuk pundak Umar,membesarkan hatinya. "lagipula,kau tidak mengatakan yang mana Aryanov Gabriel,kan? makanya kami berdua masih berkumpul disini"
Umar mengangguk angguk,
"tapi bagaimana caranya kalian lolos? kalian tidak punya senjata apa apa lagi..."
Ryo bangkit berdiri,mematahkan gigi sampingnya sendiri dalam satu sentakan keras.
"caramu menjijikkan sekali,Ryo" aku membuang muka,
Ryo cuek saja tanpa menjawabku,
"senjata kami telah dicampur dalam tulang dan dialirkan bersama darah kami,lihat baik baik,bocah!" ujarnya bangga pada Umar.
dalam gigi yang dipatahkannya sendiri,Ryo menarik keluar seuntai benang halus,
"makanya tidak ada yang naksir kau sampai sekarang" komentarku
Ryo melotot,
"diam dan lihat saja,"
mustahil mengalahkan Ryo dalam segala hal,sebenarnya akulah yang merasa beruntung berpartner dengannya.
Ryo menggesek gesekkan benang tipis itu pada teralis besi,terdengar bunyi 'klik' dan salah satu anak teralis itu terlepas,
Ryo mengulanginya lagi ditempat lain,hingga tercipta jalan keluar yang cukup untuk dilewati manusia dewasa.
"ayo" ajakku pada Umar "kalau tinggal disini kau bisa jadi camilan mereka"
Umar menatap takjub dan tak mampu bersuara,tapi ia menyambut uluran tanganku.
"keluarga dan teman teman saya masih ada disini..." katanya padaku.
"kalau begitu,kau dan Ryo membebaskan tawanan dari sini,lakukan secepat mungkin dan berhati hati"
Zombie berwajah buruk dengan pakaian sipir penjara berlumuran darah bergerak maju kearah kami,menyeret kakinya dengan susah payah.
tubuhnya telah membusuk dan tampak lapar.
Umar meringsek ketakutan memepet pada dinding batu,
"Takut,nak? mereka itu lambat," sambil tersenyum tidak peduli Ryo berlari kearah mayat hidup itu, Zombie itu mencoba menyerangnya,tapi Ryo berkelit cepat sekali dan mematahkan leher simayat hidup diikuti suara 'krak' pelan
"dasar tukang pamer" komentarku,
kalau zombie,mudah saja menghadapinya,kuncinya adalah: HARUS BERGERAK LEBIH CEPAT DARI MEREKA,hanya itu.
kapanpun selalu menyenang seperti ini,diantara serpihan para undead.
Aku merasakan dingin dibagian punggungku,saat seorang zombie wanita berdiri agak membungkuk dibelakangku,agaknya 'ia' mencoba menggigit leherku tapi tanganku lebih cepat.
Kutarik sejumput rambutnya yang panjang tepat di ubun ubunnya, astaga...baunya benar benar busuk sampai aku merasa akan muntah karenanya.
dengan gerakan memutar dan mengerahkan sedikit tenaga,aku menarik kepala si zombie sampai putus putus,sembari melompat mundur menghindari percikan darahnya.
"lihat,kan? hanya kapten kami yang mampu bertempur sebaik itu" kata Ryo enteng,aku tidak sempat menanggapinya karena menutupi Umar dibelakangku.
sekitar sepuluh sampai lima belas mayat hidup bergerak terseok seok menuju tempat kami berada.
"apapun yang terjadi,tetaplah dibelakangku dan Ryo!!" teriakku pada Umar.
anak itu menahan rasa ngeri yang terpampang jelas diwajahnya, tapi karena dia ingin hidup kurasa ia akan menuruti nasehatku...
Umar bersembunyi dibelakang aku dan Ryo yang saling memunggungi.
inilah kuda kuda paling sederhana anggota Paladin jika harus bertempur sambil melindungi sesuatu-atau seseorang-meskipun bagi orang biasa hal ini bisa disebut 'terjepit' tapi bagi kami saat ini keadaan kami bisa dibilang menguntungan karena yang kami lindungi hanya seorang bocah laki laki bertubuh kecil.
keadaan bisa saja jauh lebih buruk dan menyulitkan kalau saja yang sedang kami lindungi adalah orang dewasa.
Tapi bertarung menggunakan tangan kosong melawan undead tetap saja merupakan kenyataan yang amat buruk.
Aku dan Ryo mati matian menggunakan seluruh anggota tubuh kami untuk bertahan dan menyerang,tangan Umar gemetar mencengkeram baju bagian belakangku,tapi ia tidak menangis atau berteriak teriak,
merunduk disaat yang tepat dan tidak melakukan gerakan yang mempersulit kami.
Beberapa menit kemudian,jeritan kengerian bercampur potongan tubuh manusia yang membusuk beterbangan keberbagai arah.
Ryo sedang menarik putus tangan penuh belatung bagiannya dengan bersemangat,ketika tiga zombie kelaparan menerjangku,aku berhasil menghadang dua zombie sekaligus dan membenamkan telapak tanganku diantara usus mayat yang rapuh itu.
Kugerakkan tanganku kesamping merobek perutnya hingga terpisah dari tubuh bagian bawah,
mayat itu menjerit lalu darah menyembur tak terelakkan ke wajahku.
tapi,seekor lagi menerjang pertahananku...
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:51 am

(LANJUTAN)

"makhluk biadab! aku ada disini!" Umar keluar dari celah tubuhku dan berlari kebelakang si mayat.
mungkin karena harum darah bocah itu membuatnya ragu, makhluk tanpa kecerdasan itu berpaling,memperlihatkan tampang tolol kebingungan dan pada saat yang bersamaan tendangan ku mengakhiri riwayatnya.
Sambil mematahkan tulang zombie terakhir,
mayat yang tadi badannya telah kupisahkan menjadi dua bagian masih bergerak gerak berusaha menggapai kami,kusentakkan kaki ku menginjak kepalanya hingga hancur.
"Bodoh!" Ryo mencengkeram bahu Umar "apa kau paham yang kau lakukan barusan?! Ari bilang apa padamu?! tetaplah dibelakang kami!" tegasnya.
"kau nyaris jadi hidangan pembuka mereka!"
Umar hampir menangis melihat Ryo jadi begitu marah.
"tidak" aku melerai,melepaskan cengkraman Ryo pada bahu Umar "yang dia lakukan tadi adalah usaha melindungi dirinya sendiri,dan melindungi hidup orang yang melindunginya, bahkan tindakan paling gila sekalipun layak dilakukan jika dalam kondisi terjepit"
Ryo terdiam mendengar kata kataku.
"setelah membebaskan semua tawanan,aku akan menggeledah tempat ini,senjata kita pasti tersembunyi disuatu tempat disini," kata Ryo pada akhirnya
"aku mengandalkanmu" sahutku
Ryo tersenyum hambar membenturkan tinjunya didadaku.
"jangan mati,kapten"
aku berpaling pada Umar.
"Umar,kau tidak boleh lagi melakukan hal yang beresiko seperti tadi! mungkin akan ada lebih banyak undead nantinya, jenis lain yang lebih cepat,kuat,dan mematikan"
"tapi bagaimana kalau kalian sampai gagal? bagaimana kalau kalian sampai kalah...?"
"tak ada yang perlu dicemaskan kalau kau bersamaku,atau Ryo," jawabku tegas "kami tak' kan kalah,dan kami tidak pernah kalah!"
"bagaimana anda bisa tahu?" tanya Umar
aku tersenyum padanya.
"tentu saja karena aku percaya pada partnerku! dan dia akan jadi partnermu sementara ini,jadi hapuslah air matamu! kau tidak boleh mati sekarang"
Umar tertegun mendengar kata kataku "Ya..." jawabnya sambil menyeka air matanya,berusaha untuk tegar.
"hoi! apa khotbahnya sudah selesai?! apa kami boleh pergi?!" Ryo menunggu, Umar berbalik mengikutinya.
aku melihat mereka sampai lenyap dari pandangan.
sepertinya ada satu hal lagi kemiripan yang ada padaku dari Tasuku, kemampuan menyemangati orang.
aku menghembuskan nafas lega karena sudah tak' ada lagi mayat hidup disekitarku, tapi dibagian lain bangunan ini? mungkin saja banyak!
akupun pergi kearah berlawanan penjara yang diapit lorong panjang yang sempit ini,kususuri lorong perlahan lahan,
penerangan yang kurang membuatku berhati hati melangkah.
Aku juga melewati sel yang penuh terisi mereka yang terinfeksi, telah berubah menjadi undead,dan berusaha meraihku.
"pergilah ke neraka" gumamku
Ada tangga diujung lorong menuju keatas dengan pintu tertutup dibagian atasnya...
kelihatannya aku menemukan jalan keluar.
kutendang pintu yang melesak bersama suara keras.
Aku tiba disebuah koridor panjang yang dindingnya terbuat dari batu batu besar, dari berbagai ornamen khas militer yang kutemukan disana sini,
"penjara sipil" aku telah dapat menduganya.
Samar samar terdengar bunyi...
ya,sebuah orgel...,aku menajamkan telinga yakin sudah menemukan apa yang kucari.
Depan...kiri...kanan...atas...
KALAU BEGITU DIMANA ASAL SUARANYA?

Benar benar gelap,hanya ada cahaya bulan dari jendela yang berjejer tanpa ditutup,tapi aku melihat sebuah belokan didepanku.
koridor ini lebarnya tidak sampai sepuluh meter? mungkin akan ada serangan setelah ini...medan yang sempit bisa jadi menghabiskan tenaga ekstra jika harus bertarung sendirian.
Aku telah mencapai belokan,perlahan mengintip dari balik dinding.
ada dua...zombie yang berdiri sempoyongan, mereka membelakangiku...
tapi aku meragukan hanya ada segitu.
rasanya mustahil berjalan maju tanpa mereka merasakan kehadiranku,lalu kucoba mengkalkulasi kemungkinan mereka menyadari bahwa aku ada disini.
Zombie,seperti umumnya undead lain,meski gerakannya lambat dan bodoh,
mereka mengejar mangsanya dengan bau.
Sayangnya,mereka hanya memiliki sedikit kecerdasan yang membuat mereka tidak punya gerakan reflek yang cukup baik.
Aku bergerak tanpa suara,memuntir leher keduanya sekaligus.
hanya jika urat syarafnya diputuskan,gerakan mereka aka terhenti, tapi membunuh vampir tidak semudah membunuh zombie biasa,
harus memotong tubuh mereka di lebih dari satu bagian agar mereka tidak bisa beregenerasi dengan cepat.
itulah perbedaan vampir dan undead biasa.
"aaaaarrrgghhh!!!!" jeritan nyaring seseorang memecah kesunyian,
ada orang hidup,kah?
Aku berlari tak perduli menyongsong maut,
jeritan memekakkan itu berakhir dalam sebuah ruangan...
bunyi orgel semakin nyaring seakan menyumbat telingaku,mengumandangkan lagu yang kejam,
hentikan!
batinku menjerit.
perlahan kubuka pintu ruangan itu...

hanya ada dapur,kosong,
sisa sisa makanan berhamburan,juga baskom cucian yang penuh tak terurus,
air masih menetes netes dari keran berkarat yang hanya setengah tertutup.
'crakk-crak-crak-crakk'
aku menyapukan mata keseluruh ruangan,dan terlihat olehku rak rak besar berisi piring yang berada diujung ruangan, yang menutupi sesuatu dibaliknya,
bisa kulihat siluet makhluk itu,bergerak pelan menikmati entah apa yang tak dapat kubayangkan.
'crakk-crakk-clakkk...'
hanya itu yang terdengar,bunyi seseorang yang makan dengan rakus...


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:52 am

(lanjutan)


Tenggorokanku tercekat,
'clakk-crakk-clakk-clakk-clakk....'
darahku mendidih seketika, kuraih pisau pemotong daging besar dipojok jagal,

Braaaaakkk!!

Menyingkirkan apa yang mengalangi pandanganku,justru aku merasa mual karenanya...

Makhluk itu,penampilannya nyaris sama seperti mumi,tapi yang paling membuat bulu kudukku meremang, adalah tinggi badannya yang hampir tiga meter diatasku!
tubuhnya kurus,sangat kurus dengan batok kepala yang membengkak dan otaknya yang besar,perutnya juga membuncit melebihi ukuran badannya sendiri.
Undead itu mengangkat wajahnya,menyeringai senang,dimulutnya berceceran darah segar,membuatku tak sengaja melihat apa yang didekapnya,
mayat perempuan.
"tolong...ibu..." kusadari ada gadis kecil terseok didinding,memegangi bagian lehernya yang berdarah.
wanita itu tadi melindungi anaknya...dan mereka...oleh undead itu...
"waaaaaaaaa!!!" aku berteriak kalap,
terbayang banyak sekali kenangan buruk dikepalaku...!
aku menerjang si undead membabi buta.
makhluk itu menjatuhkan makanannya bermaksud menghadapiku terang terangan.
Saat cakarnya nyaris mengenaiku aku mengelak ringan,menjatuhkan pisau jagal ditanganku dan merunduk mengincar bagian dagu, makhluk itu tinggi,namun cuma kakinya saja yang panjang,
itulah kelemahannya (dan keuntunganku)

Aku tidak peduli...! aku tidak peduli...! matilah! matilah! cuma itu yang ada dalam kepalaku,kewarasanku seakan menghilang.
Ia' tersapu mundur saat tinjuku membuat tulang rahangnya retak-pasti bergeser beberapa senti-makhluk itu menyambar pergelangan tanganku-jenis cepat tapi tolol-hanya dengan satu tanganku yang bebas,kutusukkan telunjuk dan jari tengahku kerongga matanya,ia melengking kesakitan melepasanku.
Undead tersebut tak dapat melihat lagi,ia menyerang asal asalan dan saat ia lengah,aku meraih pisau jagalku,membelah tubuhnya tepat ditengah hingga tercerai berai.

Sambil menetralkan nafasku yang memburu,kudekati gadis cilik yang menangis itu.
"kau tidak apa apa?" tanyaku padanya.
ia membelakangiku,masih menangis.
"aku tidak mau...mati..." isaknya pelan.
aku memandang darah yang mengucur deras dari luka dilehernya.
menghitung berapa detik yang berlalu.
Gadis kecil itu hendak menerkamku,
sudah bermutasi!
pikirku, sekarang apa lagi?
Maka dengan pisau jagal ditanganku,aku memenggal kepala zombie baru yang malang itu,
"padahal,kau pasti akan lebih bahagia jika mati sebagai manusia..." harapku.

Aku yang sekarang,masih belum cukup.aku harus jadi lebih kuat lagi,agar bisa menyelamatkan semuanya,
bahkan hanya seorang gadis kecil saja tidak bisa kutolong,
benar benar...kuat apanya?
Aku marah pada diriku sendiri.

Suara orgel terus berputar disekelilingku,membuatku mengingat kenangan yang selalu ingin kulupakan,
bunyi mars pemakaman...ata lagu klasik entah apa...
Bunyinya semakin nyaring,kini aku tahu,dimana aku harus menemukannya, hanya dengan mengikuti bunyi itu...
lagu yang seperti membimbingku untuk menemukannya...

Berlari dan berlari...aku mengikuti suara sayup orgel dan akhirnya tiba disebuah ruangan yang lain.
sebuah ruangan besar...meja dan kursi berantakan diujung ruangan besar pertama yang kulihat dibangunan ini...,

"Selamat datang...,Aryanov Gabriel..."
aku menoleh pada gema merdu menyenangkan yang berasal dari tengah ruangan,dimana seorang pemuda berambut hitam berpotongan jabrik duduk menyamping diatas kursi,melipat kakinya.
Aku tak dapat melihat wajahnya yang tertutup rambut jabrik sehitam malam itu dari bagian samping, tapi aku bisa melihat pijar nyalang kemerahan dari matanya.
"musik yang indah,ya? musik adalah hal yang paling menyenangkan,menurutku"
aku tersadar apa yang sedang ia pegang.
sebuah orgel antik dengan hiasan yang sangat indah.
"Stast the origin" tebakku,
ia terkikik geli,seperti orang tua menertawakan cicitnya.
"ini mainanku yang berharga..." ia hanya memandang orgelnya.
"Stast!!" panggilku lebih keras.
Vampir itu bergeming, ia menolehkan wajahnya padaku, "padahal kami selalu menyukai keindahan dan kerapuhan...,"
Wajah itu wajah paling tampan yang pernah kulihat, benarkah dia telah hidup 80 tahun? dia tampak seperti pemuda yang berusia tak lebih dari sembilan belas tahun bagiku,
jika benar demikian,virus itu benar benar keajaiban yang bisa menghentikan waktu bagi mereka yang terpilih,
"apa yang kau inginkan dariku?" ia bertanya dengan sikap angkuh seorang raja.
"aku akan memusnahkanmu" mataku menatap langsung pada mata sang raja terror itu.
Stast tersenyum meremehkan."hanya itu? padahal aku bisa memberimu kekuatan,dan keabadian,juga posisiku..."
aku tidak mengerti apa yang ia bicarakan?
"Darahmu..." kataku akhirnya "dan juga membawa pulang kepalamu adalah misi utama terpenting bagiku!"
Wajah Stast yang pucat semakin memucat. Sedetik kemudian ia menguasai diri. Tersenyum menyeramkan dan mengacungkan telunjuknya keatas.
Reflek aku menengadah keatas.
beberapa meter diatasku,Ratusan Ghoul-manusia kelelawar-menempelkan dirinya dilangit langit ruangan.
"kalau kau tidak mau,terpaksa aku harus memaksamu..."
memaksa apa? apa yang ia bicarakan dari tadi?
"ada permintaan terakhir?" Stast berdiri dan mengangkat tangannya seperti melambai,isyarat bagi para ghoul untuk tidak menyerang terlebih dahulu.
"ya,matilah kau,undead!" sahutku.
saat terakhir,kulihat Stast menurunkan tangannya.
Ratusan undead bersayap itu mengerubutiku,aku melompat kesana kemari menghindari serangan mereka.

"Satu luka kecil saja,habislah aku..."
Desakan nuraniku membuncah, aku tidak malu mengakui bahwa saat ini aku merasa takut,karena rasa takutku ini,
adalah naluri makhluk hidup yang berjuang demi mempertahankan nyawanya sendiri.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:53 am

Daina



__________________________________


Seol,korea,12 jam sebelumnya
__________________________________

Sore itu...,Tasuku Sedang mandi ketika aku merapikan bunga bunga untuk dipajang di vas.
aku mengganti bunganya setiap hari,
aku suka bunga,Tasuku juga suka, aku tidak mengerti kenapa laki laki suka bunga,yang jelas Tasuku berbeda dari laki laki pada umumnya,dia baik hati dan lemah lembut,seperti pangeran dalam buku dongeng...
Saat aku sedang terlena oleh bayangannya,orang aslinya memelukku dari belakang,menutupi mataku dengan tangannya, aku terpekik kaget, huh!
ia menutupi mataku dengan tangan
"yang mana? satu,kucing tetangga,dua,kepiting,tiga,presiden amerika?" katanya riang.
"Tasuku!" jawabku jengkel, Tasuku melepaskan tangannya
"ting-tong! satu buah bantal!" teriaknya sok heboh
"apa tidak ada cara menyapa yang lebih baik,tuan kucing?"
Tasuku tertawa mendengar omelanku.
"jangan dipikirkan,yaa,Daina kan' manis"
setelah menjahili,lalu merayu! kejahilan nomer satuuu!!
Tasuku sedang menyuap sereal ketika aku bertanya "apa Tasuku dapat kabar dari kak Ari?"
kusodorkan sebotol susu dingin dari kulkas kearahnya, dengan senang hati Tasuku menuang lebih banyak susu kedalam mangkuk serealnya,orang yang makan sereal pagi disore hari,ya,cuma dia...
"si kakak kan' memang biasa menghilang berbulan bulan,pekerjaan Paladin memang mengharuskan begitu,dia pasti kembali membawa sampel darah Stast,kok," Tasuku tersenyum lembut padaku. "tidak ada yang perlu dicemaskan,Daina..."
Tasuku tenang sekali,pikirku,tapi memang tidak ada yang perlu dicemaskan soal kak Ari,sih,Tasuku lagi lagi benar,
"kak Ari kan' kuat,yaa" kataku kemudian,
Tasuku tidak henti hentinya memandangiku, wajahku memerah dengan sendirinya.
"Daina,ada yang ingin kubicarakan..."
"Tasuku! tadi ada telepon!"
kami tertawa bersamaan,
"ok,ladies first" Tasuku menyentuh ujung hidungku.
"cuma telepon,kok,dari kantor Tasuku...,katanya, Mr.Robert Clarken ada yang ingin dibicarakan" jawabku dengan muka pura pura cemberut.
"hmm..., apa masalahnya,sih? orang itu agak menyebalkan akhir akhir ini"
aku hanya diam memperhatikannya,
Tasuku berjalan kearah telepon,lalu terlibat pembicaraan serius yang tak kumengerti.
tak berapa lama kemudian,Tasuku berhenti bicara dan menghela nafas.
"kenapa?" tanyaku ketika melihatnya kembali dengan wajah tak senang.
pria yang kucintai tidak menjawabku,ia berlalu menuju lab pribadinya dilantai atas.lantas mengurung diri disana.
Aku sudah terbiasa melihatnya begitu menyibukkan diri disana,mengurus penelitiannya.
ingatanku melayang pada kepingan kenangan perjumpaan pertamaku dengannya,
berbeda dengan sang kakak yang memerangi undead dengan kekuatan fisiknya, Tasuku mengabdikan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dalam usaha mereka menyempurnakan vaksin yang nantinya akan menghentikan perkembangan virus,
Tasuku adalah jenius sejati, dia ber IQ tinggi dan sekarang memimpin penelitian besar yang didanai oleh Robert Clarken milyader kenamaan dunia yang juga pemilik Clarken.Corporation,perusahaan kimia terkemuka.

