“Bagaimana?” Lily keluar dari dalam gudang, Baru saja mengganti gaun pengantinnya dengan gaun pengantin baru pilihan kami berdua yang berpotongan lebih sederhana,
“Cantik…” Komentarku memandanginya dari atas sampai bawah.
Lily tersenyum puas.
“Yang sederhana memang bagus” Timpalnya. “Cocok untuk pesta pernikahan yang hanya berdua.”
Aku tersenyum kecut.
Memandangi ia memasukkan gaun pengantin lamanya kedalam bagasi mobil.
“Awas robek, Harganya jutaan itu”
Lily bahkan tidak menanggapi ucapanku sama sekali, Terus menjejalkan benda halus putih itu sampai muat semua.
“…Kamu akan memakainya saat meninggal nanti…”
“Kamu cerewet sekali sih!”
Lily melompat memelukku dan menghujaniku dengan ciuman.
“Kamu tadi datang ke pesta… Kenapa tidak bilang padaku, Kalau tahu akan kusiapkan tempat duduk yang paling nyaman…”
“Tidak senyaman dia yang mengucap sumpah setia disampingmu” Sahutku muram.
Lily memasang tampang merajuk. Menciumku lagi.
“Kamu melihatnya dengan mata yang sama yang kamu gunakan untuk melihatku…” Kupejamkan mata, Menikmati sentuhannya. “Ini salahmu,”
Karenamulah aku bisa melakukan ini semua, Kamulah alasanku bertahan hidup,
Pun dengan cara menyedihkan semacam ini…
“Maaf… Maaf ya…” Lily menarikku semakin dekat. Menyentuhkan bibir kami sekali lagi.
Ia hanya meminta maaf, Seperti biasa,
Maafku bukan sesuatu yang tak terbatas… Tapi kenapa ia selalu mendapatkannya?
“Yang lebih penting lagi…, Kamu menghilang tiba-tiba… Padahal malam ini malam pernikahanmu kan…, Tidak ingin bulan madu ?” Sindirku.
“Aku bilang aku ada pemotretan diluar negeri, Toh orang sibuk yang lebih sayang mobilnya sehingga menyuruhku naik angkot daripada melewati jalan Berbatu bersamaku itu tidak akan memikirkan bulan madu atau semacamnya.”
Aku senang Lily Mengungkit ungkit kejelekan ‘Suami’ nya.
Entah mengapa aku merasa tersanjung.
Ataukah ini perasaan lumrah yang biasa dimiliki seorang selingkuhan?
Lagi-lagi, Pathetic…
“Tapi tetap saja…”
Mulutku kali ini dibungkam dengan sebuah ciuman yang dalam.
Lily menciumku seakan tidak ada hari esok lagi.
Membuatku sejenak melupakan semua penderitaan maupun kebahagiaan atau apa saja.
Hanya ada aku, Dan Lily.
“Aku tidak peduli,” Senyumnya nakal kepadaku, Sembari masuk kedalam mobilku dan duduk dikursi penumpang. “Yang bulan madu sekarang kita kan?” Godanya, “Kenyataannya sekarang aku bersamamu…”
Aku tersenyum, Mengikutinya masuk kedalam mobil, Menyalakan mesinnya lalu bertanya mau pergi kemana, Lily tertawa mengatakan akan kemanapun bersamaku.
Ia melakukannya, Mengorbankan separuh dari hidupnya, Dan mengambil seluruh dari hidupku.
Betapa liciknya.
Wanita sialan yang paling kucintai.
Hubungan macam apa ini sebenarnya?
Sampai kapan?
Sampai perasaan kami yang tak seorangpun boleh tahu ini lenyap bersama ilusi itu
sendiri?
Ya, Ini endingnya bukan? Itu benar…
Ayo kita mulai Tragedi ini.
Dan selamat datang, Romeo…
--
FIN.