Sedangkan aku sendiri,berasal dari sebuah desa kecil di Thailand,
nama lengkapku Daina Amare,aku ini benar benar biasa saja, berambut hitam panjang,berkulit putih,mata besar, dan tubuhku pendek, tinggi badanku pas pas'an,
kak Ari malah sering memanggilku "bulat" (menyebalkan!) karena tubuhku yang mungil,makanya aku terkesan agak montok,ugh...


Setahun setelah meraih gelar Dokter,Tasuku mengadakan penelitian didesaku,kak Ari juga ikut kesana, dan itulah awalnya.
lalu terjadi invasi,hanya aku yang selamat, waktu itu umurku masih 16 tahun
lalu aku dibawa oleh kak Ari kerumahnya untuk tinggal bersama,meski mulutnya pedas,tapi kak Ari memperlakukanku dengan baik seperti adiknya sendiri,dia juga sudah seperti kakak bagiku.

Aku tinggal menumpang pada mereka,
aku disekolahkan hingga lulus kuliah,dan aku membantu Tasuku sebagai asistennya,
kami selalu berpindah pindah tempat tinggal,
Pekerjaannya menyebabkan kak Ari jarang berada dirumah,
lalu,Tasuku lebih banyak mengurung diri dirumah karena penelitiannya, itulah menyebabkan kami menjadi dekat,
sering berbincang dan membicarakan banyak hal dalam hidup kami,
Tasuku yang lembut,baik hati,tampan,dan penuh kasih sayang selalu menjadi sosok yang kukagumi dari dasar hati.
aku menyukainya sejak lama,suka pada caranya bicara, suka pada kepribadiannya, maupun suka pada rambut pirang keperakannya...
Tapi aku tidak pernah berani berharap lebih banyak karena...mungkin aku hanya anak anak bagi nya?
sudah begitu banyak kebaikan kuterima dari mereka,apa aku serakah mengharapkan lebih?!
lagipula mana mungkin Tasuku suka gadis tidak dewasa sepertiku?!
itulah yang kupikirkan hingga aku tidak berani berpikir macam macam.
aku tergila gila padanya,tapi aku takut ia menjauh dariku,dan kuputuskan diam saja.
Tapi,tapi!! ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan!
ternyata Tasuku juga menyukaiku...,dia bilang mencintaiku dua tahun lalu,dimalam ulang tahunku ke dua puluh,
dia,Tasuku yang itu!
Jantungku berdebar debar mengingat sensasi yang kurasakan setiap kali aku berada dalam dekapannya.
menikmati setiap butir kasih sayangnya mengalir diantara urat nadiku.walaupun disaat bersamaan aku dilanda perasaan 'takut kehilangan' yang amat besar sampai terasa sakit.
aku sudah kehilangan segalanya dan sekarang hanya dia yang kumiliki.
Aku berdoa menutup rapat kedua mataku demi terwujudnya impian Tasuku,impian yang tercipta setelah mengalami berbagai macam cobaan dalam kehidupannya.
"sayang!" seru Tasuku menuruni tangga. "cepat siap siap,kita ditunggu untuk makan malam"
"apa...Tasuku? sekarang?" kataku tergagap.
"jangan khawatir,cuma evaluasi,kok,Mr.Clarken yang menyuruhku datang,sebetulnya aku juga sedang malas, karena mungkin akan ada wartawan juga disana dan konferensi pers,mengumumkan kemajuanku pada seluruh dunia"
aku tahu ia bangga,tapi sama sepertiku,Tasuku benci hal hal menyolok.
"apa aku harus ikut? kan' aku tidak ada hubungannya..."
"jelas harus," Tasuku mencium kening ku,lalu mencium pipiku, "mana bisa calon nyonya Dr.Tsaranichova Gabriel ditinggal dirumah?! bikin cemas saja"
calon...nyonya?
lalu aku teringat bahwa ada hal yang ingin disampaikan Tasuku sebelumnya,
jangan jangan...

Hatiku berbunga bunga memikirkan kemungkinannya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:55 am

(LANJUTAN)

Daina
_____________________________________________

pukul 19:20, restoran italia berbintang lima 'le potrait'.

_____________________________________________

Sepatu berhak tinggi ini sangat menggangguku,aku sama sekali tidak terbiasa menggunakannya.
Dengan cueknya Tasuku menggandeng tanganku memasuki restoran kelas atas itu,
hanya ada satu hal yang terbaca jelas dipikiranku,
"aku baru pertama kali kesini!"
diluar dugaan,ternyata Tasuku dikenal banyak orang.Terlihat jelas dari cara mereka saling menyapa dengan akrab,
ada lagi-dan inilah yang paling kubenci-gadis gadis menor yang genit berusaha menarik perhatian Tasuku, aku tidak menyalahkan mereka karena kekasihku memang mempesona,tapi tetap saja aku kesal-walau Tasuku tidak menoleh sebelah matapun pada mereka-para gadis itu cantik cantik seperti artis, atau jangan jangan mereka memang artis?!
makanya menyebalkan...

Haaaahhh, ini semua bukan duniaku, terlalu banyak kemewahan,
aku cuma gadis dusun dan kampungan dibandingkan mereka semua...
berarti dia memang bukan orang biasa,ya,Tasuku memang hebat.
"selamat datang,Dr.Gabriel" aku melihat pria paruh baya gendut yang mengenakan jas mahal menyambut Tasuku dan memeluknya,
aku tidak ingin dikira berlebihan, tapi menurutku ia bukan orang yang menyenangkan, keramahannya terlalu dibuat buat.
dia adalah Robert Clarken yang mendanai penelitian Tasuku.

Aku juga melihat nona yang cantik sekali dengan pakaian mewah yang seksi dibelakang pak tua itu.
menatapku aneh dari balik bulu matanya yang lebat.
bibir sensualnya menyunggingkan senyum aneh seakan aku tatakan gelas jelek yang tidak boleh berada disini.

"Perkenalkan,ini nona Ivanka Mendez,sekretarisku,wanita luar biasa yang memenangkan piala ratu sejagat dua tahun berturut turut, dan...Ivanka, ini Dr.Tsaraniakova Gabriel,peneliti brilian yang memimpin proyek terbesar kita saat ini" sambung Clarken memperkenalkan.

Tasuku menerima uluran tangan Ivanka Mendez secara bersahabat.
namun wanita itu berlebihan menahan tangannya.

"panggil Ivanka saja,kita bisa saling mengenal lebih jauh setelah ini"
ia bisa berbicara langsung sambil berbisik ditelinga laki laki, wanita ini sudah terbiasa berlaku seperti itu,rupanya...
kudengar wanita kota besar seperti itu...

"terima kasih" jawab Tasuku sopan, cepat cepat melepaskan tangannya. raut wajahnya tampak tidak senang dibalik senyumannya.
tapi Tasuku tetap saja memikat.
aku sudah jatuh cinta berkali kali padanya,tentu saja malam ini juga,
aku begitu memujanya.

Ivanka tampak salah tingkah.
sekali lagi aku tidak menyalahkan para perempuan yang terpukau pada kekasihku.
itulah uniknya daya tarik Tasuku, bak penyihir.

"sudah kusiapkan ruangan khusus, akan ada para undangan dari perusahaanku,para petinggi perusahaanku,yang sudah tidak sabar ingin melihat kemajuan apa yang telah kau buat" Robert Clarken membimbing kami menuju meja diruangan khusus yang ia maksud.
ada perasaan aneh, bahwa aku sama sekali tidak dihiraukan.
namun lengan Tasuku terus melingkar di pinggangku sambil kami berjalan.

"orang orang menyebalkan,ya" bisiknya.
aku tertawa kecil mendengarnya.

"setuju,membosankan!" aku balas berbisik "tapi lumayan mirip penghargaan oscar ditelevisi, makanannya juga kelihatan enak"

"justru itu, Daina tahu kan' aku sangat tidak suka hal hal yang berlebihan"
aku melihat Tasuku membuang nafas.
Mr.Clarken melirik ingin tahu.
aku sudah diajari sejak kecil bahwa berbisik ditengah umum itu tidak sopan, maka aku diam, Tasuku tersenyum geli menatap wajahku yang seketika memucat.
yang jelas bagiku,masa bodoh dengan yang lain, asalkan Tasuku ada saja,itu sudah cukup!

Kami duduk disebuah meja yang panjang, dimana ada banyak orang duduk bersama disekeliling meja.
makanannya terdiri dari berbagai macam seafood,dan hidangan kelas atas lainnya,
aku mengisi piringku dengan sedikit makanan saja-yang kira kira aku suka-aku tipe yang amat lambat ketika makan,makanya aku lebih memilih makan sedikit daripada akan membuat Tasuku malu gara gara aku makan terlalu lambat.

Tasuku menuangkan sesendok besar udang saus mayonaise ke piringku,muka ku merah padam ketika berpasang mata menatap heran pada Tasuku yang terlihat begitu perhatian padaku.

"sampai diambilkan segala...!" protesku.

"bukan apa apa,Daina suka sekali udang,kan' makan yang banyak,ya!"

Tasuku berpaling kepada Mr.Clarken.
"dia suka makan dengan banyak lauk,dan kalau makan agak lambat, jadi kita pelan pelan saja" ia menjelaskan dengan wajah nyaris tertawa.

"ha...ha...ha...,bagus! siapapun selalu berharap dapat makan lebih banyak, masa bodoh dengan kolesterol" lelucon Robert Clarken memancing tawa semua orang yang hadir disana,kemudian milyuner ternama itu mempersilahkan pelayan mengisi gelas anggurnya.
Tasuku melakukan hal yang sama dengan hormat.
Tasuku tidak suka minuman keras, tapi dia sanggup melakukan apa saja demi menyenangkan orang lain.
makanya aku cinta Tasuku...

Banyak juga yang melirik penasaran, begitu ingin tahu siapa kekasih Dr.Tsaraniakova Gabriel yang termasyur,
mungkin mereka akan kecewa kalau tahu akulah orangnya...
dan aku sangat mengerti, kejahilan Tasuku yang lainnya,dia suka melakukan hal tidak terduga yang menimbulkan kehebohan.
terlepas dari semua itu,perasaan kesalnya bahwa orang lain hanya memandangku sebelah mata saja, ia menunjukkan perlakuan amat menghargai ku, seakan memaksa orang lain untuk percaya kalau akulah gadis tercantik yang berada disana.
mencerminkan kepribadiannya yang sebenarnya,juga sifat setianya padaku.

Ivanka terlihat benci sekali padaku.
aku tidak tahu mengapa, tapi karena ia terang terangan begitu, maka aku juga tidak akan ragu balas memelototi wajah cantik dengan tatapan menghina itu.

"semuanya,sebelum bersantap,mari kita bersulang terlebih dahulu,mendoakan keberhasilan proyek penelitian ini untuk seterusnya" kata Mr.Clarken mengangkat gelas berisi anggur ditangannya.
Tasuku juga mengangkat gelasnya,maka aku juga ikut-benar benar bodoh-mengangkat gelasku.
semua tamu yang semeja dengan kami bersulang.

Layar besar yang sedari tadi tidak kuperhatikan di ruangan khusus itu bergulir memutar serangkaian laporan penelitian ketika kami semua mengakhiri acara makan.
Tasuku berdiri menghadapi kami semua,
rupanya sudah saatnya,ya?

"dengan ini" katanya memulai "saya mengumumkan bahwa saya telah berhasil membuat satu satunya formula, vaksin yang dapat menghentikan mutasi awal dari virus Undead..."


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:57 am

(LANJUTAN)

Daina

_____________________________________

"yang ingin saya sampaikan adalah, bahwa kami dari C.Corp telah berhasil membuat kemajuan besar dalam ilmu pengetahuan dan pengobatan,sebagaimana yang akan kami tunjukkan berikut ini"

saat mata semua orang berkonsentrasi pada layar LCD itu, aku masih makan-seperti biasa,aku lambat sekali dalam soal makan-tapi aku tidak takut ketinggalan,kok
Tasuku bersamaku saat dia sedang melakukan penelitiannya,
aku yang mencatat semuanya,aku juga yang membantunya melakukan percobaan pada seekor anjing labrador hitam yang terinfeksi.

aku bisa saja menolak saat selembar kertas diserahkan padaku.
lembar yang berisi keterangan singkat sebagai berikut:
_________________________________________________

LEMBAGA KESEHATAN PEMERINTAH NEGARA ASIA.
CABANG SEOUL.DAERAH KOREA,MENYATAKAN:

KEPADA: Dr.Tsaraniakova Gabriel.

HEWAN: ANJING.
NAMA RAS: LABRADOR HITAM
JENIS KELAMIN: BETINA

Status:
Berdasarkan pemeriksaan sampel darah,kornea mata,serta kemampuan nalar.
dinyatakan SEHAT sepenuhnya.
Kami secara resmi MENGHAPUSKAN status TERINFEKSI sebelumnya,
Diberikan izin melakukan aktifitas seperti biasa dan TIDAK PERLU DIKARANTINA.

Hormat kami,




Lembaga kesehatan Negara Asia.
__________________________________________________ _

padahal,Tasuku telah berulang kali menunjukkannya padaku dirumah, (dia juga membacakannya ratusan kali untukku)
baik decak kagum,komentar,dan pujian tak henti henti nya dilontarkan atas keberhasilan Tasuku,
Tasuku membungkuk sopan,kemudian berkata:
"ini belum hasil akhir,tuan tuan dan nyonya nyonya, sampai sekarang,seperti yang anda sekalian lihat,vaksin ini hanya berhasil menghentikan mutasi tahap awal, virus dapat merusak sel sel tubuh lebih parah, saya juga telah mencoba metode yang sama pada anjing lain-dalam hal ini saya memilih mereka karena kecerdasan dan naluri hewan ini-dengan presentase infeksi lebih tinggi yaitu 75%, dan sampai saat ini saya belum menemukan perkembangan yang berarti"

aku tahu Tasuku sedang kesal saat mengucapkannya,
vaksin yang ia temukan hanya dapat menghentikan mutasi dengan presentase sangat kecil, 30% dan mungkin lebih kecil lagi...

"yang saya lampirkan tadi adalah laporan Status terakhir hewan yang dijadikan percobaan, sejauh ini hanya dapat menyembuhkan infeksi 30%, mengenai bahan penelitian, saya memakai darah dari vampir bernama Elsida dari spanyol,yang baru baru ini dikalahkan oleh organisasi Paladin,"

"ya,perusahaan kami bekerja sama dengan organisasi elit tersebut,dimana kakak saya menjabat sebagai kapten divisi utama, dan..." Tasuku terlihat menarik nafas sejenak "sayang sekali,Darah dari undead generasi kedua seperti Elsida tidak mencukupi untuk dijadikan data, perlu data yang lebih lengkap sehingga saya harus menunggu bahan penilitian yang akurat, sampel STAST THE ORIGIN, sisa sisa pasukan senjata biologis,organisasi Paladin melacak jejak raja undead tersebut ditimur tengah,saya percaya mereka akan segera menangkapnya"
saat Tasuku bicara, dia sama sekali tidak terkesan 'formal' atau resmi,
dia bicara dengan tenang seperti biasa,
tapi kemampuan spesialnya membuat orang diam dan mendengarkan adalah keistimewaan tersendiri.

terkadang aku hanya melihatnya bicara tanpa mengerti apa maksud dari perkataannya.

"kalau percobaan kali berikutnya berhasil" ia menambahkan "dapat dipastikan tidak hanya upaya untuk menyembuhkan orang yang terinfeksi, tapi juga jaminan kekebalan tubuh terhadap serangan virus ini bukanlah sebuah mimpi"

para tamu undangan makan malam yang terdiri dari para petinggi di perusahaan Robert clarken itu awalnya menatap cemas, tapi segera setelah Tasuku mengucapkan kalimat terakhirnya, mereka mendesah lega, harapan itu muncul kembali,
kuakui,tenang rasanya mendengar masih ada harapan untuk hidup lebih baik dari sekarang,
dunia tidak banyak berubah,memang...
tapi akan lebih menyenangkan jika bisa hidup tanpa rasa takut.
ini hanya pikiranku yang seorang gadis biasa, aku sama sekali tidak mengerti pikiran orang orang kelas atas,
tapi yang kupikirkan pasti benar,aku bisa merasakannya.

Tasuku kembali duduk disampingku,
matanya berkilat lembut,
warna blue safir yang kusuka.
saat Tasuku kelihatan akan membuka mulutnya untuk berbicara padaku, Mr.Clarken bergegas menyapanya.
"bagus sekali,Dr.Gabriel,aku tahu kau pasti bisa melakukannya, sejauh ini hanya kau yang bisa membuat kemajuan sebesar ini," kata Mr.Clarken

jelas,lah...
Tasuku kan' jenius yang otaknya canggih,beda dengan orang biasa, aku berkata bangga dalam hati.
memperhatikan Tasuku yang terbawa pembicaraan yang sepertinya amat serius.
aku tidak ingin jadi pengganggu, mungkin sebaiknya aku diam saja sendirian.
"apa kita tidak apa bicara tentang bisnis berdua saja? tidak enak bicara didepan banyak orang"
Clarken seperti tidak sabar ke pokok persoalan,
ia mengetukkan jari ke meja dengan gelisah.
Tasuku malah menatapku.

"tidak apa apa kutinggal sebentar?" pintanya lembut.

"uuhh, pergi saja,lah, kenapa harus minta ijin padaku" ah,muka ku merona lagi...

Tasuku mengedipkan sebelah matanya dengan lagak genit padaku, (jenius tapi tingkah lakunya bodoh,batinku)

"jangan khawatir,madamoiselle,hanya sebentar" Mr.Clarken berlalu diikuti Tasuku di belakangnya.

Pembicaraan berlanjut diantara para wanita.topiknya mengenai gaun dan perhiasan.
(tas mu bagus,ya/beli dimana?/ah,biasa saja/ dll)

Tidak mengerti!
kenapa mereka mau mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk selembar gaun?! padahal dunia sedang krisis begini...
kenapa mereka tidak menyumbangkan uang saja untuk anak anak miskin?! dan bagaimana mungkin harga sebuah tas saja sama dengan harga sebuah mobil?!
(yang lebih bodoh,yang membelinya...)

"Gaun yang indah sekali,nona Mendez" puji wanita berambut keriting warna cokelat emas di dihadapanku.
tubuh wanita itu kurus ceking,tapi perhiasan yang melekat ditubuhnya pasti bisa menambah berat badannya 4kg.
Ivanka berlagak merapikan rambut menggunakan jemari jemari lentiknya.

"kupesan lewat butik kenalanku diparis,tapi ini kan' tidak seindah gaunmu,nyonya" ia melirik kearahku,tatapannya...merendahkan.
aku menunduk memikirkan Dress merah tanpa lengan bergaya klasik yang kukenakan,tampak sangat biasa jika dibandingkan gaun ketat bermodel putri duyung dengan bagian punggung terbuka lengkap dengan syal bulu angsa yang dikenakan Ivanka Mendez.
kami seperti bumi dan langit.

Sudahlah,mikir apa,aku ini...
toh' Tasuku hanya melihat kepadaku,
aku tidak perlu orang lain selain Tasuku untuk melihatku.

Atmosfir tempat ini tidak cocok untukku.
aku juga tidak punya kenalan,aku harus cepat cepat mencari kesibukan sampai Tasuku kembali,
terpikir olehku untuk memperbaiki riasan saja, setelah itu menyendiri,

"permisi...dimana aku bisa...menemukan toilet?" Tanyaku pada salah seorang pelayan.

"silahkan lurus saja,nona,ada beberapa ruangan yang disekat untuk rapat pribadi,nanti akan ada belokan" pelayan itu berlalu sambil membawa senampan penuh kue kue manis.

Aku tidak ada kepentingan mendesak hingga harus ke toilet,kalau hanya untuk memperbaiki riasan,bisa kulakukan pelan pelan,
aku ingin melihat lihat tempat ini dulu,
aku belum pernah menghadiri perjamuan besar sebelumnya,
wajarlah kalau aku terkagum kagum begini...
aku melihat lihat hingga bosan beberapa menit kemudian,
dan mulai berpikir untuk kembali ke tujuanku semula,

apa yang sebaiknya perlu kuperbaiki? apa bedakku luntur?
wah,sudah muncul! perasaan khas anak perempuan...

aku sedang mencari cari toilet ketika aku mendengar suara lembut Tasuku berbicara dari ruangan yang terpisah dari ruang perjamuan...
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 7:59 am

(LANJUTAN)


Daina

____________________________________________


Tadinya aku bermaksud lewat saja,apa gunanya menguping...

"Tidak bisa begitu!!!" Suara teriakan keras menghentikan langkahku.
Mr.Clarken rupanya...
aku merapatkan tubuhku ke dinding (Tasuku maaf...! Daina benar benar anak bandel!)

"coba kau pikirkan,mana mungkin kau tidak tertarik mengambil keuntungan dari jerih payahmu sendiri?! apalagi jika kau mematenkannya atas nama perusahaan kami..."

"Yang anda maksud,keuntungan saya atau keuntungan anda?"
Suara Tasuku mengalir seperti air,lewat celah dari pintu yang sedikit membuka,aku dapat melihat Clarken dan Tasuku yang berdiri berhadap hadapan.

"tolong jaga bicaramu,Dr.Gabriel,semua punya kepentingan yang sama disini"

"ini mengkhianati kesepakatan awal" Tasuku membalas "saya mau menerima kontrak dengan anda,tapi saya tidak ingat pernah memberikan wewenang untuk anda mengusai penelitian saya" "apalagi barang tersebut belum sempurna,ah,tadinya saya menerima tawaran baik anda untuk mengindari konflik yang akan terjadi diseluruh dunia, jika saya membiarkan satu Negara besar berada di belakang saya, anda memang penyandang dana, tapi itu bukan lantas memberi anda keleluasaan mematok harga demikian tinggi, bagaimana orang bisa hidup kalau begitu? bagaimana dengan kesejahteraan orang lain yang tidak mampu?"

"semua orang punya maksud,Tsarania..." mata Mr.Clarken mendelik tidak sabar.
ia kehilangan wibawanya sama sekali sekarang.
"kau tahu perusahaan kimia milikku telah penyokong penelitianmu,dan berkat itu kami memiliki nama baik dan koneksi,juga kepercayaan para investor dan bisa melebarkan sayap bisnis keseluruh dunia,tapi itu saja belum cukup" katanya membujuk,
akhirnya ia bicara jujur,

aku menghela nafas sedih,kenapa ada,ya, orang yang rela memohon demi kepentingan pribadi yang jelas jelas merugikan orang banyak?

"segalanya akan menjadi milik kita,kekayaan,kemasyhuran,dan kekuasaan,kau tinggal tanda tangan saja maka semua akan beres,
sesaat setelah mematenkan obat itu atas nama perusahaanku!" desaknya.
Tasuku terdiam.

"supaya anda bisa menjualnya dengan harga diatas standar,bahkan terlampau tinggi,begitu?" Tasuku tidak menatap lawan bicaranya,
kalau dia begitu,artinya dia marah.

"ternyata kau paham juga maksudku" tanpa bersusah payah menyembunyikan niatnya,lelaki tua gendut itu terkekeh.
"semua orang akan datang berbondong bondong ke tempatku, hanya untuk serum penyembuh virusmu itu! dan tiap Negara akan memberikan apa saja keinginanku agar daerah mereka terselamatkan, brilian,bukan?"
ia tertawa keras sekali.
mencoba meyakinkan Tasuku, tipe orang seperti Robert Clarken ini sepertinya sangat yakin, jika dengan uang,siapapun akan menyerah...

aku menutup mataku,
jangan,Tasuku...
jangan diterima...

"sungguh menjijikkan..." komentar pedas Tasuku membuat tawa diwajah Clarken memudar.
"lantas bagaimana nasib orang orang kecil? mau bilang apa? 'ada uang ada barang',begitu? saya bekerja bukan untuk alasan payah semacam itu,hilang sudah rasa hormat saya,Mr.Clarken, saya akan kembalikan besok semua dana yang anda keluarkan untuk penelitian saya selama ini,kirimkan saja semua rincian tagihannya pada saya" pada saat Tasuku akan berlalu,Pria gendut itu menahannya.

"Tunggu sebentar, pikirkan dulu keuntungannya...,bagaimana kalau sekretaris pribadi? sebagai awalnya, kau lihat kan' sekretaris pribadi ku diluar? kau tidak harus memikirkan gaji-nya,bukankah lebih baik kalau ratu kecantikan dunia yang mendampingimu kemana mana daripada upik abu lusuh yang kau bawa malam ini"

BRAAKKK!!

Tinju Tasuku mendarat diatas meja kosong,
furnitur mahal yang terbuat dari kayu pilihan itu melesak kedalam,tampak bekas kepalan tangan ketika Tasuku menarik buku buku jarinya.

"kata kata seperti apapun...masih bisa menahannya...tapi..." suara Tasuku terputus putus saking marahnya.
"kalau lain kali ada yang menghina nya lagi didepanku, siapapun orangnya, akan KUHANCURKAN"
wajah tenang yang kukenal berubah menjadi menyeramkan.
matanya melotot dan memancarkan kemurkaan luar biasa, aku belum pernah melihatnya semarah itu...

apa karena Clarken tadi menyebutku 'upik abu lusuh'...?
kami terobsesi satu sama lain,
dia...Tasuku tidak akan memaafkan itu,aku juga akan merasakan kemarahan yang sama jika ada yang mengatakan hal buruk tentang Tasuku.

Clarken mundur beberapa langkah. Meskipun gemetar,ia tetap berusaha mempertahankan kakinya berpijak.

"ha...hancur katamu? kita lihat saja nanti siapa yang akan hancur, kau akan menyesal sudah menolakku"
rupanya Mr.Robert Clarken keluar dengan terburu buru hingga tidak melihatku.
aku memasuki ruangan itu,aku melihat Tasuku sedang duduk sendirian diatas meja kosong dengan wajah sendu, sambil memandangi buku jarinya yang memerah.

"apa itu sakit?" Tanyaku menghampirinya,Tasuku tampak kaget melihat kemunculanku,tapi aku sama sekali tidak bisa menahan diri agar tidak memeluknya...
aku menyentuhkan jemari Tasuku ke pipiku,mencium tangannya pelan, Tasuku tampak senang dengan apa yang kulakukan,
disentuhnya pipiku lembut sekali dengan tangannya.

"cuma segini,kok...aku masih harus belajar dari Kakak,nih..."
jawaban Tasuku menghapuskan kekhawatiran di dadaku, dia tidak akan pernah berbohong padaku,aku tahu...
sama seperti aku tidak akan pernah berbohong padanya.

"eh,Tasuku...mengakhiri kerja sama dengan orang itu?" tanyaku lagi.

"kau...dengar,ya?"

"sedikit..." jawabku sambil menundukkan wajah, aku sudah menguping,dan aku sangat malu,maaf,yaa...Tasuku...

"maaf...Daina..." aku mengangkat kepalaku, kok?

"kenapa malah Tasuku minta maaf?! harusnya tadi kau pukul hidungnya sampai patah!"

Tasuku tersenyum malu malu mendengar komentarku.
aduh! apa aku terlalu bersemangat?!

"Daina..." ia memanggil namaku lagi,dengan suara yang menggambarkan dengan sangat jelas,bahwa saat ini dia sedang jatuh cinta "maukah jadi istriku?"

aku tertegun,
"apa harus dijawab sekarang,Tasuku...?"

"itu kan' namanya kejutan...,lagipula seperti tiket taman bermain yang diberikan tiba tiba, mana mungkin ditolak,kan?"
gawat...dia tahu itu, dia tahu aku sangat mendambakannya...

"kalau ternyata ditolak,bagaimana?" Raut santai di muka Tasuku menghilang sesaat.

"kalau ditolak" katanya lagi "aku akan memohon, kalau perlu aku akan mengemis cinta padamu,supaya kau mau jadi istriku"
Tasuku betul betul berlutut dihadapanku,
aku semakin salah tingkah,
tentu saja aku mau! tadi aku kan' cuma bercanda saja...

"Tasuku,berdiri...aku...tidak enak..." aku seperti orang bodoh saja.

Tasuku berdiri dan menatapku tajam,tidak ada siapa siapa diruangan yang kosong ini,kenangan penting yang hanya jadi milik kami berdua.

"Daina Amare...,menikahlah denganku"
Saat kata kata terakhir tadi diucapkan oleh Tasuku,aku sudah merasa bahwa kaki ku tidak berpijak dibumi lagi,segala hal tampak begitu terang dimataku,
Tasuku mendekat untuk menahan tubuhku yang linglung,memelukku didadanya yang bidang.

"aku...bersedia..." ujarku perlahan

"aku sudah tahu,kok,Daina pasti bersedia," Tasuku tertawa lepas,aku mencubit lengannya pelan,ia mengaduh dan mempererat pelukannya,
meskipun aku sama sekali tidak menangis terharu, tapi Tasuku mengerti...


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:00 am

02:
______________________________________

GOD,PLEASE LET HER STAY IN MY SIDE...

_____________________________________________
__________________________________________________


Ari


Pertempuran diperbatasan Irak
(LANJUTAN)
___________________________________



"Prajurit Paladin,bertempurlah dengan mengingat beban yang diserahkan di pundak kalian,bertempurlah dengan mengingat kematian didalam setiap detak jantung kalian, karena kalian bisa kehilangan nyawa kapan saja"

Kalimat pak tua Alexander boraknitchov kembali terngiang ditelingaku. Yah,kasarnya, yang ingin dia katakan adalah : "bersiaplah untuk mati,pecundang"
tapi kalau jujur,adakah manusia waras didunia ini yang merasa bahwa dirinya sudah siap menghadapi kematian?
walaupun tahu semua manusia pasti mati pada akhirnya, setidaknya aku tidak mau mati sia sia,
sekarang.

"menyerahlah,atau kau tak akan tersisa sedikitpun" Stast menyarankan.
Ratusan ghoul kelaparan meluncur mengerubutiku tanpa henti dari segala arah, rasanya berat sekali memberikan perlawanan tanpa terluka sama sekali,apalagi tanpa senjata...!
aku melompat setinggi yang aku bisa untuk meraih potongan kayu penyangga dilangit langit,mengelak dari enam atau tujuh ekor makhluk bersayap itu yang mencoba melubangi ususku dengan cara bergelantungan,
enak saja mereka ingin menjadikanku makanan,setidaknya mereka harus berusaha keras terlebih dahulu.

"sayang kalau harus jadi santapan" Mata Stast mengikuti tiap gerakan yang kulakukan dengan bergairah,tapi aku tidak punya waktu untuk menebak apa yang sedang ia pikirkan,
pria sinting yang tidak bisa mati!

Aku meluncur turun dengan mulus, menjatuhkan diriku diatas salah satu undead bersayap yang sedang terbang dibawah kakiku,
muncul,
kegilaan menyenangkan membuat mereka tercerai berai, aku menangkap salah satu ghoul dan mencabik sayapnya,rapuh...
hanya material padat yang tanpa daya, tidak punya kemampuan lain selain menyerang,dan lengah,tentu saja.


kiiikkkkk!!!!! kiiikkkkk!!!!!
mereka berkicau seperti burung, kelelawar malam... atau elang pemangsa,
wujud mereka adalah manusia kelelawar besar,
dengan ukuran tubuh nyaris sebesar anak usia 10 tahun, kulit abu abu pekat, tangan yang terhubung dengan sayap mereka, dan kepala botak jelek,

aku melemparkan bangkai ghoul ditanganku sejauh mungkin, darah yang berceceran itu menarik perhatian sesama nya,
syukurlah yang memburuku berkurang sepertiga.
aku menarik mangsaku selanjutnya, dan memisahkan tubuh mereka hingga hancur berkeping keping,
hal yang sama kulakukan berkali kali, aku tidak peduli berapa kalipun,selama tubuh ini masih bertahan...
mungkin dalam sepuluh-lima belas menit terakhir aku telah menghabisi empat sampai enampuluh ghoul sekaligus,

tapi jumlah mereka seperti tidak ada habisnya,
terlalu banyak!

sial! titik lemahku!
aku tidak sempat menghindar saat ada seekor ghoul yang menjadikan ubun ubunku sebagai targetnya.
kalau hanya menyerang dari depan,aku bisa menahannya,
satu hal yang kuingat saat bertarung dengan ghoul,
pancing mereka agar menyerang dari depan, mereka bodoh, jadi gunakan akal sehatmu untuk memancing mereka dari bagian depan!

bicara sih, mudah saja...

sebatang panah besi melesat dan melubangi kepala ghoul itu,sebelum ia sempat melubangi kepalaku juga.
aku menghindar dari ghoul yang jatuh dengan otak berhamburan, menendangnya hingga kawanan ghoul lain mengejar bangkai mati itu bersemangat.

"butuh pertolongan?" Ryo muncul dihadapanku bagaikan hantu, dilengan kanannya telah terpasang bowgun favoritnya, ia melemparkan pedang yang panjang dengan gagang perak berukir.
senjataku.
ia menemukannya, Ryo tidak menunggu jawabanku,ia juga melempar tabung kaca berukuran kecil dengan jarum tipis diujungnya,aku bergegas menyimpannya di saku jaketku,

sempat kulihat Umar ditengah kekacauan itu,dan,astaga! ia menggunakan fire launcher dan menyemburkan api kesana kemari,menghalau undead kelaparan itu,juga melindungi dirinya sendiri.
Ryo memang keterbelakangan mental menyuruh anak kecil begitu bertempur.

"kuserahkan padamu,Ryo"
Ryo mengangguk, mencabut belati dari pinggangnya dan melemparkannya pada undead yang berada paling dekat,makhluk itu menggelepar meregang nyawa.
aku percaya pada Ryo,jika berdua, kami tak' kan kalah,dan kami tidak pernah kalah!

"STAST!!!"
Aku berlari sambil meneriakkan nama musuh besarku,
undead itu telah menungguku,sikap tenangnya menujukkan kebesarannya sebagai raja...
sang penguasa kematian.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:01 am

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________
_____________________________________________


"Stast!"
kutebaskan pedangku,aku menajamkan mata saat sesuatu yang keras beradu disana,diikuti percikan bunga api,
Stast memberikan perlawanan, dan lengannya telah bermutasi,sebentuk tulang kokoh padat mencuat dari dalam lengannya-lebih mirip tombak daripada anggota tubuh-telah menangkis seranganku.
aku berputar kebelakangnya, mengincar bagian leher,tapi sang raja undead itu begitu gesit,
aku melompat kaget,satu tangannya yang lain nyaris saja sampai ke tenggorokanku, nafasku tercekat,
tak semudah yang kubayangkan.

"padahal kalau kau bisa tergores sedikit saja sudah cukup"
Stast memperlihatkan jari jari tangannya,bukan kuku yang kulihat di ujung jari yang pucat tersebut,melainkan tulang yang sangat tajam,
seperti pisau, anugerah kejam yang hampir saja merenggut nyawaku.
wajahnya yang semula agak malas kini menampakkan aura menantang.

aku maju dengan kecepatan penuh, pedangku kembali beradu dengan tombak mematikan itu,
hanya ada satu yang kuperhatikan sekarang,
Stast lebih fokus melukaiku daripada membunuhku, serangannya sebagian terlihat ringan,tapi sulit dihindari.

"jangan main main!" aku mulai kesal sekarang,tapi harus kuakui ia berhasil, melancarkan tendangan kebagian perutku,dengan kaki yang keras seperti batangan besi itu.
aku terduduk,sakit!
kapten divisi utama Paladin,tidak lantas menjadikanku tahan pukul.
secepat kilat aku mengusai rasa sakit teramat hebat yang membuat ulu hatiku berdenyut hebat,kugenggam pedangku,
menusuk bahu Stast.

kena!

Stast tampak kaget, aku mencabut pedangku dan menunggu sambil menjaga jarak, menyaksikan darahnya tidak berhenti,

"kuat sekali,Aryanov Gabriel," Stast memandangi darah keperakan yang mengucur dari luka dibahunya,
luka itu menutup.
"baru kali ini aku dipermalukan seperti ini"

"aku akan memberikan luka yang lebih besar lagi, akan kupisahkan tubuhmu hingga kau tidak bisa beregenerasi!" aku menyentuh bagian perut dimana Stast berhasil menyarangkan tendangannya.
masih terasa sakit,tapi kurasa tidak apa apalagi...

dengan pedangku menahan salah satu lengannya yang seperti tombak itu,kuhantam tulang pinggul Stast berharap dapat menebasnya disana,
tapi sesuatu yang lain keluar,membuatku terlonjak menghindari nya secara reflek,

"lintah sialan,apa saja yang kau sembunyikan ditubuhmu itu?!" aku memaki.
generasi pertama memang hebat,
sekuat apapun aku,tapi melukainya tanpa terluka sama sekali,tentu saja tidak mudah,aku seperti mainannya.
kami kembali saling menyerang, berusaha saling mendaratkan pukulan, tinju kami membentur satu sama lain,
tidak dapat kuhitung berapa kali aku nyaris terkena pukulannya,atau dia yang nyaris celaka diujung pedangku.
akhirnya,
kepalan tanganku berhasil membobol pertahanan si vampir, yang terpelanting membentur dinding batu,

"Satu-satu...,Draw..." kata Stast menghapus darah disudut bibirnya,

"sekarang,iya" ujarku setuju.

aku tersudut menghindari setiap desakannya, terhuyung mundur, kini balik aku yang terdesak,menangkis serangan beruntun itu agar jangan sampai menghancurkan tengkorak kepalaku.
setiap sentakan yang dilakukan oleh Stast membuat tanganku kesemutan,
akhirnya aku tidak tahan lagi,

detik berikutnya, tulang keras itu menghantam wajahku, bersamaan aku memutuskan satu lengan sang raja undead dalam satu tebasan pedangku.
kami sama sama mundur,rasanya aku kehabisan nafas...

wajah Stast yang pucat semakin memucat, memandangi onggokan basah dilantai batu,yang semula adalah lengannya,
aku tersenyum puas.

"bagaimana mungkin...kau yang manusia biasa bisa melakukannya sampai sini?" tanya Stast penasaran, ia menunjukkan minat yang begitu besar. "sampai dimana kau akan membuatku terkejut,manusia?"

"entahlah," jawabku tersenyum,sembari berdiri tegak memasang kuda kuda "latihannya,seperti neraka" kubentangkan pedangku sejajar dengan alis mata.
Pertahan.

"aku punya usulan" ia sengaja bicara terus untuk mendapatkan waktu yang cukup agar dapat beregenerasi kembali,pikirku.
"seberapa kemungkinannya kau dapat mengalahkanku?!"

"sebesar kemungkinan aku dapat menang darimu" tanpa menghiraukan apapun aku melompat-nyaris terbang-kearahnya,
Stast mundur menghindar,tapi terlambat, pedangku menoreh bagian dadanya sangat dalam, ia tampak berang,tapi masih dapat mengendalikan emosi,

"aku ingin kau...jadi penerusku" pintanya. Darah yang keluar dari tubuhnya semakin membanjir,aku tahu ia sudah mulai melemah.
tapi aku terbelalak mendengar apa yang baru saja diucapkan olehnya.

"apa maksudmu?"

"kau...lawanku yang terkuat selama ini,bahkan lebih dari orang tua menyedihkan Alexander Boraknitchov yang selalu gagal membunuhku, tiga puluh tahun terakhir, kau adalah bibit unggul yang mungkin tidak akan pernah terlahir kembali seratus tahun mendatang"
"jadilah raja bagi kami,aku akan tunduk dibawah perintahmu,calon pewarisku,tubuh yang takkan menua,tak bisa membusuk,jika bukan karena senjata tertentu dan orang tertentu,tak'kan bisa melukainya..."
"dan keabadian...SURGA yang diimpikan semua orang,hanya mereka yang terpilihlah yang dapat mencapai tingkatan tertinggi dalam ilmu pengetahuan diseluruh jagad raya ini"

orang ini gila.

"Kau itu cuma alat" bisikku, "sesuatu yang tidak kubutuhkan,bicaralah sesukamu,jangan pernah mengharap aku akan bersedia masuk dalam ikatan hina dan kekuatan rendah mu yang menyimpang dari hukum alam"

hanya alat, ucapanku itu tentunya amat mengganggu Stast.
"kenapa kau katakan hal semacam itu? kau tidak tahu apa apa..."
ia mulai bereaksi, semua bagian bola matanya berubah menjadi hitam,bahkan dibagian yang seharusnya berwarna putih.

"yang kupercayai,semuanya hanya palsu!" ia menyeringai seram padaku.
"kau tidak tahu apa apa! aku akan memaksamu mengetahuinya!"

ia menyeruduk kearahku,tenaganya sangat besar hingga aku terlempar,jatuh berdebum dilantai batu dingin yang langsung retak menahan berat badanku.

"aku akan membuatmu tahu,bahwa aku tidak menyesal,aku tidak pernah menyesal!"teriaknya,tertawa membahana seperti orang gila.

Ryo yang bertarung melawan pasukan Ghoul dibelakangku menampakkan wajah sama terkejutnya.
kekuatan sang raja undead meningkat berpuluh kali lipat.

baik, aku tidak takut,mari kita bertaruh.
jika aku mati sekarang,berarti hanya sampai disitulah batas kemampuanku,

mulai kini aku pun bersungguh sungguh.

***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:04 am

(LANJUTAN)



Ari

______________________________________
________________________________


"Jika kau tidak mau ikut bersamaku,maka biar aku yang akan memaksamu!"
dalam sepersekian detik setelahnya,
hanya ada kilatan sinar yang menyelimutiku,
pukulan beruntun dalam kecepatan cahaya yang tak bisa tertangkap mata.

Urrrggghhh!!!!

rasanya semua persendianku lepas!
kucoba membalasnya,tapi selalu gagal,berserk...
kelihatannya sang raja berada dalam kondisi terbaik,sekarang,situasi berbalik...!

ia menerjangku,dengan hanya satu lengan yang tersisa,tidak kusangka ia bisa melakukan semuanya,semua yang lebih dari yang bisa diharapkan seseorang jika bertarung hanya dengan sebelah lengan.
aku terpental keudara,saat yang bersamaan,kilatan itu menyerangku lagi, memukul seluruh tubuhku hingga tulang tulangku seakan remuk tak bersisa,

aku ingin membalasnya,tapi terlalu cepat, aku kembali tersuruk jatuh, rasa sakit yang semula kurasakan berganti jadi kebas.
dengan kekuatan yang sudah sampai batasnya, aku kembali bangkit.

"kuatnya..." desisku, "apa kau sudah puas,sekarang?!"

Stast the origin,dengan bola mata hitam kelam,menungguku berdiri tegak, tidak mengenakkan sekali setelah dihajar habis habisan oleh seorang kaisar undead.

"datanglah..ke tempatku,Aryanov...ke sisiku" ia merentangkan tangan "hanya itu yang dapat menyelamatkan nyawamu sekarang, hanya aku"
ia tersenyum,dewa yang menipu.

"aku tuhanmu,akulah hukummu sekarang," katanya"datanglah, pewarisku"

"kalau aku datang padamu,apa yang bisa kau berikan padaku,setan!" meski dengan tubuh penuh memar, aku masih saja menyerangnya,ia berkelit, rasa sakit dan separuh tubuh yang mati rasa menghalangi jarak pandanganku,
ngilu luar biasa merayap di tulang belikatku,saat lengan Stast yang sekeras besi itu menghantamnya, satu,dua,tiga,lebih dari enam pukulan dalam saat bersamaan!

aku terbanting dengan kepala membentur tanah,memuntahkan darah segar,
sial!

sebentar lagi...ia akan melukaiku sebentar lagi...
sebentar lagi...pasti!

menghindari luka luar,aku justru mendapat banyak sekali luka dalam.
ia menghampiriku,harus cari akal...
aku harus melakukan sesuatu pada rasa sakit merepotkan ini!
dia datang!
datang!

Stast meraih pedangku,dan menyorongkannya keleherku,aku masih tidak dapat menggerakkan satu jaripun...
aku tidak ingat pernah sepayah ini sebelumnya,
undead itu menatap langsung pada mataku, mata yang perlahan kembali normal dengan kornea merah seperti delima.

"aku telah menunggu nunggu saat kau datang padaku..." ucapnya mesra merayu.

ia mendekat mencengkeram leherku,menjatuhkan pedangku, aku menunggu saat saat pedangku akan berdenting jatuh dan gigi taring beracun itu merobek kulitku...

"kakak! mama dan papa jadi aneh!"

"Tasuku,lari...! itu bukan mama dan papa!"

"kakaaaaakk...! tolong,aku takut! mama menarik kaki ku! mulut mama berdarah..."

"Tidak!" teriakku sekerasnya, tepat pada saat pedangku berdenting jatuh, Stast terkejut dan melepaskan ku, meraih pedang itu dan dengan gerakan amat cepat akan menusukkannya padaku

"kakak! aku takut!"

aku menangkap benda tajam yang akan segera mencabut nyawaku itu dengan tangan,untunglah tidak ada sedikitpun darah Stast yang menempel pada senjata Paladin yang diciptakan khusus itu,
tapi tetap saja luka robek ditanganku amat parah.

"bodoh...!" Stast tidak dapat mengalihkan pandangannya dari darah yang meleleh pada tanganku,
lengannya yang hilang mempercepat pertumbuhannya, tapi sang raja kehilangan kontrol!

ia menyerangku membabi buta, aku seakan mendapatkan seratus baterai tambahan ditubuhku, kesakitan yang membuatku menderita lenyap sudah!
kucengkeram tubuh Stast yang sudah tidak dapat lagi menebak semua gerakanku, kuhempaskan ia tanpa peduli aku akan terbanting bersamanya,
ia menggebrak lantai batu yang hancur berkeping keping,

dan aku memutuskan tubuh sang raja jadi dua,
ia tampak sangat terkejut,
aku menginjak bagian kaki yang menggelepar itu, masih hidup!
Stast menatapku,dengan tubuh terputus hingga hanya bagian perut keatas yang merayap seperti hantu di film film horror, matanya melotot, sementara darah itu...tidak berhenti keluar!
semua organ dalamnya berhamburan keluar,bersama darah keperakan mengilat.

"Aryanov gabriel..." katanya lembut.

"aku akan selalu mengingatmu sebagai satu satunya orang yang pernah mengingatkanku rasanya kengerian dan ketakutan,terhadap MATI"


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:06 am

(LANJUTAN)


Ari

___________________________________________
_________________________________


Tubuhku sendiri juga, dipenuhi luka memar, tapi masih lebih baik karena tidak ada bekas luka milik undead.
Bayangan memuakkan itupun sirna dalam sekejap.
aku membencinya, tapi harus ku akui,kekuatan nya lah yang menyelamatkanku,
kekuatanku yang berasal dari masa lalu,hari terburuk sepanjang hidupku yang paling ingin kulupakan,
urat urat dikepalaku terasa berdenyut memusingkan, tapi berkat itu,separuh dari badan Stast tidak dapat digerakkan lagi.
Raja undead itu kehilangan banyak sekali darah dari luka dahsyat yang kubuat,dan tampaknya sudah tidak punya tenaga apa apa lagi.
saatnya melakukan tugas terakhir,sentuhan terakhir.
telunjukku masih gemetar saat meraih tabung kecil yang kusimpan dalam jaketku,hancur,jelas saja...

Ryo melemparkan penggantinya dengan seringaian mengejek sambil melepas kepala ghoul seperti memisahkan borgol dan kuncinya.
"menang,ya,kapten!"
aku tersenyum lemah,berjalan tertatih menuju tempat Stast tersungkur.
raja undead itu menantiku, wajahnya menengadah,
matanya terpejam saat aku jarum kecil itu menusuk dagingnya yang telah mati. Darah merembes memenuhi tabung kecil itu, warna yang indah seperti berlian yang dicairkan...

"lakukanlah, kami bukannya tidak bisa dibunuh..." ia menatapku nyalang, hanya mata itu satu satunya hal yang kelihatan hidup darinya sekarang.

"apa permintaan terakhirmu, undead?" ujarku, mengulangi apa yang pernah ia ucapkan, Vampir yang tak berdaya lagi dihadapanku itu menutup matanya.
darahnya sudah hampir habis,sekarang.

"hampir semua yang kuinginkan telah kumiliki,tapi alangkah suatu kehormatan besar jika aku dapat mendengarkan kotak musikku lagi..."
dan ia tak dapat mengulangi apa yang pernah ia ucapkan selamanya.

aku meraih orgel yang terletak dikursi kosong tempat Stast the origin duduk semula, membukanya, dan musik yang seperti mars pemakaman itupun mengalun,entah kenapa sekarang kedengaran sangat lembut ditelingaku.
aku melemparkannya ke dada Stast.
mata yang tertutup bulu bulu lentik itu membuka.

"sekarang, matilah, undead" aku mengangkat pedangku, yang bersinar tertimpa cahaya bulan,
sekarang, penggal kepalanya dan semua akan berakhir!

suara tembakan meletus,
aku melompat menarik pedangku,tapi terlambat,

"Ariiii!" Teriak Ryo histeris, ia sampai melupakan tugasnya menghalau para Ghoul,tapi makhluk itu tampak sama membatunya,

aku terhuyung mundur,mendengar suara keras,
langit langit diatas kepalaku terlepas,dan muncul monster raksasa yang menghempaskan bagian atas bangunan itu,setelah menghancurkannya jadi seribu bagian.

Ryo berlari menghampiriku,diikuti Umar sebagai tamengnya, menembakkan fire launcher kearah Ghoul yang berada dekat dengan mereka.
aku mengangkat wajahku,bertopang pada kesadaranku.
bahuku...tertembus peluru.

"tahan dirimu, Paladin!"
Wanita berambut panjang berlari menyergap tubuh Stast, dari kecepatannya, gerakannya,kecantikannya, dan mata merah semerah batu delima itu tahulah kami,bahwa ia pun seorang undead.

"Luciferina..." desah Stast dengan penuh cinta"Saudariku..."

"diam,kau,Stast! dasar kau memang telah uzur!" "kita pergi sekarang" saat ia membopong tubuh Stast, baru kami semua menyadari, makhluk besar menggantung diangkasa itu, pada kakinya yang kuat terlihat bagian bangunan yang seharusnya adalah atap ruangan tempat kami berada sekarang.
rupanya makhluk itu telah menariknya hingga terlepas.
usaha yang bagus.

"kita akan berjumpa lagi,Paladin" seru si undead betina,sebelah tangannya merayap meraih dinding, seperti laba laba ia merayap sementara tangannya yang satu lagi mengepit tubuh rajanya yang tercerai berai.
ia mungil dan ramping,
dengan ringan melompat ke punggung monster besar itu, kini aku dapat melihat dengan jelas, perwujudan mimpi buruk tersebut,
kelelawar raksasa,sayapnya membentang, dan mataku tak bisa lepas memperhatikan siluetnya dikeremangan malam.
seperti datang dari dalam cahaya bulan purnama.
perlahan tapi pasti sayapnya terangkat, membawa pergi kedua undead yang menjadi tuannya, aku masih sempat melihat senyum Stast sementara ia menempel di tubuh rekannya,diantara lukanya,muncul gelembung gelembung pertanda regenerasi telah dimulai, dia hanya tinggal mencari darah sebagai sumber kekuatannya,menjijikkan.

"khh!" rasa benciku menggelegak, aku mencoba berdiri hendak mengejar mereka, Tapi Ryo menahan gerakanku.

"jangan,Ar...! Percuma saja melakukannya, kau sedang terluka, tidak menguntungkan memulai pertempuran!"

"Tuan! senjata ini...bahan bakarnya hampir habis!" teriakan panik keluar dari tenggorokan si kecil Umar, Ryo melesatkan panahnya pada ghoul yang mendekati kami.

"bertahanlah bocah, kita keluar sekarang"

Tampaknya Ryo sudah tahu jalan keluar tempat ini,sambil membimbingku, ia menarik pistol dari dalam jaketnya sendiri, menembaki ghoul yang tersisa.
aku menebas beberapa yang mengincar lukaku yang tidak berhenti mengeluarkan darah.

"bagaimana cara kita meloloskan diri?" tanyaku.

"ada heli besar milik tentara pemerintah Irak diluar,para tawanan yang selamat tanpa terinfeksi juga ada didalamnya"

"kau tinggalkan mereka tanpa penjagaan?!" aku melotot.

"apa kau pikir aku sebodoh itu? aku memasang jebakan laser disekeliling, bisa kuatur penonaktifannya agar kita bisa lewat,aku memegang pengontrol jarak jauh" partnerku yang cerewet menunjukkan alat pengontrol kecil yang terpasang di bagian dalam jaketnya.

tiba tiba aku merasakan sesuatu yang lain,

"tubuhku mati rasa,Ryo...,kurasa peluru yang ditembakkan wanita undead tadi juga mengandung Virus..."


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:07 am

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________________
_________________________________________


Ryo mengeluh tanpa suara, mengangkat sebelah lenganku lalu disampirkannya dipundaknya.

"tidak mungkin, cepatlah,Ar...,Kita sudah dekat,bertahanlah dulu,vaksin yang diberikan Tasuku ada bersama kotak peralatan didalam heli"
diseretnya tubuhku.
beberapa Zombie yang mencegat kami langsung terbakar lewat semburan api milik Umar.
ada juga mayat hidup yang masih bisa bergerak meski berselimut api.
Ryo menancapkan panah besinya didahi si undead.

Akhirnya kami berhasil mencapai pintu keluar dengan selamat.
aku melihat helikopter besar ditengah lapangan yang luas,
juga terlihat olehku ratusan mayat hidup menyeret langkah mereka menuju kearah kami dan sebagian mencoba melewati pagar kawat pembatas ditepi lapangan itu.
ketika seekor ghoul terbang rendah menukik mengarah pada heli, secara otomatis jebakan laser menghancurkannya jadi seribu keping, bahkan meskipun ia hanya berjarak lima meter dari heli besar itu.
tapi aku sudah tahu bahwa teknologi kami yang lebih praktis dan canggih daripada ranjau darat tersebut hanya bisa bertahan beberapa jam.

"lima...ah,tidak,tiga detik saja,Ryo!" teriakku.
Ryo mematikan jebakan laser agar kami dapat lewat dengan aman.
tapi tanpa pertahanan,kami sama saja seperti menunggu ajal.
para zombie,ghoul,dan banyak jenis undead lain berlomba menerobos dan menerjang kami.
Ryo telah mencapai gerbang heli yang terbuka lebar.
menaikkan Umar terlebih dahulu.

"ayo,Ar...,sedikit lagi!" katanya memapahku naik, pada saat bersamaan seekor ghoul terbang rendah diatas kepala kami.
dengan sigap Ryo memanah jatuh makhluk itu.
pintu menutup dengan cepat.

didalam heli telah penuh sesak berisi para tawanan.Sebagian besar merupakan wanita dan anak anak...
aku duduk lemas didekat kokpit sedangkan Ryo mengendalikan kemudi.
"siap siap" katanya padaku."aku akan mengemudikan benda ini, kau,Ari, jangan bergerak satu langkahpun atau kau akan kujatuhkan kebawah"

aku tertawa melihat caranya mencemaskanku.
heli beranjak perlahan.
para undead tertinggal jauh dibelakangku,
sesaat aku dan Ryo berpandangan ketika kami telah membubung sangat tinggi diudara, Aku mengangguk mengiyakan.
Ryo menekan tombol tertentu dan menjatuhkan bom berkekuatan besar kearah bercak kecil jika dilihat dari udara yang semula bekas penjara sipil tersebut.

"hancur jadi satu dalam lautan api..." katanya tersenyum.

Setelah bajuku dilepas, ternyata luka yang kuderita terlihat lebih parah dari luka tembak biasa. Daging disekitar bahuku berwarna putih lunak.
Umar memanaskan pinset memakai pemantik-cara kuno tapi efisien-sementara aku mengelap dadaku menggunakan cairan antiseptik.

"kenapa dia terlihat begitu marah?" tanya Umar, bola matanya melirik Ryo.

"karena aku ceroboh, Ryo selalu bilang hidup harus diperjuangkan"
Umar merenung memikirkan jawabanku.

"apa semua anggota Paladin sekuat tuan Arya?"

"uhm...,Ari" ralatku "banyak yang lebih hebat,tapi rata rata dalam segi kecepatan,kekuatan,dan keterampilan seni beladiri,kami sudah diatas manusia normal" ujarku malu malu.
kenapa aku harus merasa tidak enak mengatakan hal seperti ini?

"tuan tidak akan berubah jadi undead,kan?" ditatapnya lukaku ngeri.

"tidak akan" janjiku "kami punya kartu As"
Umar telah selesai mensterilkan pinset,ia akan menyerahkannya padaku.

"anda yakin bisa mengerjakannya sendiri?!"

"kalau kau mau membantu..." sahutku.
aku tidak nyaman harus menatap darahku sendiri, atau mengorek lukaku sendiri.bodoh sekali.

Umar memasukkan pinset itu kedalam lukaku,mataku berair.
aku tidak menangis,tapi benar benar perih...
saat ujung pinset itu akhirnya menemukan peluru yang bersarang dibahuku, Umar perlahan menariknya keluar,aku menjerit tertahan.

"arghh! sialan!" aku menyumpah nyumpah saat akhirnya benda terkutuk itu keluar dari dalam dagingku.
Umar menuangkan lebih banyak cairan antiseptik untuk mengompres luka ku.

"almarhum ayah saya adalah seorang dokter,saya sering membantunya seperti ini," ia bercerita dengan bangga.

"ibu dan adikmu selamat?" tanyaku.

bocah itu menjawab dengan pandangan mata melirik pada wanita tua dan anak perempuan kecil yang terduduk disudut,

aku ikut senang mendengarnya.

"nah,untuk yang satu ini biar kulakukan sendiri" aku mengambil pemindai dari dalam kotak obat.mengarahkannya pada kornea mataku dan alat itu segera menganalisa tingkat kerusakan ditubuhku.

tertera tulisan:

Permintaan diterima,
telah terdeteksi virus,presentase, 2%

Sialnya aku, seumur hidup bertempur baru kali ini terluka sampai terinfeksi segala,selanjutnya aku mengeluarkan vaksin darurat yang diberikan Tasuku, tadinya aku menolak membawanya,
serum ini belum diujicoba pada manusia, tapi Tasuku tetap bersikeras aku harus membawanya, sepertinya ia benar benar yakin pada kemampuannya itu.

Well,kita bertaruh kembali sekarang,
aku membebat tanganku sendiri keras keras, menyuntikan serum itu ketubuhku,dalam beberapa detik,kehangatan menjalar melewati urat nadiku.
mengalir bersama darahku,anehnya, lukaku yang semula pucat tampak memerah dan terlihat segar-aku tidak tahu bagaimana menyembutkannya-tanpa sedikitpun terlihat tanda tanda pembusukan atau hal mengerikan lainnya.

aku menunggu beberapa menit sampai serum itu bekerja seluruhnya.

"jadi itu penemuan adikmu? benda yang hebat..."celutuk Ryo dikursi kemudi,
aku mengangguk perlahan.

"tapi ini belum sempurna, Tasuku bilang hanya bisa menyembuhkan infeksi dengan presentase terbanyak sebesar 30%"

aku telah menunggu hampir lima belas menit saat akhirnya kesabaranku habis.
kuarahkan kembali alat pemindai itu ke mataku,
alat itu men scan sejenak.aku menanti dengan berdebar.

"nol persen" ujarku memperlihatkan hasilnya pada Ryo.
Ryo mengintip dari balik alisnya yang lebat sebentar,meski tidak tampak,aku juga menyadari ketegangan yang ia rasakan.

"hah! untunglah,kukira aku terpaksa menembak kepalamu..." ejeknya,raut wajahnya tampak lebih santai sekarang,

"apa yang terjadi dengan anggota Paladin yang terinfeksi?" Tanya Umar.

"hanya ada dua,pertama, minta partner mu membunuhmu,atau kalau tidak ada,bunuh diri"
Umar menelan ludah mendengar penjelasanku.
bahkan menembak temanmu pun terasa sulit bagi orang biasa, apalagi menembak dirimu sendiri.

"tidak ada yang perlu dicemaskan,kami sudah mengurus virusnya, Ari sudah tidak apa apa" kata Ryo.

Bocah itu memandangi aku dan Ryo bergantian.

"ngomong ngomong kita...mau kemana?"

"kita menuju ke base camp Paladin,tidak jauh dari sini-heli tua ini mungkin saja tidak sanggup mengantar kita semua hingga ke tujuan-setelah itu,Rusia,Markas besar kami ada disana, disana juga daerah bebas dari jajahan undead,pas sekali untuk orang orang yang di evakuasi,kalian bisa memulai hidup baru sementara disana" jawabku.

"Tapi ingat ingat kau berhutang nyawa pada siapa,bocah!" kepala Ryo muncul dari balik bangku kokpit "kita lihat bagaimana balas budi mu padaku..." ia menyeringai sok,menyumpah saat aku menepuk kursi pengemudi dari belakang, menimbulkan suara 'buk' pelan.

"kerja yang benar!" perintahku.

"siap! kapten!" Jawab Ryo berlagak gugup.
Umar tertawa, kuperhatikan satu persatu wajah penduduk sipil yang berhasil kami evakuasi,
dan semuanya memancarkan kelegaan.
hanya ini,
inilah yang berhasil kami selamatkan dari ratusan juta penduduk timur tengah,
mungkin Negara merekapun telah bersatu,tapi tetap tidak berdaya melawan jajahan kaum yang tidak bisa mati.
aku ingin bertemu Tasuku,bercerita mengenai kejadian pilu ini padanya, membagi sakit dan kesedihan yang kurasakan seperti kami selama ini,
Adikku,kebanggaanku yang telah melakukan segala yang ia bisa demi suatu tujuan mulia.
akupun tak boleh kalah, karena tak' akan ada surga,kecuali segalanya usai...

Kusandarkan tubuhku seraya memejamkan mata.
aku jarang bisa tenang.
tabung seukuran jari telunjuk berisi darah Stast the origin kugenggam erat di tanganku.


dengan ini misi selesai.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:08 am

Tasuku


Sepuluh Hari Kemudian,
Bali,Negara Perserikatan Asia,Wilayah Indonesia.

________________________________________________
___________________________________________



"Sini,biar aku yang lakukan..."

"Yaaaa! sakit' Tasuku!"
Aku mengambil alih sisir sasak dari tangan si penata rambut, wanita itu mengangguk sopan dan meninggalkan kami berdua saja.
Daina akan menggunakan tatanan rambut yang rumit saat upacara pernikahan,tapi menurut Daina,menata sanggul modern ini,selain tata cara pemasangannya yang sulit karena harus teliti agar detail dan kerapihannya terjaga,juga terasa sakit saat dilakukan.
Daina menjerit jerit waktu rambutnya di disasak oleh si penata rambut.

Aku menyisiri rambutnya perlahan lahan, aku sudah sering melakukan tugas ini untuk Daina dirumah, aku menyukainya.

"kenapa aku harus dibeginikan segala,sih..." Daina cemberut sedih.

"supaya kau terlihat spesial hari ini"

"Tasuku...,apa rambutku tidak bisa di tata sederhana saja?" mohon Daina,matanya menuntutku dari balik cermin rias.aku menghela nafas.

"nanti pakai wedding dress.kan? bagaimana,yaa...,boleh juga sih kalau Daina lebih suka begitu"
calon pengantinku menolehkan wajahnya yang diliputi kecemasan.

"Tasuku suka yang mana?"

"aku suka semuanya...,asal itu Daina,aku selalu suka" jawabku mantap.
Daina terkekeh pelan, ia melirik pada gaun putih bersih yang tergantung di samping meja rias.

Aku telah memutuskan mengikat rambut Daina dengan tatanan yang lebih sederhana,Daina terbiasa dengan aku yang merapikan rambutnya.
sementara aku mengerjakan hal itu,gadisku tak henti hentinya berceloteh,aku mengerti dia bahagia.Karena inilah aku jatuh cinta padanya.
yang paling kusuka dari Daina adalah,dia tak pernah jago berbohong,apapun yang ia rasakan pasti akan langsung terlihat jelas diwajahnya.
baik itu senang,sedih,marah,khawatir,
Daina punya seribu ekspresi yang seperti tidak habis habis dan perbaharui setiap harinya.

"hei...! mesranya,sabar,oi..!" Tiba tiba saja Ryo muncul dari balik pintu, wajahnya berseri seri,dan dibelakangnya ada...

"kakak!" seruku,mata bulat Daina membesar seketika.
Kak Ari berdiri didepan kami,menatapku tak percaya,bibirnya menyunggingkan senyuman dalam yang menyiratkan kedamain.

Jangankan berpakaian semestinya,kakakku ini malah hanya mengenakan Sweater hitam tanpa lengan dengan celana jins belel kesukaannya.
kakak...tidak pernah peduli dengan mode,
dialah kakakku,lain dari yang lain.

"Aku mencari cari di korea,ternyata kau sudah tidak disana lagi dan mengadakan acara pernikahan disini!"
ia memelukku erat dengan pelukan hangat seorang saudara.

"aku tidak disana lagi,kakak sulit dihubungi,sih" Aku belum sempat menceritakan pada kakak kalau aku sudah tidak bekerja untuk C.Corp lagi.

"apa aku masih pantas mengucapkan selamat?" kata Kak Ari setengah bercanda, "aku ingin ada disini,bagaimanapun,ingin lihat kau akhirnya menemukan kebahagiaan sejatimu"

Mataku panas oleh air mata, sekali lagi kudekap erat satu satunya saudaraku didunia ini lebih erat lagi.

"kakak bicara apa..." lirihku "tanpa kakak,hari ini tidak ada artinya"

Kak Ari menatapku tajam.
"Laki laki tidak menangis,Tasuku"

"ah,iya! maaf" buru buru kuseka air mataku yang hampir tergenang "aku sudah melangkahi kakak,nih" candaku, kak Ari tampak tidak terpengaruh

"Wanita populasinya lebih banyak dari laki laki,tidak akan habis dengan mudah, lagipula pria adalah makhluk yang dilahirkan sebagai pejantan yang dikelilingi banyak betina" balas kak Ari mengedipkan mata,menengok ke belakangku.tempat Daina berada.

"ah! hello benda bulat!" sapa kak Ari.
pipi Daina menggelembung sebal.

"apaan,sih...kakak! lagipula,untuk apa datang dengan baju begitu?! nggak punya pacar untuk memilihkan yang lebih rapih,yaaa?"

"lebih baik pakai baju begini,daripada kau nanti..." kak Ari menunjuk gaun pengantin Daina "tidak cocok! kebagusan! daripada jadi balon, harusnya kau pakai celemek saja" balas kak Ari.

"enak saja! Daina bukan balon,tahu! ini lemak bayi!" Daina berteriak histeris.

mulai lagi...mereka kalau berdekatan selalu meributkan hal yang tidak jelas,
aku tertawa tidak sengaja dan mata Daina juga kak Ari melotot kearahku.

"mendukung yang mana?" tanya keduanya bersamaan.

"(wanita)Balon ini?!"

"laki laki tidak laku bau keringat ini?!"

"hentikan..." aku memegangi perutku yang terasa kram "aku bisa mati tertawa,nih!"

Tapi aku tahu,Daina sangat mengagumi kak Ari-terutama karena kakakku pandai memasak-lebih daripada siapapun,
baginya Daina yang sudah tidak punya keluarga lagi,kak Ari bagaikan Oase yang menenangkan hati dikala ia kesepian dan merasa sedih.

Ketika Daina meributkan soal baju yang dikenakan kak Ari, tak sengaja aku melihat bahu kakakku yang terbalut perban hingga sebatas lengannya,
seketika muncul rasa ngeri disekujur tubuhku.

"kak! itu kenapa?!" tanyaku sambil menarik lengan kak Ari bermaksud memperhatikannya lebih jelas.
kak Ari meringis melepaskan peganganku.

"sakit,"katanya,aku langsung menyadari bahu kakakku terluka.

"Tidak apa apa," sahut kakakku pelan, "sebentar juga sembuh,kok,"
Daina ikut memperhatikan dengan muka sama kagetnya denganku, kami berpandangan.

"apalagi vaksin yang kau buat bekerja dengan baik"

aku terbelalak, benarkah? kakak menggunakannya?
"apa benar hasilnya sebagus itu?" tanyaku antusias.

"ya,aku sudah memeriksakan diri,semuanya aman,kok" "kau jenius,Tasuku,aku berhutang nyawa padamu" sambungnya bangga.

"yah,sejujurnya, Dr.Gabriel...," Ryo menyela pembicaraan kami "aku mengantarkan ucapan terima kasih dari organisasi Paladin, vaksin yang kau kembangkan sangat membantu,dan berkat itu juga,kapten kami selamat"
Ryo menyerahkan amplop besar padaku,yang membukanya dengan hati berdebar,
ketika kubaca kalimat demi kalimat yang di ketik dengan rapih yang intinya ucapan terima kasih dan selamat atas pencapaian yang kuraih saat ini,

"yang menitipkannya adalah Alexander Boraknitchov sendiri," Ryo berkacak pinggang "kau kan' ilmuwan,percaya dirilah sedikit" katanya padaku.

"aku akan mengganti pakaianku dulu!" Daina tersenyum manis,"tunggu,ya!"sambil berlari kecil memasuki ruang ganti, ia menjulurkan lidahnya pada kak Ari yang membalasnya dengan mengacungkan jempol kebawah.
kebahagiaanku kini lengkap sudah, kakak yang kupercayai ada disisiku,dan wanita teristimewa yang paling kucintai dalam hidupku,akan segera menjadi milikku seutuhnya,
tak'kan kulepaskan lagi,itulah tekadku dalam hati,aku berjanji akan menjaganya baik baik,

"kalau begitu...," kata kak Ari ketika Daina datang kembali menemui kami dalam balutan busana pengantinnya, aku terpesona melihat kecantikannya yang alami,Tak lama kemudian,kakakku melanjutkan kalimatnya.
"harus ada hadiah pernikahan,ya?" ia mengusap kepala Daina, "kau mau hadiah apa,bulat? snack jatah setahun?" katanya pada Daina,yang tadinya menerima usapan tangan kak Ari dengan senang,kini kembali berwajah masam.

"tidak perlu apa apa!" jawabnya tegas "kakak tidak perlu memberikan apa apa lagi," suara Daina melembut.
"lagipula aku sudah bahagia hanya dengan bersama Tasuku" Daina merangkul lenganku dan bergelayut manja disana,
Kak Ari tersenyum mendengar jawaban polos Daina yang terkesan kekanakan,

"bagaimana,ya! tidak enak juga rasanya kalau tidak memberikan apa apa"
Kak Ari mengeluarkan tabung kaca sebesar jari telunjuk dari saku celananya,
tabung kecil itu berisi cairan merah keemasan bagai matahari senja, yang bergolak ringan karena terguncang saat ia menyodorkannya padaku,
aku tahu itu,aku tahu cairan apa yang berada dalam tabung kristal itu.
Darah undead.

"hmm,warnanya bagus,ya?" kata kak Ari saat aku memandangi benda pemberiannya dengan takjub.

"ini..."

"benar,darah Stast the origin,cuma bisa dapat segitu,tadinya aku dan Ryo ingin memusnahkannya sekalian,tapi dia berhasil kabur" kakakku bersungut sungut dengan tangan terkepal seperti tidak rela.
wajah kak Ari muram,baru kali ini aku mendengar ia gagal dalam misi.
tapi dia berhasil membawa pulang sampel darah sang raja undead,itu artinya dia tidak sepenuhnya gagal.

"ini juga lebih dari cukup,kak, ini data penting yang sangat kubutuhkan dalam penelitianku, aku tidak tahu harus bilang apa padamu..."

kakakku menggelengkan kepala.
"kita sudah bertekad akan berjuang dijalan kita masing masing,kan, kita harus selalu saling mendukung" katanya menyemangatiku.

"maaf..." seorang wanita masuk dan menyela percakapan kami.
"apa anda semua sudah siap...? para undangan..." ia memutuskannya dibagian yang paling membuat penasaran,tapi aku paham.

Aku dan Daina kembali berpandangan.
Daina memasang kerudung pengantinnya cepat cepat,aku membantunya.
rambutnya hanya di tata sederhana,tapi bagiku itu lebih baik.
kak Ari dan Ryo tertawa melihat reaksi Daina yang lamban.

"Tasuku...?" panggil Daina cemas,ia mengulurkan tangannya padaku.
aku menyambut uluran tangan mungil itu,menggenggam tangannya membuatku merasa hidup sepenuhnya.
kami melangkah bersama sama.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:09 am

(LANJUTAN)

Tasuku


_______________________________________
________________________________


"jangan lihat aku...aku sedang tidak ingin..."
Daina menghindari bertatap mata langsung denganku,
aku merasa lucu,karena tidak biasanya dia menyembunyikan sesuatu...

"Daina tidak suka aku?" godaku pura pura merajuk,
Daina membenahi pakaian tidurnya yang acak acakan, melangkah keluar balkon kamar pengantin kami.

"Tasuku tidak mengerti keresahanku" katanya bimbang.

"padahal biasanya kau yang mengajak,tapi kenapa baru kali ini mogoknya,sih?" aku masih berusaha mengajaknya bercanda,tapi melihat tidak ada sahutan dari istriku,aku memutuskan berhenti mengatakan hal konyol dan mendekatinya.

"aku mengerti,tak'kan kulakukan lagi..." kupeluk tubuhnya dari belakang,Daina membiarkanku menggoyang goyangkan tubuhnya dalam dekapanku, seperti anak kecil yang ditimang dengan sayang.

"tanganmu sampai dingin begini..."
ketika aku hendak menyentuhkan tangan Daina ke pipiku,aku terkejut mendapatinya menangis.

"Tasuku...aku boleh tidak mencintai Tasuku lebih dari ini...?" ia bertanya sambil terisak.

"kenapa,Daina? apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu sedih?" aku balik bertanya gugup, menyeka air mata dipipinya.

"semua orang didalam hidupku sudah tiada...,semuanya pergi dariku bahkan ketika aku baru saja merasa sedikit bahagia...,aku takut, aku sangat takut jika suatu saat Tasuku juga akan menghilang! aku tidak mau sendirian lagi!"
"karena segalanya pasti musnah...saat aku mulai mencoba percaya dan bergantung, pada sesuatu atau seseorang...!" Daina memelukku.

"tenanglah,mana mungkin aku meninggalkanmu,aku akan selalu berada disisimu,aku akan menjagamu"

"kalau begitu,maukah Tasuku berjanji?!" pinta Daina.
aku berpikir sesaat,janji adalah hal yang mudah diucapkan,tapi makna yang ada didalam sebuah janji,meski hanya sebaris kata tetap meninggalkan tanggung jawab yang membekas sepanjang hayat orang yang mengucapkannya.
aku hanya berpikir beberapa detik,kemudian melupakannya.
karena sangat sulit mempertimbangkan untung dan rugi pada saat kau mencintai seseorang.

"apa...? aku harus berjanji apa?" aku menyanggupi permintaan istriku,aku terikat sangat kuat padanya,jangankan hanya sebuah janji,apapun yang ia inginkan rasanya aku selalu sanggup mewujudkannya.
aku membutuhkannya seperti manusia memerlukan nafas.

Kubelai Rambut istriku dengan penuh kasih sayang, Daina menatapku dengan matanya yang seperti fajar itu,mencoba mencari jawaban langsung dari mataku.

"kau akan membawaku kemanapun kau akan pergi,apapun yang terjadi,selamanya akan bersama?"

"Daina..." kukira permintaan macam apa yang ingin diucapkannya,ternyata hanya masalah sepele seperti itu...

"cepat jawab,Tasuku! aku tidak bisa menunggu...!"

tubuhku bergerak sendiri,meraih Gadis itu kedalam pelukanku.
Tuhan...,aku mencintainya...

"kenapa bertanya begitu? Daina meragukanku?"

"jawab saja!" desaknya sambil menyembunyikan wajahnya di dadaku.

"kemanapun bersamamu" aku mengucapkannya sungguh sungguh.
kucium bibirnya,
satu satunya hal yang bagaikan candu bagiku.

Tuhanku...,mungkin kau akan marah karena aku mencintai makhlukmu melebihi segalanya seperti ini,juga melebihi seluruh kerajaanmu didunia yang fana ini maupun nirwana nantinya,bahkan melebihi hidupku sendiri,
mungkin kau akan menurunkan banyak cobaan terhadap cinta yang gila dan tidak wajar ini.
aku memuja wanita ini,sama seperti aku memujamu,wahai Tuhan...
mungkin kau akan menyesal telah menarik sebatang tulang rusukku demi untuk menciptakannya.
tapi ciptaanmu ini teramat indah,hingga rasanya akal sehatku ini tak dapat lagi kukendalikan jika aku kehilangannya,
mungkin ini adalah permintaan paling egois dalam hidupku,tapi kumohon,Tuhan...

Pencipta seluruh alam semesta ini,
tolong biarkan aku berada selamanya disisinya, tolong jangan kau cabut nyawaku pada saat ia membutuhkanku disampingnya,
berilah aku kekuatan agar aku dapat melindungi dan mengasihinya sepanjang hidupku, dan aku akan menjaganya melebihi apapun,atau siapapun.

didunia ini,
hanya dia dewiku seorang...

dengan memejamkan mata,aku mengucap doa dalam hati.
menggendong Daina dalam pelukanku,dan merebahkannya diatas ranjang.
wajahnya terlihat lebih tenang sekarang...

"mungkin sebaiknya aku bekerja saja,sekarang,ya?" ujarku mengusap kepala daina "tidurlah,Sayang"

ketika aku hendak beranjak dari pembaringan,tangan mungil Daina menangkap lenganku,

"Jangan pergi"

kurasa mungkin aku lupa ingatan atau semacamnya,aku tidak bisa menahan diriku lagi jika demikian,
kuraup badan yang lemah itu,Daina yang kecil mungil hilang dalam sekejap tersembunyi diantara tubuhku.
menerima ciumanku yang bertubi tubi kesekujur tubuhnya,hampir kehabisan nafas,mungkin...

menggeliat dan berkelat kelit begitu gemulai,aku mulai tidak sabar.
Daina membuka kancing kancing piyama yang kukenakan gerakannya lambat dan lemah sampai akhirnya tidak ada sehelai benangpun yang melekat ditubuh kami berdua, ia begitu pasrah,dan tanpa daya,
aku sangat takut karena ia begitu kecil,rasanya akan patah...

"Taaasukuuu..." jeritnya tertahan,air matanya mengalir deras sekali,ekspresi wajahnya membuatku bergairah dan menderita disaat yang bersamaan.

"Ta...Tasukuuu...Taaasuu...ku...Ta...suu..."

Ah! tidak! jangan memanggil namaku berulang ulang seperti itu,aku juga tidak mau sekejap pun melupakanmu...aku tidak mau lupa...

"Tasukuuu...! Taaasukuuu...!"
gawat,Daina benar benar tidak mau berhenti meracau tidak karuan dan terus menyebut namaku...aku benar benar sinting sekarang, karena perasaan senangku ini.

kesenangan saat menyentuh Daina,saat menyadari harum ini adalah harum milik Daina, rambut yang kubelai ini adalah rambut Daina...
maupun saat mendengar suaranya memanggil namaku...
membuatku gila,aku seperti binatang liar asing.
antara suka dan benci pada keadaan ini,karena terkadang aku tidak bisa mengendalikan 'laki laki' dalam diriku,haus akan keserakahan ingin memiliki sepenuhnya,lupa akan segala-galanya...

betapa ajaibnya hubungan yang ada diantara kami berdua,
sebab kehadiran Daina disisiku,ada sebagian dari diriku yang selalu ingin memaksakan kehendakku,dan aku tidak suka itu,
aku membencinya,tapi aku tetap mencarinya.
justru karena gairah sesaat ini bisa musnah kapan saja,karena itulah aku tidak ingin segalanya sia sia...

tidak tahu berapa lama waktu berlalu,hingga akhirnya kurasakan desakan kuat keluar dari dalam tubuhku,

"Tasuku...! Daina...sudah sampai batasnya...!" Daina juga sudah tidak mampu mengendalikan dirinya lagi,mendekapku erat dalam kegilaan.

"ssstttt...!" aku mengisyaratkannya untuk tenang,tapi tidak mampu bicara lebih dari itu, tanganku membekap mulut Daina agar dapat meredam rintihan kebahagiaan darinya.


Daina memberikanku ciuman yang membuatku terhanyut sebelum akhirnya merebahkan kepalanya didadaku.

"Terima kasih,Tasuku..." bisiknya.
kuciumi pipi Daina berkali kali,perasaan sayang pastilah dapat diumpamakan bagai cairan,karena terasa meluap-luap dan tumpah ruah begini,
bahkan sinar yang kulihat didalam kepalaku kini berbeda beda,
sebelumnya hanya sinar bulan pucat sewarna perak,
tapi kini terbayang matahari keemasan dipuncak auranya.

"aku tidak mendengarkan...maaf" kataku,kami saling menatap.

"tidak apa apa! habisnya, Tasuku juga tadi begitu tampan,rambutmu berkilat kilat terang,bagusnya..." Daina kembali lagi jadi Daina yang agak tidak nyambung kalau diajak bicara,aku tertawa lega,menghapus sisa sisa air mata disudut wajahnya.

"kau itu milikku" sahutku mengusap bahunya pelan,
istriku mengangguk malu malu,memelukku dengan penuh cinta.

"aku sungguh sungguh mencintai Tasuku...,jadi,apa yang ada pada diriku,semuanya milik Tasuku"
setelah mengatakan hal yang paling ingin kudengar,Daina memejamkan matanya,mungkin sudah tidak bisa membedakan mimpi indah maupun kenyataan.

Kugenggam tangan Daina,apapun yang terjadi,aku tidak akan melepaskan tangan ini,
sama hal nya dengan tak'kan melepaskan kebahagiaan kami...



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:10 am

Gedung perkantoran terbesar dan termegah diseluruh dunia.
Domain Of World.
Washington D.C
USA.
__________________________________________
___________________________________

Pria besar bertubuh gemuk itu menutup ponselnya,duduk dibalik meja kerja dengan tangan terkepal didepan dagu yang telah menggelambir karena lemak.

"Jadi" ujarnya membuka pembicaraan, "Kuharap kalian semua sudah mengerti inti permasalahannya"
"ia telah memindahkan seluruh laboratorium penelitiannya,sampai rela menghabiskan jutaan dollar untuk mengembalikan semua yang telah kukeluarkan demi proyek ini,orang sepertinya harus tahu bahwa semuanya tidak selalu akan berjalan sesuai yang ia inginkan,pastikan dia tidak bisa kabur,apalagi menghindar dari rencanaku"
dihadapannya berdiri dua orang berwajah tanpa ekspresi,

"kami mengerti,tapi berapa kau akan membayar kami,Mr.Clarken? kami bukan pencuri kelas teri yang bisa diupah dengan menyicil setiap bulannya,"

Mr.Clarken tersenyum licik.
"aku sudah tahu jika meminta bantuan pembobol kenamaan dunia tentu akan begini jadinya" ia tidak berusaha berkelit "ini cukup untuk uang muka?" ia menyerahkan secarik cek yang sebelumnya telah ia gores dengan sederatan angka dalam jumlah besar.

"aku tidak mau tahu dengan cara apa kalian akan menyingkirkannya,yang penting bagiku adalah data penelitiannya,dan pastikan dia punya sebab yang cukup kuat,hingga tidak bisa bekerja membuat obat lagi"

kedua orang itu saling berpandangan dan mengangguk.

"dan jangan lupa,kupastikan kalian tidak akan menerima suap darinya,Tsaraniakova Gabriel sangat cerdik,aku ragu jika tidak tahu caranya,hanya sia sia saja membobol rumahnya,data itu pasti disana,dia tidak akan menyembunyikannya ditempat lain"
katanya dengan nada yakin,"aku yang telah bertahun tahun bekerja dengannya tidak akan dengan mudahnya melupakan cara cara yang ia gunakan selama ini"
Mr.Clarken tertawa,dalam pikirannya hanya terbayang keuntungan berlipat ganda yang akan didapatkannya jika data penelitian vaksin penyembuh virus mematikan tersebut berada dalam genggamannya, beserta dunia.

"aku akan memburu kalian hingga kemanapun,jika kalian sampai gagal dan membawa bawa namaku,aku bisa melakukan apa saja dengan kekuatan finansialku ini" ujarnya tersenyum puas,tentu saja gertakan itu menghasilkan reaksi seperti yang ia inginkan.

"kutunggu hasil pekerjaan kalian secepatnya"



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:12 am

04:

_______________________________


Revenge

__________________________________________________ _
_________________________________________

Tasuku

_________________________________

“Tasuku…makan dulu…”

Daina berdiri di sampingku, berusaha menyuapiku sandwich telur.

“sudahlah…,tidak akan mati,kok…, biarkan aku bekerja dengan tenang,daina”Sambil menggigit sepotong besar sandwich yang disodorkan daina aku kembali menguraikan sejumlah pokok data di komputer induk,

“seharian tidak makan!” gerutu Daina meninggalkan aku sambil menghentakkan kaki dengan Kesal,Aku menggelengkan kepala geli, sampai segitu khawatirnya…,

tak’ kan gagal…, begitulah tekadku dalam hati.

Aku merasa sedih mengacuhkan Daina karena pekerjaanku, tapi, kalau apa yang kulakukan saat ini akan bisa menghilangkan segala penderitaan termasuk kenangan menyakitkan yang menimpaku dan daina dimasa lalu,dan mewujudkan mimpi akan kebahagiaan yang setara yang jauh dari mimpi buruk aku akan menanggung bebannya meski seberat apapun juga.

Setelah selesai menyusun formula dasar,meneliti dan menyesuaikan berbagai substansi dalam sel-sel tertentu,
kuletakkan tabung Kristal berisi darah Stast the origin dalam lemari penyimpanan bahan penelitian agar tidak terkontaminasi udara.

Kuperhatikan darah yang bergolak cair itu,
darah undead memiliki keistimewaan yang aneh, tidak membeku dan mengental,
Layaknya air biasa,
inilah kekuatan undead, batinku dalam hati, sekali lagi aku memikirkan dan masih tidak bisa
memahami alasan orang-orang militer mau menggunakan teknologi yang berbuah malapetaka itu.
Kekuatan yang didapat memang luar biasa,tapi apa gunanya kekuatan jika kehilangan
rasa kemanusiaan?
Kekuatan seharusnya menempa nurani seseorang, bukan malah mencabut nurani tersebut.
Kenyataan membawaku memasuki alam pikiran lebih dalam, memikirkan hal ini tak ada habisnya, bahkan kak Ari yang bertarung langsung dengan Stast pun belum tentu tahu artinya.
Melanjukan penelitian yang kulakukan, aku bekerja dengan masih menyimpan rasa ngeri yang aneh jauh dalam lubuk hatiku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:13 am

Ari

Markas besar paladin,
Moskow,Rusia,
pukul 13:46 siang.

_________________________________________
______________________________________



Bukannya aku yang baik hati, tapi Ryo yang menuduhku macam-macam tidak bisa kusanggah lagi.

“nah, dia menikah dengan gadis pujaanmu, jadi bagaimana sekarang?”

Aku menghela nafas, ”dia yang kau bicarakan itu adikku,bodoh, makanya hati-hati kalau ngomong”

“tidak akan ngomong lagi deh, ” kata Ryo kelihatan menyerah, tapi ketika aku lengah,dia mendaratkan tendangan keras diwajahku, aku menghindar tapi terlambat.

“kau…” kataku melotot ke arahnya, menyapu darah segar yang mengalir disudut bibirku,mulutku terasa asin, tapi Ryo malah tertawa

“kenapa lengah begitu Ari? Patah hati rupanya?”
Dengan tidak sabar aku balas menyerangnya, melontarkan pukulan beruntun kearah Ryo,
tapi laki-laki berambut chesnutt yang selalu memasang ekspresi setengah bosan itu sangat tahu pola seranganku,
setiap gerakanku hanya perlu dihindari dengan sekelebat bayangan tubuhnya yang bergerak ringan,
tepat pada saat tendangan Ryo sekali lagi mendarat di dadaku, tendanganku pun menerobos masuk merobek pelipis kanan nya.

Aku dan Ryo sama-sama terpental ke belakang,

“tetap paling berasa,yaa,” komentar Ryo, saat aku mengulurkan tangan, membantunya berdiri, Ryo menyambutnya dengan enggan.

“tendanganmu,maksudku,” celutuknya, aku tersenyum,

“Kapten! Ryo! cukup latih tandingnya!” gadis cantik imut imut dengan model rambut bob berlari menghampiri kami,

“kenapa,Mikia?”Tanya Ryo,
Mikia, adalah nama gadis itu, meskipun dari dulu aku sudah merasa dia memiliki perasaan khusus pada Ryo, namun tetap saja, Ryo agak telat mikir menghadapinya,
Entahlah, aku malas ikut campur,
Ryo memang selalu terlambat menyadari sesuatu,

”kakek memanggil kalian, cepat ikut aku!” sambil melemparkan handuk kering kearahku dan Ryo, Mikia membalikkan badannya dan melangkah cepat-cepat,
tapi aku sempat melihat semburat rona merah di pipinya.
Ryo menempelkan plester luka di pelipis,
meringis dan bertingkah seakan lukanya itu masalah besar sambil melempar senyum mengejek kepadaku, yang kuabaikan begitu saja.

Kami melewati selasar panjang,yang menghubungkan ruangan tempat latihanku dan Ryo tadi dengan aula utama.
inilah benteng pertahanan Paladin sekaligus harapan terakhir umat manusia, dan dipersenjatai dengan berbagai macam teknologi canggih saat ini, berada didalamnya mengingatkanku akan cerita cerita film klasik tentang pesawat ruang angkasa pada tahun 1980-an.

“apa yang ingin Pemimpin bicarakan?” Tanya Ryo,

“tidak tahu, kemungkinan besar ingin membicarakan kegagalan pasangan unggulan kita” Mikia melirikku ingin tahu

“jangan Tanya aku,sepertinya, keberadaan Stast disana terencana, aku tidak tahu apa tujuan mereka sebenarnya”

“Wow, apa dia keren?” Tanya Mikia lagi.

“keren sekali, sampai sampai, kalau saja kau melihatnya, kau pasti akan jatuh cinta padanya” sambar Ryo penuh keyakinan.

Mikia melemparkan pandangan tak senang kepada ryo yang bersikap biasa saja tanpa mengerti situasi, aku menghela nafas,

“mau keren bagaimanapun, juga, tetap saja dia makhluk yang sudah mati,”

Mikia dan ryo berpandangan mendengar kata-kataku

“Ar,” panggil Mikia, sambil berusaha mengimbangi langkahku yang kupercepat.
“Kita harus memastikan dengan benar dimana invasi selanjutnya akan terjadi, penting, agar kita bisa mencegahnya,paling tidak memperkecil dampak yang akan ditimbulkan oleh perkembang biakan virus”

“aku sudah tahu,”kataku serius, “penting sekali menentukan apa yang harus dilakukan selanjutnya, aku juga bukan orang yang suka bersantai santai saja, sementara orang lain yang membutuhkan aku masih banyak diluar sana”

Baik mikia maupun Ryo sama sekali tidak berbicara apa-apa sementara kami masuk ke dalam lift yang membawa kami ke lantai teratas.
Akhirnya sampailah kami di sebuah ruangan dengan pintu berlapis baja,
Ku dekatkan wajahku ke pemindai, agar alat sensor pengenalan bola mata bekerja dengan baik, tak lama kemudian, sebuah alat pengenal sidik jari keluar dari dalam dinding,kucocokkan sidik jariku dengan cara menempelkan telapak tangan diatas permukaan kaca yang halus itu, sistem komputer pemindai dengan segera bereaksi.

“Aryanov Gabriel,kapten, silahkan masuk,”

Pintu baja bergeser perlahan, aku masuk diikuti Mikia dan Ryo yang telah melakukan pemindaian sama seperti yang kulakukan sebelumnya,

Yang menantiku dibalik pintu adalah atasan kami,Alexander boraknitchov, guru besarku, sekaligus pemimpin resmi organisasi Paladin.
Pria paruh baya dengan perawakan tinggi besar dan berjanggut lebat yang telah beruban, namun usia sama sekali tidak mengurangi pembawaannya yang berwibawa dan bijaksana.

“anda memanggil saya?” tanyaku seraya membungkuk memberi hormat, Boraknichov menggangguk, duduk dengan sikap berwibawa seorang Pemimpin di meja kerjanya, baju angkatan darat dan lencana kebesaran nya semakin menampakkan aura yang membuat siapapun akan menundukkan kepala di depan orang sehebat dirinya.

“bagaimana perjalananmu?” Tanya Boraknitchov langsung pada pokok pembicaraan.

Aku menyiapkan hati dan menjawab pertanyaannya,
“maaf,tuan, pemusnahan gagal”

Dagu Boraknitchov bertopang diantara kedua tangannya.
“Tidak mengapa”

Aku terbelalak mendengar jawabannya, kukira aku akan mendapatkan sanksi, atau paling tidak, ganjaran atas kegagalan pertamaku,
“tapi,bukankah kegagalan tidak dapat dimaafkan!” sanggahku, Boraknitchov tersenyum arif,
“menurut Kisaragi, pertarungan itu tidak seimbang. ” jawabnya pelan.
Berpaling kebelakang, aku tidak tahu seberapa besar mataku melotot kearah Ryo.
Ryo membuang muka tanpa menanggapi,
“Kisaragi?” pandangan boraknitchov beralih pada Ryo.

Ryo menjelaskan tanpa mempedulikan tatapan peringatan dariku, “kesalahan terbesar kami saat itu adalah, tidak membawa pasukan dan persenjataan yang cukup, musuh begitu banyak, dan ada seorang bocah tak terinfeksi yang kami lindungi, musuh lebih banyak diluar dugaan kami, dan dua ekor vampir, karena pada saat Kapten kami hendak memusnahkan Stast the origin, datang vampir betina menyelamatkannya,Kapten sempat terluka,pak, sementara saya sendiri kewalahan menghadapi banyaknya pasukan mayat hidup mereka”

Boraknitchov menggangguk paham, “salah perhitungan,eh?” komentarnya.

Baik aku dan Ryo sama-sama tidak berani menggangkat muka, hanya saja aku menyesalkan Ryo yang ikut menanggung kesalahan karena kelemahanku,
sama sekali bukan sifatku memanfaatkan kebaikan teman.

”yang harus disalahkan adalah saya, saya tidak cukup punya kekuatan, Ryo tidak ada hubungannya dengan semua ini, saya adalah Kapten divisi utama, kesalahan dan kegagalan selama dibawah kepemimpinan saya adalah tanggung jawab saya, saya akan menanggung apapun konsekuensi nya” jawabku.

Ryo tampak tidak puas, namun aku sama sekali tak mempedulikan ekspresi wajahnya, dia tidak perlu berkorban sampai sejauh itu hanya untuk orang sepertiku.

“wah wah, Aryanov Gabriel, sekarang bukan saatnya drama persahabatan,Kita disini membicarakan yang sudah berlalu, dipersoalkan seperti itupun tidak akan memutar kembali waktu yang sudah lewat dan tidak akan mengubah kenyataan,” Boraknitchov berdiri dan menepuk bahuku

“siapapun pernah gagal, kalau kau berpikir akan menang dengan kekuatan, kau salah besar, jika kau bertempur hanya mengandalkan kekuatan berarti kau sama dengan undead,"
"dan apakah undead itu?” boraknitchov menatapku,Ryo dan Mikia bergantian.

“undead adalah…makhluk yang telah kehilangan hati sebagai manusia, karena itu undead adalah musuh yang dibenci dan harus diperangi oleh kita,manusia” jawabku.

“jangan malu merasa takut, rasa takut adalah hal yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup” Boraknitchov mengulangi frase yang selama ini terus kuingat seumur hidupku.
Ryo, Mikia, dan semua anggota Paladin tahu itu, kami tahu kami dibayangi oleh kematian kapan saja, dan kami harus selalu mengingat itu disetiap hembusan nafas kami.

Alexander Boraknitchov kembali duduk dikursinya,
“tidak ada yang harus dipertanggung jawabkan, aku hanya ingin tahu situasi saat itu, sekarang kita kembali ke permasalahan yang paling ingin kubahas, kita semua tahu undead tidak suka berpartner, apalagi sampai melindungi satu sama lain”

Suasana hening, udara di sekelilingku membentuk atmosfir yang tidak dapat kujelaskan dan menggandung misteri
“dan menurutmu, Kisaragi? Apa kedua undead itu benar benar bekerja sama?”

Ryo mengangkat wajahnya, menjawab pertanyaan Boraknitchov.
“benar,tuan, undead perempuan itu, sepertinya generasi kedua, sama seperti Elsida, dan, benar,dia menyelamatkan Stast dan berhasil melukai Kapten…,itu juga yang menyebabkan kegagalan kami,”

“apakah jalan pikiranmu sama denganku?” kata Boraknitchov

“mereka mengubah pola pergerakan mereka…” gumamku, “atau mereka merencanakan sesuatu,entah apa”

Pria penuh kharisma itu mengangguk mendengar jawabanku,

“ada sesuatu yang akan terjadi, minta semua divisi bersiaga, laporkan juga perintah persiapan penjagaan darurat dan periksa kelengkapan senjata di tiap negara diseluruh dunia, kita tidak tahu apa yang mereka rencanakan, tapi berhati hatilah ”
Mikia dan Ryo membungkuk memberi hormat sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, kini hanya aku dan Boraknitchov yang bertukar pikiran satu sama lain.

"apa kau mendengar sesuatu yang lain saat itu?" tanya Boraknitchov.

aku teringat kata-kata stast,

"aku tuhanmu,akulah hukummu sekarang," katanya"datanglah, pewarisku"

serta merta hatiku tersentak, aku menatap Boraknitchov,

“ada apa? Apa kau menemukan sesuatu?”

“mereka mencarinya,” gumamku pelan ”mereka mencari Raja baru untuk mereka!”
Boraknitchov tampaknya sangat tertarik dengan analisaku,

“darimana kau bisa menduga seperti itu??”

“mereka takut akan kepunahan” kataku perasaanku berkecamuk, menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Stast, andai aku bisa menanyai nya lebih banyak…

“kekalahan undead, keberadaan paladin, tentu merupakan malapetaka besar bagi spesies baru seperti mereka, mereka memang kuat dan brutal, tapi mereka tidak terkoordinir dengan baik, pasukan mayat hidup pun akan mudah tercerai berai tanpa tersisa, berbeda dengan kita yang memiliki kecerdasan dan akal yang sehat juga kemampuan tempur yang terlatih dengan baik,
mereka hanya sekumpulan serigala lapar yang mengandalkan insting satu sama lain, tampak nya Stast the origin menyadari hal itu,eh?” Boraknitchov membenarkan pernyataanku

"hanya itu yang mampu kujabarkan saat ini,selebihnya,alasan selengkapnya pasti akan kita ketahui sebentar lagi" Boraknitchov tersenyum "Tapi,Gabriel..., menurutmu kekuatan macam apa…, yang memungkinkan untuk menyatukan para undead?” kata Boraknitchov, kembali dagu nya bertopang pada tangan,
aku tidak menjawab.

kekuatan yang besar,
kekuatan yang memungkinkan pihak mereka menjadi kuat tanpa tanding,
kekuatan seperti milikku...

“namun, itu artinya mereka sedang lemah,kan? Kita harus pandai memanfaatkan keadaan ini” ucap Boraknitchov.

aku mengangguk setuju.
tiba tiba merasakan perasaan tidak nyaman.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:14 am

(LANJUTAN)


Ari

_______________________________________
____________________________________


"baik, akan saya cari tahu lokasi mereka,sebisa mungkin menemukan mereka sebelum semuanya terlambat"

“Pemusnahan,lakukan yang terbaik untuk tercapainya tujuan”tukas Boraknitchov.
Saat aku melangkahkan kakiku keluar ruangan, Alexander Boranitchov memanggilku kembali,

“tunggu sebentar Aryanov Gabriel”
Mengurungkan niatku keluar ruangan, aku tetap bertahan berdiri didepannya.

“selama ini, untuk apa kau bertempur?”

untuk umat manusia,tentu saja.
Ketika aku hendak menjawab demikian,Boraknitchov memotong kalimatku:
“ah,sampaikan terima kasih ku pada adikmu, berkat dia, ksatria terbaik paladin dapat pulang dengan selamat” imbuhnya “pikirkan baik-baik pertanyaanku tadi sebelum menjawabnya, aku tidak ingin kau menyesal karena keyakinan yang salah”

Aku tidak mengerti maksudnya, namun aku berjanji dalam hati untuk memikirkannya.

Setelah memberi hormat untuk terakhir kali nya, aku pun berlalu dari hadapan Boraknitchov.

“gagal,ya? kapten?”dua orang pria berpapasan denganku sekeluarnya aku dari ruangan Boraknitchov, salah satunya menghampiriku.
kuhentikan langkahku, menanti nanti didalam hati,apa gerangan yang ingin dia sampaikan padaku.
“ada apa,Caesar?” tanyaku,

kakek tua berbadan bongkok itu tertawa mengejek seraya berbisik ditelingaku,
“sudah kuduga, Alexander terlalu gegabah memberikan posisi kapten pada anak ingusan sepertimu” bisiknya ditelingaku sambil berlalu,
sepasang kapak besar di punggungnya bergesek saat ia melewatiku dengan senyum mengembang penuh kepuasan.

Pemuda kurus berpenampilan seperti Pastor yang tadi berjalan beriringan dengannya menutup kitab suci yang ia baca,
“Ari, lain kali kalau kau tidak sanggup, aku bisa menggantikanmu” katanya, “semoga tuhan melindungi kita semua”

“kau juga, Yudas” tukasku meninggalkannya berdiri mematung dibelakangku. Sempat kudengar dia menggumamkan “amen” perlahan.

Sialan, apakah berita kegagalanku ini merupakan gosip terpanas di divisi utama?

Walau Boraknitchov memilihku sebagai pemimpin divisi utama organisasi Paladin,kenyataannya Banyak juga yang berkata aku tidak cocok untuk posisi ini, Armando Caesar termasuk kawan seperjuangan Boraknitchov dimasa awal pembentukan Paladin, baik istri maupun anaknya ikut menjadi korban virus terkutuk itu, karenanya dia termasuk orang yang agak sulit mempercayai orang lain,

Ia tidak pernah setuju Boraknitchov mengangkatku sebagai ketua divisi utama, dia berpendapat aku terlalu muda sehingga cendrung terbawa emosi dan lebih baik jika Boraknitchov sendiri yang mengambil alih posisi tersebut,walau telah berkali kali usulnya itu ditolak Boraknitchov dengan alasan ia sendiri sudah terlalu tua.

Aku terlalu lelah untuk berpikir,
di kepalaku terus terngiang pertanyaan boraknitchov,

“untuk apa kau bertempur?”

Untuk apa? Kemanusiaan?? Untuk orang orang yang tidak kukenal sebelumnya? Untuk menolong orang lain yang mebutuhkan? Tidak, semua agar tidak ada orang lain yang mengalami penderitaan sepertiku, tapi apa yang bisa kulakukan?
Aku bahkan belum tentu pernah mengenal mereka,
Kenapa aku berjuang?
Kelihatannya belum ada satu jawaban pun yang memuaskan hatiku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:14 am

Stast



Lokasi tidak diketahui.
___________________________________________
___________________________________

Tempat ini terlihat seperti salah satu bagian kastil kuno, dengan tempat tidur putih berkelambu beludru merah yang menampakkan nuansa magis, disinilah Luciferina dan kawan-kawan yang lain membawaku, kastil tersembunyi diantara reruntuhan kota masa lalu dan undead kelaparan yang menginfeksi seluruh kota.

“kau baik baik saja?”
Luciferina menengok sang origin ini yang tengah menikmati makan malam,
Stast yang lebih senang menyendiri menghempaskan mayat wanita berlumuran darah itu pada kaki,

“sangat mengganguku,Ferina…,” ujarku berusaha bicara lembut, menyeka darah yang berceceran dari bibirku,
merah.
kupandangi di dalam cermin,Warna mataku yang hitam kelam perlahan berubah menjadi merah keruh,

“Aryanov kuat sekali,ya”komentar Luciferina tenang, “kalau saja aku tidak datang, kau pasti sudah habis sekarang”

“aku tidak mau mendengar itu,”ujarku sendu,“harus sabar menghadapinya, Aryanov Gabriel bukan orang biasa,” ketika aku mengakhiri kalimat,masuklah vampir besar,
melihatnya membuat orang berpikir akan penampilan 'monster' yang sesungguhnya.

“memalukan!” makinya.“sudah kukatakan, lebih baik aku yang pergi kesana, kenapa mengutus si tua Bangka ini?! Kalau ada orang yang paling pantas jadi pemimpin, akulah orangnya!”

“tidak bisa,Bruce,”kata Luciferina acuh tak acuh. “bahkan akupun tidak bisa menjadi pemimpin kalian, kalau itu maksudmu, apa lagi kau” Luciferina mendengus tidak sabar,

Aku merebahkan diriku dan menutup kelambu,
membiarkan dua sosok mati berdiri mematung bagai batu itu terus diam tanpa beranjak,aku memerlukan istirahat sejenak,
Aryanov Gabriel memisahkan tubuhku secara brutal,akhir akhir ini proses regenerasiku agak melambat jika berurusan dengan luka sedahsyat itu.

“tujuanku ke Irak, tadinya aku dan Ferina akan mencari bibit yang terbaik,Kapten divisi utama Paladin,atau harapan, apapun itu yang dapat mencegah kekalahan kita...”

“kalau begitu, kenapa tidak ditemukan!” bentak Bruce.

“apa kau buta?!” Luciferina melempar meja tulis tua disebelahnya hingga hancur berkeping-keping. "vampir hanya kita saja, tidak ada yang lain…"
Aku diam menatap kearah vas bunga disamping tempat tidurku,sekaligus kearah jendela,terlihat bulan yang bersinar keperakan dari balik tirai satin, jari jari tangan halus ini membelai kelopak mawar yang terpajang indah itu, tampak mengagumi kecantikan yang dapat rusak dalam sekejap,

“aku,selalu menyukai benda yang mudah pecah,mudah rusak…” desisku.
Bruce dan Luciferina yang tadinya saling memojokkan terdiam, “benda mudah pecah, justru karena bisa rusak, makanya sangat berharga,bukan?”

“yeah,” jawab Bruce enggan “karena kita tidak seperti itu,Stast,”

Stast ini berkata padanya: “benar, kita tidak akan rusak, tidak akan membusuk, bisa hidup selama apapun yang kita mau, hanya kita yang bisa,”

Luciferina menyahut “kapan kau akan mulai memakai otakmu, Bruce, kita hanya bertiga di dunia ini, setelah Elsida musnah, Stast menyadari hal itu, selama ini kita selalu bekerja sendiri sendiri, sudah saatnya kita bersatu, kita akan membalaskan dendam pada manusia yang telah memperalat lalu membuang kita!”desaknya.

“Ferina, kita adalah maha karya terhebat mereka, para manusia yang ingin mencoba menjadi tuhan” “berkat mereka, aku tidak perlu tidur satu malampun,jadi tunjukkan terima kasihmu sedikit...” lirihku.

“hm!” Luciferina membuang nafas.

“jadi,dengan menciptakan sejenis kita?” tukas Bruce, “bagaimana caranya?”

“tidak bisa orang biasa, Bruce,” aku berujar “harus dengan otak manusia yang sangat cerdas,jika tidak, dia akan berubah jadi mayat hidup biasa, itu tidak berguna,”

“harus manusia paling brilian yang sebanding dengan Aryanov Gabriel!!” seketika segala kelembutan dan kesenduan yang sedari tadi kupertahankan lenyap,aku menyeringai kejam sambil memperlihatkan deretan gigi taring.

“aku akan mencarinya,” kata Bruce “aku sudah mengerti,dan akan kucari hingga ujung dunia,”
“calon pangeran berdarah kita,” tambahnya yang kemudian segera dipotong oleh argumentasi Luciferina.

“Bruce! Kau yang memiliki tenaga terbesar diantara kami,setidaknya, kita bergerak bersamaan, sesuatu yang buruk selalu terjadi pada saat kita berpencar!”

Aku ingin sekali berkata 'aku bosan' saat mendengar pembicaraan tanpa arah dua rekanku ini, “Luciferina benar,tapi aku tidak punya niat bepergian dalam waktu dekat”

Bruce dan luciferina melempar senyum dingin kearahku,

Tanganku yang membelai kuntum mawar merah itu semakin mengeras,lalu dengan sekali sentakan,sekuntum bunga itu musnah dalam genggamanku.

“Aryanov Gabriel…” terbayang olehku wajah sang musuh, “ini semua karena kami gagal mendapatkanmu,siapa sangka? kau bahkan lebih kuat dari Stast ini…” aku bicara sendiri tanpa mampu mengendalikan diriku.

“kau memang benar, Aryanov, kalau kami memang sudah seharusnya takut padamu!”


Desauan angin menghantarkan lagu kematian.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:15 am

05:

The Day You Disappeared...
________________________________________
_____________________________

Tasuku



Rumah sekaligus laboratorium pribadi Tsaraniakova Gabriel, Bali,wilayah Indonesia,pukul 12;05
________________________________________
_____________________________

Aku sedang mencatat hasil akhir percobaan yang kudapat hari ini dibantu Daina, Ketika ponselku berdering. Ternyata kak Ari, sistem hologram kuaktifkan,seketika layar tembus pandang yang merefleksikan lawan bicaraku secara virtual muncul di udara kosong, sepintas terlihat seperti sistem proyektor film puluhan tahun lalu.

“ya?”sahutku gembira,kak Ari tertawa hambar dan nampak lelah.

“bagaimana keadaanmu?”

“sehat,kak,dengar…,ini benar benar luar biasa, dalam sample darah Stast terdapat jutaan bakteri yang entah kenapa mencegah proses pembusukan dan meningkatkan sel sel dalam otak menjadi 10 kali lipat lebih cerdas dari semula, dan meningkatkan kekuatan fisik jauh diatas rata rata manusia normal”

“hng…,aku sudah tahu itu, aku bertempur melawan mereka nyaris sepanjang hidupku,”tukas kak Ari pelan,”tidak ada kemajuan,ya?” tantangnya.

Aku hanya tersenyum menatapnya, “tidak ada yang aku tidak bisa,didunia ini” kataku dengan pasti,”aku sudah tahu mekanisme nya”
Mata kakakku terbelalak lebar, dia menatapku penasaran,

“aku mau dengar semuanya” pintanya tanpa bisa menahan senyum bangga yang memang ingin kulihat dalam setiap detik aku berusaha.

“virus undead,”jelasku, “sama dengan bisa ular, mengandung racun dan obat sekaligus, tapi hanya jika aku bisa memakai dosis yang benar, dan mendapat kepastian data tentang susunan sel dalam darah undead original, dalam hal ini, hanya Stast,”
"tapi,resiko menggunakan virus original dalam penelitian,sama besarnya, virus original sama sekali berbeda dengan virus biasa,lebih ganas,dan aku ragu jika Stast menyerang orang,yang terkena serangan memiliki kesempatan untuk sembuh,virus dalam darah Stast amat langka, dan aku belum bisa menciptakan obat untuk yang satu ini"

"dia memang biasanya selalu menghabisi korbannya,dan hanya membiarkan yang berpotensi untuk bertahan hidup demi menambah pasukan generasi kedua-nya,ah,ya,dan kau berhasil memecahkan rahasia nya?”kak Ari memotong perkataanku,

“belum,”jawabku,”aku akan melakukannya besok, kerena jika aku tidak hati hati, nyawa banyak orang akan jadi korban”
“yang kuserahkan pada kakak waktu itu hanya hasil awalnya,hanya dapat menanggulangi infeksi kurang dari 30%, lalu aku dapat formula yang mampu menetralkan infeksi 30% atau lebih,dan terbukti berhasil, aku telah mengumumkan nya pada media diseluruh dunia dan berkat sampel darah Stast yang kakak berikan padaku, besok akan di ujicoba formula terbaruku, dengan presentase lebih besar, yaitu 50%, pada manusia*” kataku dengan serius,

“kalau berhasil,kak, maka obat yang dapat membuat kita kebal terhadap virus inipun akan segera dapat kuciptakan,akhirnya,sama saja dengan cacar ataupun kusta,jika kita tahu dengan benar cara menanganinya,maka tidak akan ada masalah...”
kak Ari menampakkan wajah seakan hendak meninjuku saking gemasnya

“dasar belagu, kau ini,tapi, semoga berhasil, kau sudah tahu aku akan selalu mendukungmu apapun yang terjadi”

“ini juga belum sempurna,hasil akhirnya belum ”

Daina yang sedari tadi mendengarkan obrolanku dengan kak Ari maju dengan wajah agak sedikit ngambek, “oleh-oleh,” katanya pada bayangan kak Ari yang terpantul dari layar ponselku,
wajah Kak Ari berubah kecut,

“disitu juga ternyata kau, benda bulat, kukira kau tidur karena kekenyangan makan,” godanya.

Wajah Daina yang cemberut semakin menekuk mendengar kata kata kak Ari, “kakak bawel, awas,ya! Kalau pulang nanti tidak akan kubukakan pintu!” teriak Daina histeris, tawa kak Ari semakin kencang.

“adik ipar yang jahat,nih,kau mana bisa menikah kalau tidak ada restu dariku” lalu Daina melempar tempat pulpennya kearah kak Ari, tapi yang dilempar malah semakin tertawa terpingkal pingkal, “sudahlah, percuma! Nanti saja kita adu gulat kalau aku sudah pulang,” kata kak Ari, Daina ikut tertawa,

“makanya cepat pulang! Aku tidak akan memaafkan pembohong,lho!” tiba tiba kulihat wajah kak Ari melembut, namun secepat kilat ia mengalihkan pandangannya kearahku.

“kasih tahu istrimu, aku tidak akan mati dengan mudah!” ujarnya tersenyum.

“tentu saja, aku juga tidak akan mengakui laki laki lemah yang mati dengan mudah sebagai saudaraku,”sahutku, kak Ari mendelik heran

“kalian ini cocok,ya, makanya kalian berjodoh” komentar kak Ari memasang muka sok sedih yang dibuat buat.

Aku hanya tersenyum,sesaat kemudian kakakku mengakhiri percakapan.
“sudahlah,aku mau kembali bekerja,ada beberapa hal lagi yang harus kuselesaikan hari ini, semoga penelitianmu berhasil,Tasuku”

“dan semoga harimu menyenangkan,kak,”jawabku, kak Ari nyengir sesaat sebelum ia menutup teleponnya,

Daina mendekat ke arahku,”syukurlah,kelihatannya kak Ari baik baik saja,ya,Tasuku?”

“tentu saja dia akan selalu baik baik saja, kakak kan’ kuat”kataku,

Daina mengangguk angguk setuju,”benar,kak Ari orang paling kuat sedunia!” katanya dengan wajah polos,tawanya yang seperti anak kecil itu lumer jadi satu bersama senyumannya dan sorot mata yang telah mengalihkan pandanganku atas apapun didunia ini.
Kupeluk pinggangnya dari belakang, Daina berjengit kaget,

“kalau aku bagaimana?” tanyaku,Daina berpaling kearahku, menyentuhkan tangannya ke pipiku,”Tasuku kenapa?”ia balik bertanya.

“aku hanya ingin tahu aku ini bagaimana?” aku memejamkan mata,kebenamkan kecupanku di ubun ubun rambutnya yang halus itu, Daina terperanjat,

“Tasuku…”

“Daina hanya milikku…” kataku,aku menyesali pikiranku yang tidak dewasa.
ternyata aku juga posesif,
Tapi Daina memahaminya, dia meraih tanganku dan menciuminya,

“Tasuku yang terbaik…”katanya lirih,”Tasuku laki laki terbaik...” ku cium pipi istriku dengan lembut,

“ya,deh,maaf,ya,bikin kamu takut…”
Daina melepaskan diri dari pelukanku, meraih buku catatannya,

“ayo kita lanjutkan penelitiannya,”katanya mengingatkanku. Sembari meraih tabung percobaan yang sedari tadi kusterilkan, aku memperhatikan wajah Daina yang tenang,
bagi Daina, asalkan ada aku disisinya saja, dia sudah tidak perlu apa apa lagi,

demikian pula kakak, bagi kakakku,demi memastikan aku baik baik saja, dia akan terus mencari kekuatan,meski harus menempuh jalan mana saja, Aku berpikir, baik kakak dan aku sedang berjuang dijalan kami masing masing,tak pernah bertentangan sekalipun, Baik itu aku maupun kak Ari,

dan kak Ari sendiri adalah pahlawan dalam hidupku melebihi siapapun,
Dan akupun tahu Daina hanya mencintaiku,tapi rasa kehilangan macam apa yang kupikirkan barusan? Tanyaku dalam hati.

Mereka adalah orang orang yang berharga bagiku, yang ingin kulindungi dan alasan aku berdiri saat ini… Tapi kenapa sesaat tadi aku merasa rindu seperti mereka akan menghilang saja?!


Aku bahkan belum menyadari,bahwa apa yang kurasakan saat inilah yang disebut ‘Firasat’.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:19 am

(LANJUTAN)

Tasuku


Lembaga Riset, Penelitian dan Karantina pemerintah Negara Perserikatan Asia, wilayah Indonesia, the research building of scientist.
Program ujicoba serum terhadap manusia.
__________________________________________
_________________________________



Laki laki itu melongo seperti orang keterbelakangan mental, dia didudukkan diatas kursi menghadapiku, ujung hidungnya bergerak gerak,
"makan…" bisiknya.

Daina menunggu dibagian luar ruangan kaca itu,cemas harus mengurungku berdua dengan manusia yang setengah terinfeksi,
tapi masalahnya tidak ada yang mau membantuku melakukan ini,semua yang ada di lembaga penelitian ini hanya menjadikan orang yang terinfeksi sebagai obyek penelitian,
dan banyak dari mereka yang tidak berani berinteraksi langsung dengan orang orang yang terinfeksi,

Aku tidak mau langsung memakai orang tidak bersalah demi kepentinganku, bagiku, mereka yang terinfeksi masih tetap manusia dan saat ini sedang merasa frustasi menghadapi hidup mereka.
apakah pantas memanfaatkan hidup orang lain dan memberikan harapan palsu,setelah itu membuang mereka?

“tenang,” kataku,menatap matanya yang kuyu dan tidak bersemangat,

“apa Dokter kesini…untuk membunuhku?!” Tanya nya ketakutan, tapi aku meraih pergelangan tangannya

"lakukanlah,Dokter, tidak ada bedanya lagi hidup ataupun mati"
aku tidak memperdulikan ocehannya, kemudian kutanyakan keadaannya,
“tidak bisa berhenti…lapar…,” dia sejenak memandangi urat leherku, benar benar parah,batinku.

Bagi seseorang yang tidak cocok pembawaan genetiknya,
virus itu perlahan akan memakan setiap sel dalam tubuhnya hingga habis, lalu akhirnya tidak ada lagi sel yang tersisa ditubuh korban untuk dimakan, dan virus itu mencari sumber makanan mereka lewat tubuh orang lain, bakteri dalam viruslah yang mendorong otak memberikan penyerangan terhadap orang lain, bagi orang awam, ini terlihat seperti kanibalisme atau semacamnya, padahal sesungguhnya tidak, justru tubuh si korban yang perlahan membusuk dan mati hingga bakteri dan kuman yang bersarang dalam virus itu mencari dan mengambil sumber “makanan” seperti darah,daging, dan lemak dari tubuh orang lain.

Si pemilik tubuh sesungguhnya telah lama mati, dan yang berkeliaran mencari mangsa itu adalah ‘apa’ yang tersisa dari virusnya.
Tapi bagi orang yang susunan gen nya sesuai untuk virus itu, mereka akan tetap mati tetapi kemampuan berpikir mereka akan tetap ada dan ketangkasan fisik meningkat ratusan kali lipat.
berapa lama waktu hingga proses muatasi selesai berbeda pada tiap orang,
tapi bagi individu yang kuat-dalam artian memiliki IQ tinggi-perkembangan virus dalam darah bisa menjadi sangat lambat dan terkontrol.

“saya disini bukan untuk menyakiti anda,pak,tenang,ya” kataku.
Pria itu tampaknya mempercayaiku,akulah yang merasa senang, perlahan kuusap pergelangan tangannya dengan kapas beralkohol,dan kusuntikan tepat di urat yang tampak 3 kali lebih besar dari biasanya,dan berwarna hitam keunguan itu.

Sekejap kemudian pria itu telah terkapar lunglai, Daina segera menyerbu masuk,

“Tasuku! Serumnya bekerja!” katanya menghambur kepelukanku,

“Dr.Gabriel” sela salah seorang peneliti yang menjadi 'senior' ku yang juga bekerja di lembaga penelitian Negara.
“terima kasih atas kerja samanya, pasien akan kembali dalam pengawasan kami, kira kira berapa lama sampai serum itu menyebar?”

“kita akan lihat perkembangannya dalam 4 minggu” jawabku. ”tidak apa,kita tunggu saja, saya juga senang bekerja sama dengan anda semua,” seraya menjabat tangannya.
Sang Dokter memakai kembali masker yang sedari tadi dikalungkan dilehernya, walaupun hanya menular lewat cairan,ternyata masih ada juga yang khawatir memikirkan kemungkinan menularnya virus melalui udara.

Ia melambaikan tangannya ke belakang,
paramedis dengan cepat bertindak dan membawa pria malang itu keruangan lain dimana ia akan diawasi dan mendapat perawatan intensif.

“tentu saja kami telah memilih yang paling tidak agresif diantara mereka,untuk ukuran dalam status infeksi 45%, dia cukup tenang dibandingkan teman temannya yang lain,”

“apa dia diletakkan diruang terpisah?” Tanyaku.

“tentu, hanya yang diletakkan ditempat terpisah yang kami jadikan bahan penelitian, tenang saja, Dr.Gabriel,kami semua professional di bidangnya, anda tidak perlu mencemaskan hal yang tidak perlu”

“hanya memastikan…” ujarku tanpa bermaksud menyinggung perasaannya
Kami berdua keluar dari kamar percobaan itu menuju lobby untuk menunggu perkembangan yang akan terjadi nanti, aku berjalan santai sambil memeriksa dokumen penelitian,
Daina mengikutiku sambil berusaha mengajakku bicara,

“kenapa Tasuku mau bekerjasama dengan pemerintah?” Tanya Daina
aku menghela nafas “sejak aku tahu bekerja sama dengan perusahaan swasta sama saja dengan bunuh diri” jawabku,”rasanya aku lelah sekali,"

“kenapa? Kan' masih bisa mencari jalan lainnya? Mereka bersikap sangat meremehkan Tasuku, padahal sampai saat ini mereka sendiri saja belum bisa membuat kemajuan seperti yang Tasuku buat, hanya karena Tasuku muda maka Tasuku dianggap kurang pengalaman? Itukan tidak adil…”

“mustahil” jawabku lagi, “perusahaan swasta hanya akan memikirkan bagaimana cara mengeruk untung sebanyak banyaknya dari jerih payahku, nanti bukannya akan ada keadilan untuk sesama, malah akan semakin banyak manusia yang menderita,bukan itu impian yang kucita citakan”
“tadinya aku ragu bekerja sama dengan lembaga penelitian negara,” kataku lagi,
“aku tidak mau terjadi konflik internasional memperebutkan formula itu, juga tidak mau disebut memihak negara manapun, tapi, kalau sekarang, aku tidak ragu lagi, semua orang akan mengerti kalau aku bekerja demi kepentingan masyarakat banyak,”

“jadii…,Tasuku keliru,ya? Sebelumnya?” Daina menyahut dengan suara menggoda

“aku juga bisa salah,kan?!” kataku,

Daina mengangguk angguk,
“jenius yang bisa salah penilaian,ternyata tidak sesempurna yang kukira…”

Kali ini aku benar benar tertawa dibuatnya, ”bukankah karena aku begini makanya Daina jatuh cinta?”
Kali ini Daina menyerah kalah,
“Tasuku terlalu baik hati…”
Aku tahu dia akan bilang begitu,aku bahagia…

“Dr.gabriel” Dr.Dominique, salah seorang peneliti yang membantuku kali itu menghampiri aku dan Daina yang tengah berbincang di selasar,
“apa anda membawa sampel darah undead original itu?”

“maaf,tapi,aku rasa apakah tidak lebih baik sisanya kukerjakan sendiri di laboratorium pribadiku?” aku balik bertanya, pria itu tertawa, seakan apa yang kuucapkan merupakan sebuah candaan.

“tidak semua orang bisa mengingat semuanya sekaligus seperti anda,Dr.Gabriel, kami perlu contoh sedetil detilnya,” katanya dengan sopan “anda tidak lagi bekerja sendiri sekarang” lalu dia membungkuk dan pergi.

“kita tidak akan memberikannya dengan mudah,kan?” komentar Daina disampingku.Aku hanya bisa menenangkannya.

“apa boleh buat,sayang,” kataku perlahan, “sekarang kita sama seperti yang lain, bekerja untuk pemerintah, dan tidak akan mendapat keistimewaan,tentu saja sampel Stast masih akan kusimpan,karena aku masih harus membereskan beberapa hal lagi dengannya,setelah itu,untuk apa menahannya bagi kita sendiri?”
Daina hanya bisa cemberut menanggapiku,
Bekerja sama dengan Negara berarti membagi penelitianku pada banyak ahli lain, berbagi ilmu memang menyenangkan, tapi bersosialisasi dengan banyak orang yang juga ahli dan memiliki idealisme berbeda dengan kita merupakan hal rumit.
Terkadang juga akan berselisih paham dengan orang lain,
jika memaksakan pendapat yang tidak sama hanya akan membuat masalah bertambah,

Daina benar, aku selalu terbiasa bekerja sendirian,
pola pikir yang kumiliki berbeda dengan orang kebanyakan.
aku menyadari betapa besarnya resiko penelitian yang kukerjakan, karenanya selama ini aku hanya perlu ruangan sendiri tempat aku melakukan riset seorang diri pula,tanpa bantuan siapapun.
Dalam kegilaan yang parah dan bayangan masa lalu yang menyakitkan,
nyaris seperti Dr.Frankenstein dalam cerita Fiksi karangan Mary Shelley., tapi Daina menolak menyamakanku dengan tokoh dalam novel tersebut,
karena menurutnya pada akhir cerita penelitian menghidupkan orang mati yang dilakukan jenius itu malah berbuah malapetaka yang menghancurkan hidupnya bahkan hidup orang orang yang ia cintai.

Namun aku tidak menginginkan larut dalam kesombongan,
aku juga tidak ingin mereka reka apakah para peneliti disini lebih tinggi atau lebih rendah daripada diriku (tentu itu hal yang tidak boleh…)
aku tidak suka adu kepintaran dengan orang lain, meski aku juga tidak suka kalah,
tapi meski tidak suka kalah, aku lebih puas jika bisa menang terhadap diriku sendiri.
Karena sampai sekarang tidak ada lawan yang kuanggap sepadan denganku meski aku menghaturkan salam permusuhan sekalipun.

Ini bukan kesombongan, tapi rasa kebanggaan kepada diri sendiri,
semua manusia wajib memilikinya demi kesuksesan masa depan mereka.
tidak ada lawan yang lebih berbahaya bagiku,selain aku.
aku tahu sejauh apa kemampuanku,
hanya saja perasaan cintaku terhadap daina…
meluluh lantakkan hatiku sedemikian rupa sampai tidak berbentuk lagi,

sejak mengenal Daina untuk pertama kalinya, aku merasakan pahitnya kekalahan,
karena hanya demi seorang gadis aku bersedia memberikan segalanya,
dan aku bertekad, selama punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya, dan jika aku tidak lagi punya kedua tangan ini, aku akan melindunginya dengan jiwaku,
lebih baik mati daripada menyakitinya.

Cinta yang gila dari seorang pria yang telah kehilangan segalanya,
namun selalu merasa mudah mendapatkan segalanya pula.
Segalanya kecuali cinta dan kasih sayang,

Aku hanya mengenal tangan kak Ari yang melindungi dan membimbingku selama ini, sekarang tanganku lah yang melindungi dan membimbing Daina
aku pecaya aku mampu selama aku memiliki kekuatan dan tekad untuk hidup,

Orang egois macam apa yang ingin bertahan ,
meski hanya dengan tekad saja. Ah,aku benar benar tinggi hati.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master EmptySat Nov 27, 2010 8:20 am

(LANJUTAN)


Tasuku

____________________________________________
_____________________________________


Tidak terasa sudah 3 minggu aku bekerja di lembaga penelitian milik Negara ini.
Aku masih tidak dapat berbaur dengan benar,
tapi aku tetap serius dengan pekerjaan ini,seberat apapun,akan kuanggap sebagai tantangan,
untuk itu akupun sengaja memilih rumah yang hanya berjarak dua blok dari tempatku bekerja sekarang,yang hanya memerlukan 10 menit perjalanan jika memakai mobil,

kak Ari pulang kerumah,
walau hanya untuk 3 hari saja, dia selalu cemas dan mengatakan aku agak kurusan, sore itu kami bersantai di beranda seperti kebiasaan kami sejak dahulu, apalagi sudah 6 bulan tidak bertemu sejak dia menghadiri upacara pernikahanku dulu,
selebihnya kami cuma berhubungan lewat telepon,
kak Ari hanya mengenakan piyama abu abu longgar yang di gulung di bagian lengan hingga otot bahu dan dada nya yang kekar terbentuk karena pekerjaan ektrim nya sebagai Paladin jelas terlihat,
dia tidur seharian, dan bangun ketika aku dan Daina sudah pulang kerumah sore harinya,
matanya hampir selalu setengah tertutup seperti malas untuk dibuka, dan dia kelihatan senang dapat berbincang denganku, tapi sama seperti Daina,
dia juga berusaha menyumpaliku pai dan makanan lainnya,

“sudahlah kak,aku baik saja, tidak perlu dicemaskan” aku berusaha mengelak

“jangan membantah, lagipula, kau tidak akan mati kekenyangan kalau hanya makan sedikit saja,” kak Ari menghisap rokoknya dalam dalam.
Dia melompat dengan gesit ketika aku hendak merebut rokok dari tangannya.

“merokok tidak baik untuk kesehatan,kakak” tegurku setengah hati.

Kak Ari mencelos
“hah! asyik kerja sampai lupa makan juga tidak baik untuk kesehatan”
dan akhirnya ia kembali duduk dengan tenang di sofa antik yang terbuat dari rotan,tepat disebelahku. kami berpandangan satu sama lain.

“bagaimana kau disana?” kata kak Ari mengalihkan pembicaraan.

“hah? Oh,tidak ada masalah,” jawabku
kak Ari menyipitkan mata elang nya tidak percaya, menghembuskan asap rokok tebal dalam nafasnya

“kau itu Tasuku” ia menirukan gaya bicara almarhum ayah kami dulu "tipe penyendiri yang sulit dimengerti,tentu sulit bagimu berbaur dengan orang orang yang tidak dapat memahami dirimu”

aku tertawa "aku tidak butuh dipahami,kak,biar aku yang memahami mereka” jawabku

kak Ari tersenyum “adik kebanggaanku yang memiliki hati lebih baik daripada siapapun” gumamnya
"semua yang ada dilembaga milik pemerintah pastilah ilmuwan kacangan yang tidak sepadan denganmu, kalau bukan kau, mana mungkin bisa tahan berada disana?”

“tidak juga,kok” aku membuang muka,tapi kak Ari semakin memepetku hingga nyaris tidak ada jarak lagi diantara kami

“mereka sok tahu sekali,kan? Karena merasa kau orang baru?! Ayo,ceritakanlah…” ia menyenggol bahuku,lagaknya seperti ibu ibu tukang gosip saja.

“me...,memang ada yang menyebalkan…” aku terpancing “beberapa…”
kak Ari tergelak puas disaat aku tersadar bahwa telah dikerjai.

“nah,begitu,dong” ia menepuk bahuku dan mengguncangnya seperti sahabat lama.“tetaplah seperti ini selalu,ya?”

“kakak apa apaan…” tukasku.
Kak Ari tersenyum dan menundukkan kepala “jangan berubah” pintanya padaku,

"apanya? aku tidak mengerti”

“kau tahu,Tasuku, terkadang aku takut padamu,” ia berkata lagi,kali ini sambil menghela nafas lega.

“iya,ya, selama ini kita belum pernah melakukan pertengkaran kakak adik…,” potongku "bagaimana jika suatu saat kita dihadapkan sebagai musuh,ya?”

kukira kami hanya bercanda, jadi aku tidak serius mengatakannya,tapi tiba tiba wajahnya berubah jadi serius.

“itu tidak akan pernah terjadi” sahutnya keras.
“kita tidak akan pernah saling menyingkirkan untuk alasan apapun,meski itu tidak adil untuk hidup manusia lainnya, kalau misalnya aib itu adalah kau,lebih baik kita hancur bersama saja”

Aku terdiam sesaat “maaf,kak…, aku tidak bermaksud…” ketika aku kembali mengangkat wajah menatap kak Ari,
ternyata wajah kak Ari sudah merah padam menahan tawa, “lucu sekali…!” serunya, “kau sedang menulis novel,Tasuku?”
“sampai akhir jaman pun,mana mungkin kita bermusuhan?! Dan kau langsung memasang tampang tegang begitu! Dasar polos!” melihat kakakku terpingkal pingkal menahan tawa, aku juga ikut tertawa.
Daina datang melempar bantalan sofa kearah kak Ari.
Kak ari melotot dengan gaya sok tahu, Daina berkacak pinggang menghadapinya.

“bukannya bantu bantu! Malah santai disini!” teriak Daina
“ayo kita memasak!”

“baik,bu! Sebentar lagi…” teriak kak Ari,dia tahu Daina hanya ingin memakan masakannya setelah sekian lama, karena kami tidak punya orang tua lagi,kak Ari yang memasak dan mengerjakan semua tugas rumah tangga, makanya masakan apapun yang dibuat kak Ari selalu enak rasanya,Daina sangat menyukai bila kak Ari yang memasakkan untuk kami.

“Tasuku,ini,” kak Ari menyerahkan bungkus rokoknya yang masih penuh ketanganku
“kau tidak akan melihat aku merokok lagi selama aku disini”ia berjanji.

“hanya selama disini?” aku menaikkankan alis penasaran.
Kakakku cengengesan. “akan kuusahakan” katanya meringis.

“kak Ariiiiiiiiii!!” teriak Daina, terdengar bunyi ‘tang tong teng’ dia mengetuk pinggiran wajan dengan sendok.

“ya…ya…” kak Ari berpaling sebal tapi tetap berdiri mendatangi Daina didapur
tak lama bau masakan yang wangi dan sedap tercium keseluruh rumah.
Aku menopang dagu dengan kedua tanganku, masih duduk diteras rumah, menatap laut yang terlihat jelas dari halaman rumahku,debur ombak yang memecah lautan,
beberapa anak kecil bermain di tepian pantai,tawa mereka riang.

Bali masih wilayah murni hingga saat ini tapi berapa lama kedamaian ini akan bertahan?
Sampai para makhluk yang bangkit dari kematian itu datang untuk menginvasi…
lalu apakah arti kami sebagai makhluk hidup? Ternak dan sumber makanan bagi para undead?

Kakakku adalah Paladin, tugasnya melindungi mereka yang tidak bersalah agar tidak menjadi korban.
Kakakku adalah Paladin…
Paladin yang seharusnya tidak punya kelemahan,
terngiang kembali kata kata kak Ari barusan,

“Kau tahu,Tasuku? Terkadang aku takut padamu…”

Aku tahu…
Aku tahu kak Ari mencintai Daina…
Tapi aku merebut kesempatan itu darinya,
kesempatan untuk dicintai oleh Daina...!

Karena aku juga tahu,seperti aku mencintai Daina dan rela memberikan apa saja milikku untuknya,seperti itulah kakakku akan memberikan apa saja miliknya untukku.

Ombak menempur karang,
suaranya bagaikan pertempuran yang menyayat hati,
bahkan karang yang kokoh itupun akhirnya akan berlubang,
apakah kakakku juga seperti itu?
Terlihat kuat, tapi tetap memiliki kelemahan…

tuhan,aku hanya manusia…,
aku sama sekali tidak bisa menyingkirkan rasa egois dan prasangka dalam hatiku, aku juga tidak bisa menahan godaan untuk mewujudkan satu dua keinginan yang bukan demi orang lain,
tapi demi diriku sendiri…

Aku,


Akulah kelemahan terbesar kakakku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
Sponsored content





Descendant Of The Death Master Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Descendant Of The Death Master
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 10Pilih halaman : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Descendant Of The DeathMaster :: DESIRE... :: Chronicles...-
Navigasi: