Descendant Of The DeathMaster
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.



 
IndeksPortalLatest imagesPencarianPendaftaranLogin
Navigation
 Portal
 Indeks
 Anggota
 Profil
 FAQ
 Pencarian
Latest topics
» Descendant Of The Death Master
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyThu Dec 26, 2013 9:35 am by DeathMaster

» Shirotabi Come here ^o^v
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Aug 03, 2013 3:52 am by DeathMaster

» DeepBlue Kingdom
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyThu Aug 01, 2013 7:05 am by Shirotabi

» Newsletter
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyMon Jul 22, 2013 11:01 pm by DeathMaster

» Lily - I don't even know a milimeter of Romeo and Cinderella
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyMon Apr 09, 2012 2:11 pm by DeathMaster

» Rules...? Sedikit aja kok!
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyMon Apr 09, 2012 12:45 pm by DeathMaster

» Perkenalan
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptyWed Dec 08, 2010 8:28 pm by DeathMaster

» Siapa Male Chara Favoritmu?
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySun Nov 28, 2010 7:30 am by DeathMaster

» Forum Rules: Read This First!
Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 11:42 pm by DeathMaster

Top posters
DeathMaster
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 2 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap 
Shirotabi
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcapDescendant Of The Death Master - Page 2 Voting_barDescendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap 
May 2024
MonTueWedThuFriSatSun
  12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
CalendarCalendar
Social bookmarking
Social bookmarking reddit      

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website

Bookmark and share the address of Descendant Of The DeathMaster on your social bookmarking website
Pencarian
 
 

Display results as :
 
Rechercher Advanced Search
Poll
Siapa Male Chara Favoritmu?
Ari
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Tasuku
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Ryo
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcap50%Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap
 50% [ 1 ]
Stats The Origin
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Others
Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_lcap0%Descendant Of The Death Master - Page 2 Vote_rcap
 0% [ 0 ]
Total Suara : 2

 

 Descendant Of The Death Master

Go down 
Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next
PengirimMessage
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:26 am

Daina.


_______________________________________
_______________________________


Suamiku berusaha keras beradaptasi ditengah lingkungan yang sulit ini,
tapi tetap saja bagi jenius sepertinya hal yang sulit berbaur dengan orang lain secara lebih dekat,

Tasuku menguasai berbagai macam bahasa, tahu etika dan sopan santun formal melebihi siapapun didunia ini, tapi sebenarnya, dia yang ada ‘didalam’ sangat tertutup dan kurang pergaulan.

Orang hanya akan menganggapnya aneh, karena terkadang apa yang dia bicarakan tidak pernah sesuai dengan yang ingin mereka dengar,
Tasuku sangat suka berbicara dengan gaya filsafat, juga sulit dimengerti, tapi aku tahu dia adalah orang yang paling pertama kali mengulurkan tangan jika orang lain meminta bantuan.

Ketika dia berkata tidak perduli tentang keuntungan yang akan didapat jika penelitian mereka berhasil, orang memandangnya seakan ia orang munafik,
dan Dr.Dominique berkomentar
“jika demikian untuk apa aku berada disini?” dan semua orang tertawa,
Tasuku hanya diam,meneruskan meneliti bakteri virus melalui mikroskop, dan menyuruhku mencatat satu dua hal baru yang ia temukan.

Pada jam makan siang aku menyemangatinya dan berkata bahwa ia tidak perlu memikirkan apa yang dikatakan orang padanya, karena mereka belum tentu tahu apa yang harus dilakukan tanpa dirinya, Tasuku hanya tersenyum,lalu ia berkata padaku dengan sayangnya:
“Aku tidak butuh dipahami,biarkan aku saja yang memahami mereka”
maka ia pun membuktikannya, setiap hari selalu ada laporan kemajuan yang dibuat oleh Tasuku, dan tidak seorangpun dapat menyamai kemampuan berpikirnya yang seperti Einstein itu.

Senyumnya semakin hari semakin cerah seperti malaikat,
ia sungguh sungguh tampan, dan begitu optimis segalanya akan berjalan dengan lancar.

Pada minggu ke 4, pasien terinfeksi 48% menunjukkan tanda tanda kesembuhan, 8 orang dokter yang melakukan penelitian termasuk Tasuku akan melakukan riset lebih besar, dan sedang menyusun rencana untuk meminta dana tambahan,
Dr.dominique memanggil Tasuku dan aku keruangannya,
dengan sedikit berbasa basi pada awalnya, akhirnya ia mulai mengutarakan niatnya,
“begini,Dr.Gabriel, aku ingin membahas masalah penelitian yang sedang kita kerjakan saat ini”

“maksud dokter?” kata Tasuku tidak mengerti.

“jangan berpura pura lagi di depanku,kau sendiri tahu saat ini kita sedang mengusahakan meminta pengadaan dana yang luar biasa besar dari pemerintah,”
Dr.dominique menyunggingkan senyum sinis,

“maaf,tapi saya merasa pembicaraan ini tidak ada hubungannya dengan saya…” Tasuku hendak memutus pembicaraan,tapi Dr.Dominique memotong perkataannya.

“tentu ada hubungannya” katanya cepat “kau adalah penemu terbesar dan peneliti yang menyumbangkan hasil pekerjaan terbaik dari yang pernah kami lakukan selama hampir 15 tahun ini”
“satu kata darimu saja bisa menghancurkan kami semua…”

“dengar” kata Tasuku “saya tidak peduli,saya tidak pernah memiliki niat apapun selain bekerja disini”
“asalkan saya punya fasilitas untuk tetap bekerja dan menyelesaikan penelitian…” nada suaranya memohon.

“tidak semudah itu” senyum diwajah Dr.Dominique menghilang "masalahnya adalah…ehm,kau terlalu pandai, aku sendiri bingung kenapa mereka tidak menempatkan peneliti jenius sepertimu di Lab pribadi,”
“walau demikian adalah yang paling menguntungkan bagi kami”

Saat itu aku tidak dapat mengendalikan emosi ku sebagai wanita dan seorang istri.
“terus terang saja,dokter,apa yang anda inginkan dari Dr.Tsarania?!”cetusku berang.

“maaf,kalau anda tersinggung,nyonya,”“tapi kalau Cuma Dr.Gabriel yang memberikan kontribusi dalam penelitian,tentu akan sangat merepotkan bagi kami”
“jadi,yang ingin saya tanyakan adalah,apakah anda bersedia jika semua kemajuan yang telah dibuat oleh anda sampai saat ini kami klaim sebagai hasil karya bersama?”

Ini sudah kelewatan, Tapi aku tahu bahwa aku sama sekali tidak berhak mengambil keputusan, jadi aku hanya bisa memandang pasrah kearah Tasuku,
apapun yang ia capai hingga hari ini adalah hasil kerja kerasnya,bahkan sebelum dia bekerja di Lab milik pemerintah,kenapa...

Tasuku diam untuk beberapa saat,melihat Tasuku tidak terpengaruh,Dr.Dominique mencoba dengan cara lain,
“ini bukan tawaran cuma cuma,bisa anda bayangkan keuntungan yang kita dapat jika dana segar itu mengalir dengan lancar,Dr.Gabriel? ”

“bukan uang masalahnya”
Tasuku mengangkat wajahnya,itulah wajah seorang yang pandai dan memiliki harga diri tinggi yang selalu kukagumi selama ini.
“lakukan sesuka anda,Dr.Dominique,” wajahnya tersenyum tanpa beban. “saya hanya butuh waktu agar bisa menyempurnakan penelitian saya hingga selesai, jadi biarkan saya bekerja kembali,terima kasih.” Dan ia keluar dari tempat berudara menyesakkan itu. Aku mengikutinya dari belakang,

“Tasuku mau?! Kenapa?!” cecarku.

“mau bagaimana lagi? Dia kepala penelitian disini, dan dia yang memimpin, kalaupun aku tidak bersedia, dia pasti akan tetap melakukan apa yang dia inginkan, karena manusia memang seperti itu” Tasuku berbicara dengan cepat sekali.

“tapi mereka mungkin hanya bisa membuat kekeliruan, atau bahkan menggunakan dana penelitian yang dibicarakan tadi untuk kepentingan pribadi!” aku berkata keras keras, saat kami masuk ke ruang pribadi Tasuku,

"Tasuku direndahkan sekali!!! Mereka pikir bicara dengan siapa?! Mereka berusaha membodohi seorang yang seratus kali lebih pintar dari mereka!!! Terlebih lagi mereka jahat!!!!” aku berteriak teriak,tapi Tasuku tidak menghiraukanku sedikitpun,dia malah berkutat dengan layar komputernya, dan menyesuaikan beberapa grafik disana,
kesabaranku habis, aku duduk di depan mejanya menyilangkan tanganku,air mataku bercucuran,

“Tasuku bodoh,”
Tasuku menengadah kearahku, “Daina?” katanya,

“tidak adil mereka mengklaim kerja keras Tasuku seumur hidup seenaknya, dinamakan tim, tapi Tasuku melakukan segala sesuatunya seorang diri selama ini, Tasuku juga tidak pernah dibantu siapa siapa, itukan tidak adil…” hanya lengan Tasuku yang kurasakan meraihku kedalam pelukannya, aku bisa merasakan kesedihan dalam kehangatan yang mengalir darinya,

“aku minta maaf…” bisik Tasuku pelan ditelingaku “jika tidak kuiyakan, orang orang itu akan menempuh segala cara agar bisa mengusai keadaan,aku tidak mau kejadian yang sama seperti Clarken terulang pada kita, aku lebih beruntung karena proyek ini diawasi oleh pemerintah, dan jika mereka melakukan hal yang tidak pantas, pasti tidak akan dibiarkan begitu saja,”

“tapi jika itu terjadi,Tasuku yang tidak bersalah juga akan…” Tasuku menghentikan kata kataku dengan ciumannya, aku merasa tidak berada di bumi lagi pada saat dia melakukan hal itu padaku.

“Daina pernah bilang tuhan selalu bersamaku, jadi pasti tidak apa apa, aku akan baik baik saja” menempelkan dahinya ke dahiku, meraih tanganku dan menciumnya dengan sayang,

“selalu…,”aku memejamkan mata, “karena Tasuku adalah dewa bagiku…” suamiku tersenyum,menghapus air mata yang mengalir di pipiku.

“lagipula aku akan menyelesaikannya sebelum mereka sempat menyadari…” Tasuku tertawa…

“Daina tadi menyebutku bodoh,memangnya apa yang tidak mampu aku lakukan?” dia berpura pura cemberut sekarang.

“karena Tasuku terkadang menakutkan…”

tasuku tertegun,”apanya yang menakutkan?”

“kau tahu sedang dimanfaatkan,kau juga tahu orang memiliki niat licik terhadapmu,tapi kau menerimanya begitu saja, seakan ingin menguji sampai dimana batas kemampuanmu…”

Tasuku tersenyum pahit “ya,jika itu aku saja,aku masih bisa menahannya…” aku memandangi wajah tampan berona keemasan didepanku, aromanya senatiasa mebuatku mabuk dalam kecintaanku terhadap dirinya, aku ingin dengar kelanjutannya…

“tapi jika yang menjadi sasaran niat jahat itu adalah Daina…, aku akan mendatangi dan menghancurkan mereka dengan tanganku sendiri…”

Itulah hal yang ingin kudengar, dia akan selalu…selalu… Selalu rela melakukan apa saja demi diriku… Meski berbuat dosa sekalipun…

mana ada hati wanita yang tidak sakit jika dicintai sedalam itu?
Jika aku menatap matanya, aku hanya akan menemukan bahwa ia sangat mencintaiku,
setiap kali rasa sakit yang kunikmati itu tergali semakin dalam, lalu berbagai macam impian menutupi luka tersebut. Terjadi begitu saja,

Aku tidak menjawab panggilannya,aku menyusupkan kepalaku kedadanya, ingin mendengar detak jantungnya yang mengatakan bahwa ia masih tetap ada di sisiku.

Aku teringat petuah lama, tapi kemudian dengan segera melupakannya, terhanyut oleh sepotong cinta.


Tapi terkadang, jika kau terlalu banyak berharap,kau akan merasakan kekecewaan melebihi besar harapanmu…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:27 am

Daina

Dua hari kemudian.

__________________________________________
___________________________________


“Benar tidak perlu diantar?”

Kak Ari mengepak barangnya yang tidak banyak sama sekali itu.
Aku dan Tasuku membantunya,
ini adalah kunjungannya yang kedua sejak kami pindah kemari,
walau dari tadi aku hanya duduk duduk saja di kamar kak Ari,menonton mereka berdua berdebat mengenai barang apa yang harus dibawa dan tidak dibawa-akhirnya Tasuku berhasil menjejalkan kotak p3k ke dalam koper kak Ari- dari sedikitnya jumlah barang yang akan dibawa,kelihatannya kak Ari benar benar tidak punya kesempatan untuk bersantai lebih banyak.

Sekarang mereka ribut masalah mengantar kak Ari ke Bandar udara.

“tidak usah,kau pikir siapa yang mengajarimu menyetir?” katanya terbahak pada Tasuku. Aku duduk di atas tempat tidur memandang Tasuku dan kak Ari,
mereka seperti anak kecil yang saling mencemaskan,
sambil mengawasi kak Ari dan Tasuku-apa boleh buat karena selama ini mereka hanya dua bersaudara saja-Aku memikirkan banyak hal.

kak Ari sebenarnya juga keren, ketampanannya berbeda dengan Tasuku yang kharismatik dan elegan layaknya seorang pangeran,
kak Ari dengan rambut sehitam arang dan mata elangnya,rasanya mustahil jika tidak ada wanita yang jatuh hati.
terkadang aku kesal karena dia sangat cerewet seperti seorang ibu,
beda dengan Tasuku yang jahil tapi manisnya minta ampun,
kesan “wild” itu,aku dan kak Ari sering menjahili satu sama lain, tapi bukan berarti dia orang yang jahat,malah dia sangat baik sekali,
kak Ari seperti seorang kakak bagiku…
dia adalah pengganti keluargaku yang telah tiada…
mau menerimaku disini tanpa membeda bedakan aku dan tidak pernah memperlakukanku seperti orang asing.

Aku sangat bingung, kenapa kak Ari yang punya pekerjaan mapan, wajah yang bentuk tubuh yang tidak bisa diabaikan, sampai sekarang belum pernah memperlihatkan pacarnya pada kami?
Rasanya tidak mungkin laki laki dewasa berumur 28 tahun tidak punya pacar sama sekali, kalau tidak,sih,benar benar parah.

Tiba tiba muncul ide jahil dikepalaku,

“bulat! Sedang apa dibawah?!” seru kak Ari ketika aku menggeledah kolong tempat tidurnya, aku segera keluar dari sana dan mendapati sosok jangkung itu berdiri didepanku. Ekspresinya penuh tanda tanya.

“heheheheee…” aku mengerling menggoda

“Daina,yang benar saja, disitu kan’ kotor…” Tasuku mengulurkan tangan membantuku berdiri.
Sambil menepuk nepuk sedikit debu yang menempel dibahuku, aku kembali duduk di tepi ranjang kak Ari.

“aku sedang mencari buku dewasa…” kataku.

Baik kak Ari maupun Tasuku saling melempar pandang satu sama lain, lalu sama sama tertawa lepas.

“aduh,yang begituan mana ada…”kata Tasuku prihatin.

“sudah kuberikan pada suamimu semuanya…” tukas kak Ari disela sela tawanya.

“kakak!” protes Tasuku ”jangan buka rahasia,dong”

“kenapa ingin tahu?” Tanya kak Ari duduk disampingku dan Tasuku,
aku menjawab tanpa ragu:
“karena aku ingin tahu seperti apa pacar kak ari”

“benarkah,aku juga ingin tahu…” sambut Tasuku “tapi kurasa selera kami tidak berbeda jauh” tambahnya.

Kak Ari mengibaskan tangannya dengan gaya tante tante,
"oh,yang benar saja,aku benci gadis pendek berwajah bulat kekanak kanakan…” dia mencibir.
Dan aku melempar bantal ke wajahnya.

“kau akan jadi bujang lapuk seumur hidupmu, aku bertaruh untuk itu!” teriakku.
Orang paling menyebalkan itu menyingkirkan bantal yang menimpa wajahnya

“pacarku banyak,merepotkan kalau dihitung satu persatu…”lagaknya dengan sombong.

“sok cakep! Pantas tidak laku!”

“sudahlah…” Tasuku menyela “menurutku Daina imut imut,kok…”

“kau dengar itu?! Aku ini imut,tahu! Dasar kakak bujang lapuk…,”

“Cuma kebetulan saja,kok…”

“yang penting aku lebih cepat laku daripada kakak!” aku menjulurkan lidah kearah kak Ari.Sementara orang yang kuejek setengah mati malah menutup telinganya,

“justru itu tanda kehebatan kakak,sebentar lagi dunia akan takluk dihadapannya” Tasuku ikut mengipasi.

Acara kumpul bersama seperti ini jarang terjadi karena kak Ari tidak selalu berada dirumah, misi sebagai Paladin memang mengharuskannya berkeliling ke banyak tempat diseluruh dunia. Akhirnya setelah setengah jam berlalu dengan kacau,tiba saatnya kak Ari berangkat, walau waktu telah menunjukkan sudah pukul 8 malam,

Tasuku resah karena dia belum sempat memasukkan semua barang (aku curiga ia ingin balas dendam karena kak Ari memaksanya makan hampir setiap saat selama beberapa minggu terakhir ini)

“tengah malah banyak kabut, hati hati…!” Tasuku mengingatkan kak Ari yang sudah berada dalam mobilnya dan memasang sabuk pengaman.

“bukan aku yang menerbangkan pesawat, tapi Ryo” jawabnya santai.
“dia sudah berjanji akan menjemputku,karena kami habis ini langsung melaksanakan misi di Athena”

“hati hati dijalan,ya,kak” aku bersembunyi dibalik punggung Tasuku,tidak tahu harus memasang wajah seperti apa. Kak Ari menjulurkan tangannya keluar melalui kaca mobil.
Lagi lagi dia mengusap ubun ubunku,

“kau tahu apa yang harus dilakukan” pesannya padaku.

“aku akan berusaha!” tentu saja aku bisa menjadi istri yang baik untuk Tasuku, kalau dia pulang nanti, dia akan melihat kalau aku sudah lebih pandai memasak dan juga pekerjaan rumah tangga lainnya,itu tekadku.

Ia melambaikan pada aku dan Tasuku untuk terakhir kalinya
Mobil kak Ari meluncur di jalan beraspal,
meninggalkan kami dibelakangnya,
Tasuku menguap, dia menggeliat pelan disebelahku, “kakak akan cepat pulang,” katanya padaku,
"tentu saja” aku meyakinkannya.

Kami bergandengan tangan masuk kerumah, tidak kuhiraukan suara ombak,
sementara Tasuku terus menerus memalingkan wajahnya menatap tepian pantai…
Seperti sedang resah,
tapi aku tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkannya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:28 am

(LANJUTAN)

Daina


Pukul 02:30 malam,
kediaman Tasuku dan Daina.

________________________________________________
_______________________________________


Suara ribut apa,itu?

Perlahan aku bangun dari tempat tidurku.
Betapa terkejutnya diriku mendapati Tasuku berdiri disamping pintu tempat tidur kami,
dia melihat padaku. Dengan berjingkat dia mendekati dan menempelkan telunjuknya di bibirku.

“diam” bisiknya padaku.

Ia tidak menjelaskan apapun padaku,tapi dari raut wajahnya aku tahu ada sesuatu yang tidak beres.
Tiba tiba kami tersentak. terdengar alarm kunci digital di ruang penelitian pribadi dilantai atas berbunyi, sesaat kemudian alarm itu berhenti,mungkin...tidak sampai tiga detik...

Tasuku memegang bahuku, “Daina” bisiknya ditelingaku, “ada orang yang menyusup ke rumah kita dan merusak semua sistem keamanan yang terpasang”

Aku membelalakkan mataku,terkejut sekaligus merasa ketakutan yang teramat sangat,
“a…apa mereka perampok?! lalu bagaimana,Tasuku?!”ucapku terbata, kusadari tubuhku gemetar.

Tasuku meremas bahuku untuk menenangkan, “kelihatannya bukan perampok biasa,alarm di nonaktifkan...jadi tidak ada orang lain yang bisa kita mintai tolong,telepon rumah juga diputus” dia menunjukkan telepon genggamnya padaku.
"pintu keluar dikunci secara otomatis...kita tidak bisa keluar,semua kendali ditangan mereka..."
Tasuku mengawasi layar kamera pengintai yang terpasang diseluruh penjuru rumah,
ia memasangnya di kamar kami supaya bisa memantau seandainya ada yang tidak beres,

"atau tidak dibiarkan keluar..."

aku ikut memperhatikan layar layar yang berjumlah lima belas buah dan tersusun di dinding kamar kami itu,
sedetik kemudian,gambarnya buram,dan layar mati!

“aku sudah menghubungi polisi, mereka akan tiba dalam 15 menit…” tiba tiba wajah Tasuku memucat ketika ia teringat akan sesuatu.

“data…penelitiannya…” gumamnya pada diri sendiri.
Tasuku bangkit dari ranjang, meraih pistol di laci buffet kecil disamping tempat tidur kami,

“Tasuku! Mau apa?!” aku berusaha mencegahnya, Tasuku menggelengkan kepala.

“data penelitianku… itu yang diincar,”
aku tahu maksudnya, dalam sekejap semua darah ditubuhku seakan berhenti mengalir.
“tidak boleh!” aku mencengkeram lengan piyama nya keras keras, “tasuku tidak boleh keluar!” ujarku berkeras.
"kumohon…,kita tunggu saja polisi datang…”

“tidak bisa” kata Tasuku tegas “mereka bukan perampok biasa,jika bukan pembobol dengan kemampuan khusus,tidak akan sampai mampu melakukan ini, kau lihat sendiri,kan… sistem keamanan kita dilumpuhkan’ mereka pasti sudah kabur jauh setelah para polisi tiba”

"data penelitian itu adalah hal terpenting yang kukerjakan seumur hidupku, jika itu tidak ada,aku tidak bisa lagi meneruskan penelitian dan menyelamatkan semuanya… mewujudkan mimpiku…” dia mencium bibirku dengan ciuman yang kembali membuat ku terhanyut sesaat.

“aku akan kembali” ia kembali berbisik ditelingaku “tidak ada yang boleh tahu kau berada disini,kunci pintu kamar ini dan beri kode digital baru setelah aku keluar,dan apapun yang terjadi,jangan keluar”
“ini adalah perintah suamimu…”

aku ingin menangis, tapi berusaha keras menahannya.
Dengan membawa pistol ditangannya, Tasuku melangkah keluar kamar, ia masih sempat melihatku, dan memberi isyarat dengan matanya agar aku mengunci pintu.

Tubuhku gemetar,entah kenapa aku merasa sesuatu yang buruk akan terjadi… sesuatu yang buruk,bahkan lebih buruk daripada kematian,
tidak apa apa… gumamku dalam hati,
Tasuku adalah pria yang baik, tidak akan ada hal buruk menimpanya…,
dia membawa senjata, dia juga pandai bela diri…,
meskipun tidak sepandai kak Ari…,tapi dia hebat...!
tidak apa apa…,dia akan kembali…, dia akan segera menghentikan para penjahat itu….
dan selamat…dan kembali kepadaku…

Dengan gugup aku mengganti kode keamanan pada kunci digital di kamar tidurku,
semenit, dua menit, aku tidak mendengar apa apa, tapi kemudian aku mendengar suara letusan senjata api,lalu kegaduhan…,
aku yang teramat sangat ketakutan ingat akan pesan Tasuku, dan menyembunyikan diriku dibawah kolong tempat tidur.

Tuhan…tolong Tasuku…,tolong Tasuku!
Jeritku dalam hati.
Lalu aku mendengar langkah kaki.
Jangan!
suara tombol ditekan...
tidak apa apa...aku sudah memasang kode pengaman yang tidak akan bisa terbuka dengan mudah...

masih mencoba membukanya,
ia terus mencoba...
memasukkan angka angka secara acak dan mencoba kombinasi yang dirasanya tepat.
jangan...jangan sampai ia bisa melakukannya...

Detik berikutnya, sebuah suara bagaikan petir yang menggelegar menghancurkan pintu kamarku.
derap langkah berat mendatangiku,
Ada tangan besar berbulu yang menyambar pergelangan tanganku dan menjambakku dengan kasar,


Merenggutku dari tempat aku bersembunyi.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:29 am

Tasuku


5 menit sebelumnya.

______________________________________________
___________________________________



Aku tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi.
Aku meninggalkan istriku dikamar, menyuruhnya mengunci pintu,dan memastikan tidak ada yang mengancam keselamatannya.

Sementara aku berniat menghentikan para penyusup yang masuk kerumahku dan menghancurkan semua sistem pengaman yang ada.
Yang kuyakini benar,bahwa mereka adalah utusan seseorang untuk menghancurkan proyek penelitianku.
Daina benar, aku tidak waspada.

Perlahan aku berjalan, nyaris tanpa suara menaiki tangga menuju ruang penelitian pribadiku, memang tidak sebesar dan fasilitasnya tidak selengkap di lembaga penelitian tempatku bekerja,
tapi aku menyimpan semua data penelitianku di sana.

Aku juga tidak menggandakan data data itu, karena aku tahu apa yang akan terjadi jika salinan data itu jatuh ketangan yang salah.

Pistol ditanganku telah siap ditembakkan, seharusnya aku menurut ketika kak Ari berniat meninggalkan senjata yang lebih besar disini, tapi dulu aku berpikir apa gunanya?
Kami hidup berpindah pindah seperti sekarang…

Ketika aku mencapai pintu lab pribadiku, keadaan sangat tenang, tapi pintu yang rusak itu terbuka, aku bersembunyi disamping pintu bagian luar,mencoba mencari tahu apa yang akan terjadi, tapi tidak ada apa apa, maka akupun masuk kedalam ruangan, tentu saja dengan pistol mengacung ke depan,
Aku tidak punya pengalaman apa apa,tidak seperti kak Ari,
tapi otakku segera men kalkulasi segala kemungkinan.

Pandanganku menyapu ke seluruh ruangan.
Tampak sangat berantakan,baik itu kertas,ataupun komputer,dan tabung tabung percobaan,semuanya berserakan begitu saja
bahkan lemari meja kerja ku pun tampak seperti habis digeledah,
tapi aku tahu mereka belum menemukan apa yang mereka cari…

Tubuhku menunduk ringan saat stik golf itu melesat,nyaris membunuhku.
Aku memalingkan wajah, terlihat olehku dua orang pria bertampang kriminal
dua duanya menghadangku dari depan pintu,

salah seorang yang memakai topi olahraga berkata “Dr.Gabriel, jika ingin nyawamu selamat,berikan data penelitian tentang vaksin virus undead pada kami!”

“siapa yang menyuruh kalian?!” ujarku.
Mereka berpandangan.

“itu tidak penting, yang penting adalah,kami menginginkan data penelitian itu” pria yang satunya lagi tampak tidak sabar, aku harus mengulur waktu…
Mengulur waktu hingga polisi tiba.

“aku tidak tahu apa itu…” jawabku.

“jangan berpura pura!”
Aku hendak mengarahkan senjataku pada mereka, tapi pada saat bersamaan pria bertopi itu langsung mengarahkan pistolnya sendiri padaku.

“jika kau tembak aku,Dr.Gabriel, kau sendiri juga akan mati”
matanya menyorotkan sinar yang kejam. Aku mengangguk pelan

“apa yang kalian inginkan?! Uang?” ”baiklah,aku juga punya uang, dan aku akan membayar kalian 10 kali lipat dari orang yang menyuruh kalian”

“orang yang membayar kami bisa memberikan ratusan kelipatannya jika kami berhasil merebutnya darimu”
aku tahu,percuma saja bicara sekarang,

Pistol orang itu dan pistolku meletus bersamaan,

“aaaarrrrrgghhhh!!!!!!!!!!”
Pria bertopi itu terkejut melihat rekannya menjerit menjatuhkan pistol dari tangannya yang berlumuran darah.
Apa mereka kira aku selemah itu?!

“kau…” ketika sang pria bertopi melepas stik golf yang dipegangnya erat sedari tadi, hendak meraih pistol yang di jatuhkan rekannya yang masih sibuk menjerit jerit kesakitan.
Secepat itu pula kakiku menendang pistol itu kesudut hingga terperangkap dibawah meja.
Kuhantam dagunya dengan menggunakan bagian belakang senjataku.

Ia masih terkejut tidak percaya ketika aku kembali menyarangkan tinjuku di ususnya,
menyergap dan membantingnya kelantai.
Dua orang penyusup itu berguling kesakitan sesaat,
pada saat itulah aku menodongkan pistolku kearah mereka.

“katakan” ujarku ”siapa yang menyuruh kalian…?”

“tidak akan kuberitahu…,Dia akan membunuh kami jika kami beritahu namanya...!” kata salah seorang yang tangannya terluka dan mengeluarkan darah berceceran hingga karpet ruang kerjaku kotor.
Rekannya memberi isyarat dengan mata agar ia tidak memberitahuku.

“bukan itu yang ingin kudengar” kataku lembut tersenyum seraya menempelkan mulut pistolku di dahinya.
ketakutan,heh?
tandanya yang mendalangi ini semua adalah 'orang kuat'...!
aku menyorongkan pistol itu makin menekan dahi-nya,
Tampaknya usaha itu berhasil.

“ya…,yang menyuruh kami adalah…” katanya terbata.

“berhenti sampai disana, Dr.Tsaraniakova Gabriel.” Sebuah suara menyentakkanku.

Dia seorang laki laki berewok, aku tidak mengenalnya, tapi aku tahu siapa yang menjadi sandera nya…

“Daina…”
Istriku, dengan senjata api diarahkan ketubuhnya, menangis dan tidak berdaya.
seluruh tubuhku bergetar karena kemarahan yang memuncak,

“jatuhkan senjatamu, Dr.tsarania…!” perintahnya padaku “jika tidak,wanita ini mati…!”
Ya,tuhan, aku harus bagaimana?!

“jatuhkan…!” perintahnya lagi.
dengan geram aku melemparkan pistol ditanganku hingga jatuh ke mata kaki,
salah satu komplotan mereka yang tadi sempat kuhajar meraih pistol tersebut.

“kumohon, aku akan berikan apa saja yang kalian inginkan, tapi jangan sakiti istriku…” ujarku dengan nada suara datar,
tidak masalah sekarang,
menyerah tanpa syarat saja,aku masih bisa berusaha lagi...

“Tasuku! Jangan berikan pada mereka!!!!” jerit Daina histeris.

“perempuan sial…! Diam!” bentak pria itu.
Dia menampar Daina.
Darahku mendidih

“demi tuhan! Jika kau menyakitinya sedikit saja…” teriakanku terputus. Aku menarik nafas,menahan tekanan luar biasa dalam batinku “aku akan berikan apapun! Apapun yang kalian mau! Tapi kalian harus berjanji untuk melepaskan nya!” aku berteriak putus asa.

Jika ada rasa takut, inilah dia. Aku tidak perduli apa yang akan terjadi pada diriku, tapi jangan Daina…jangan Daina…

“Tasuku…jangan berikan apapun pada mereka…” Daina memperingatkanku.
Tapi aku sudah memutuskan,
Aku berjalan kearah dinding ruang penelitianku, setiap langkah rasanya teramat dingin bagiku.

Aku menyentuhan jari jariku pada bola mata lukisan seekor merpati,
dan segera saja, lukisan itu membuka dan terlihatlah ruang rahasia didalamnya,
disana hanya ada dua barang, yaitu sebuah disk,
Disanalah aku menyimpan segala pengetahuan dan kerja kerasku selama ini. Sedangkan yang satunya lagi adalah…

Aku menyerahkan disk itu ketangan salah seorang penyusup itu
“ambil ini, dan cepatlah pergi dari sini,” pintaku dengan perasaan tidak menentu.
Para orang suruhan itu menerimanya dengan senang hati, tapi laki laki yang mencengkeram Daina dengan ketat kelihatan nya sangat sulit percaya pada orang lain.

“apa itu?” ia bertanya sambil menunjuk tabung kaca kecil yang tertinggal di dalam bilik rahasia, aku menghela nafas.

“itu darah undead original, Stast The Origin,percayalah,kalian tidak akan membutuhkannya,nanti, didalamnya ada virus ganas,tidak ada yang bisa selamat dari virus itu, bahkan akupun belum dapat menciptakan penawarnya” jawabku tegas.

“berikan pada kami,” seru pria itu.
aku terperangah,

“untuk apa?! Semua data penelitiannya sudah lengkap dalam disk itu, dan darah itu tidak ada guna nya lagi…”
Belum selesai aku bicara, rasa sakit yang teramat sangat muncul dibawah leherku.
Saat aku menyadari, aku sudah roboh,
aku sempat melihat penjahat itu mengacungkan stik golf yang tadi ia jatuhkan,yang baru saja digunakannya untuk melumpuhkanku.
ia kembali memukul kepalaku dua atau tiga kali.
Daina semakin histeris,tapi pria brewok itu menutup mulutnya dengan tangan,
pandanganku buram, aku hanya bisa mendengar suara suara…

“Tasuku…!!!Taaaasu...mmmphhh”

“tidak ada obatnya eh?! Dia bilang benda ini milik undead original, jika kita sudah menghancurkannya,tugas kita selesai”

“cepat lakukan sebelum polisi datang, kita tidak akan dapat keuntungan apa apa jika dia masih bisa berpikir untuk menciptakan formula lagi,”
samar samar terlihat di mataku, mereka akan melakukan sesuatu terhadapku.

“jangan…!!! Jangan lakukan itu padanya…” Daina melepaskan diri dari tangan orang yang membekapnya, menarik kaki pria bertopi dan rekannya,
hanya suara...hanya suara...
pandanganku kabur...
kesadaranku hanya tinggal separuh...mungkin aku akan buta...

“apa salahnya pada kalian hingga kalian melakukan ini padanya?! Demi tuhan, dia tidak pernah ingin menyakiti siapapun…”
“bunuh saja aku,ambil nyawaku,tapi jangan lakukan itu…kumohon, dia tidak boleh kalian perbuat demikian keji……”

“dia suamiku…tolonglah…”

Aku mendengar Daina menangis,berteriak dan memohon,tapi mereka menendang dan melemparnya kesudut.

Bersamaan dengan teriakan tertahan Daina, aku merasakan rasa sakit luar biasa menjalar ditubuhku,
mengalir bersama darahku melalui urat nadi.
rasanya seperti racun yang menggerogoti dalam dagingku,teramat perih dan menusuk

Ini injeksi, aku tahu.

Aku tahu aku telah di injeksi,tapi dengan apa?!
Rasa sakit yang membakar itu kini sampai ke jantungku.
Amat sangat sakit hingga untuk berteriak saja aku tidak mampu.

“selesai,” kata suara itu.

“dengan begini boss pasti puas”

“Tasuku!!!!”

aku tahu ini Daina….. suara Daina… tangan Daina…dan,
air mata Daina.

“binatang! Kenapa kalian lakukan ini padanya?! Kalian bukan manusia!! Kalian hewan…!!! Iblis!!!”

jeritan Daina…,Daina menangis…,
tiba tiba kesadaranku kembali,telingaku dapat mendengarkan dengan amat jelas,

“bagaimana dengan perempuan ini boss? Dia telah melihat wajah kita!”

Suara yang kukenali sebagai si pemimpin itu kelihatan sedang berpikir.

“bunuh dia” katanya memutuskan "seluruh dosa akan ditanggung pria ini...calon zombie menjijikkan yang akan segera kehilangan semua sumber pengetahuan nya dan menjadi makhluk tolol tak berotak...!"
ia tertawa terbahak bahak,diikuti suara tawa anak buahnya yang lain.
aku mendengarnya...
tangan itu akan menjamah kekasih hatiku...
satu satunya hartaku yang paling berharga dan akan kulindungi meski nyawa ini taruhannya...

Seluruh tubuhku menggigil, rasa sakit itu kini telah lenyap.
kekuatan panca indera dan pikiranku demikian jernih.
sampai sampai aku bisa mendengar suara jantung yang berdenyut nikmat di dekatku...


Tapi,semua pemandangan yang kulihat menjadi merah.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:30 am

06:

Despair

_______________________________________
________________________________

Ari.

______________________________________
________________________________


Inikah yang dinamakan firasat buruk?

Aku bahkan tidak sempat mengatakan apa apa ketika pagi ini,aku telah menyelesaikan misiku dan tiba dimarkas besar Paladin. Tepatnya dua hari setelah keberangkatanku pada malam itu.

Mikia mendatangiku,wajahnya pucat dan khawatir,

“Ar…! Kau sudah kembali… ” ia menyentuh bahuku, aku dan Ryo terbelalak kaget,
kepanikan tergambar jelas diwajah Mikia yang biasanya tenang.

“tunggu,Ar…, ada hal penting yang harus kusampaikan…!”

“aku lelah, Mikia, nanti saja, para makhluk brengsek itu…, aku seakan mau mati rasanya,” Mikia mencegat langkahku,

“ini pesan dari gadis yang mengaku adik iparmu,Daina Amare” gadis berambut model bob itu menatapku tajam
langkahku terhenti,aku sangat lelah,tapi perasaan bimbang melandaku.

“hei,tenanglah,ada apa ini?!” kataku, meskipun tenagaku nyaris habis,akhirnya aku memutuskan mengajak Mikia duduk bersama.

“bukan soal aku,” ujarnya menarik lengan bajuku.
“ketua Alexander melarang kami menghubungimu karena mungkin ini akan mengganggu misi dan menyebabkan keselamatan kalian terancam…”
Aku semakin penasaran,

“ada apa sih,sebenarnya?”

Mikia menghela nafas.

“adikmu,Tsarania…”
"kurasa akan lebih baik jika kau melihatnya sendiri"
Aku menguasai diri dengan cepat, walaupun Ryo sempat ingin melakukan hal yang tidak perlu seperti menahan tubuhku dengan tubuhnya sendiri agar aku tidak lemas,
dengan tatapan mataku kuyakinkan ia bahwa aku baik baik saja.
tanpa Mikia meneruskan kata katanya pun aku sudah tahu bahwa kabar itu bukan kabar baik…
pastilah sesuatu yang teramat buruk telah terjadi.

Kumohon,wahai yang maha kuasa, Jangan kau biarkan sesuatu yang buruk menimpa adikku…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:31 am

(LANJUTAN)

Ari

_______________________________________
_____________________________


Aku telah tiba dirumah sakit pada sore harinya,
Boraknitchov meminjamkan jet tercepat milik Paladin, harusnya aku tidak menggunakan fasilitas milik Organisasi untuk kepentingan pribadi,
Boraknitchov berdalih kepentingan ku sangat mendesak dan akan sangat berpengaruh pada masa depanku nanti,
dan dia juga berharap aku dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk diriku.

Rumah Tasuku dimasuki oleh penyusup.
Orang yang dibayar oleh entah siapa untuk mencuri data penelitian miliknya.
bukan hanya pembobolan,tapi juga rencana pembunuhan,
dan melakukan injeksi paksa pada adikku,

“lebih baik kau melihatnya sendiri” aku teringat kalimat Mikia ketika ia menyampaikan berita duka ini padaku.

Memasuki pintu rumah sakit,
beberapa orang melihat kedatanganku dan Ryo yang memang terlihat sangat mencolok dengan pesawat jet.

“itu paladin!”

“hebat sekali…,mau apa mereka disini?”

“anggota paladin memang keren…,mereka gagah sekali!”

lagi lagi,bisik bisik disekitar kami…
Aku tidak suka jadi pusat perhatian, tapi Ryo dengan santainya melambai seperti artis kepada gadis gadis muda yang menyambutnya dengan teriakan dan tatapan mata tergila gila.

“jangan bertindak bodoh,” tegurku.

“tidak apa apa,kan? Toh selama ini kita kurang hiburan…”
Aku menarik nafas panjang, “cobalah pikirkan Mikia sedikit,”

“Mikia?!” Ryo menaikkan alis “memangnya kenapa dengan Mikia?!”

Sudahlah,masa bodoh dengan pertanyaan konyol Ryo.
Mempercepat langkahku,hingga meja resepsionis, perawat yang sedang berjaga terkejut akan kehadiranku,
tapi dia menyadari dari penampilan,baik aku ataupun Ryo jelas jelas adalah para Guardian divisi utama Paladin.

“Dr.Tsaraniachova Gabriel…?” tanyaku “kamar berapa?”
Si perawat langsung menunjukkan ekspresi ngeri,

“tuan tuan kemari untuk memusnahkan dia?!” sambutnya
“syukurlah kalau begitu…,sungguh mengerikan sekali, tidak dapat dilukiskan dengan kata kata…”

Sebelum aku mencerna maksud ucapannya, si perawat memanggil perawat lain yang kemudian diminta menggantikan posisi nya sementara,
”“ini perintah kepala rumah sakit,” ujarnya lagi. “mari,saya akan mengantar kalian,”

melewati bangsal bangsal rumah sakit,terus menuju lift,
perasaanku semakin tidak menentu.
Perawat itu membawa kami kelantai teratas.
Tapi aku merasa ia seperti sengaja memilih jalan berputar putar.

“jika kalian memusnahkannya, tolong lakukan dengan baik dan jangan sampai ada orang lain yang mengetahui keberadaannya disini, ini sangat rahasia, kami menerimanya hanya kerena permintaan badan penelitian Negara asia ,dan pemerintah menjamin khusus biaya perawatannya”
“jika tidak mana mungkin kami mengijinkan dia dirawat disini?! Hanya membuat khawatir pasien lain saja…”

Ryo mendepak kakiku di sudut lift dengan gerakan tidak kentara yang takkan membuat si perawat curiga,

“apakah parah?!” Tanya Ryo sok tahu,padahal dia sendiri juga sama tidak pahamnya denganku akan situasi yang sedang terjadi

“tentu saja parah sekali, orang orang yang menyusup ke rumahnya itu, malang sekali nasib mereka, mati dengan cara seperti itu”
Darahku tersirap, Ryo masih menahan bahuku yang goyah dengan sekuat tenaga.
Akhirnya kami tiba di lantai teratas, saat keluar dari lift, semakin aku memikirkan apa yang telah terjadi pada Tasuku,
semakin gelap aura disekelilingku,

Bangsal itu sepi, tidak seperti ruangan lain pada rumah sakit ini,
tidak ada seorang pun pasien lain yang berada disana,
mengingatkanku akan legenda kotak Pandora yang mengurung segala macam keburukan didunia.

“saya hanya bisa mengantar sampai sini,ruangannya yang paling ujung,permisi”usai mengatakan hal itu,si perawat buru buru pergi.
Aku dan Ryo saling berpandangan kemudian meneruskan langkah kami.

Tepat diujung belokan,Daina menyambutku,
ia terlihat tidak sehat dan agak kurus, matanya bengkak, sepertinya ia telah meneteskan air mata tanpa henti beberapa hari ini,

“ohh,kakak! Kakak…!”
Dia lari kepelukanku,menangis sejadinya,

“Daina…” kataku terkesiap “Tasuku kenapa…?”
Daina masih menangis,
“Tasuku,” ujarnya ditengah tengah isak tangis "mereka bilang Tasuku…,tidak bisa sembuh lagi…”

meski begitu,aku masih berharap bahwa Daina salah bicara,
“tidak,” bantahku. “tidak mungkin…kan?”

“bagaimana mungkin?!”aku memandang pada Ryo, “ini pasti salah…”
perasaanku hancur.
Adikku…,adikku yang kujaga selama ini…

“maaf,apa kalian keluarganya…?”
Seorang dokter menyela pembicaraan diantara kami,

“dia kakaknya,” kata Ryo, “dia ingin tahu keadaannya”
Sang dokter menunjukkan ekspresi kasihan melihatku,sebelum ia mengatakan

“virus ini belum ada obatnya.” Dengan terus terang,
aku tidak dapat lagi mengendalikan emosiku. mencengkeram kerah baju si dokter,
yang ada dipikiranku adalah, bagaimana caranya menolong Tasuku,

“sembuhkan dia! Bagaimanapun caranya!” teriakku putus asa.

“Ari!! Sadarlah! kenapa mengamuk begitu! Dia bisa mati…” Ryo menarik tanganku melepaskan sang dokter yang hampir tercekik kehabisan nafas
aku tersadar dan melepaskan tanganku.

“ugh…,maaf,tuan Gabriel, ini bukan virus yang biasanya, ini…virus original…”
jawab dokter itu tersengal sengal,
“ilmu pengetahuan saat inipun belum dapat menganalisa contoh bakteri dalam virus itu, sangat ganas, kecuali…”

“penelitian Tasuku…!” aku berpaling kearah Daina, gadis itu menangis.

“tidak bisa…” dia menutup matanya, air mata mengalir semakin deras “penelitiannya belum selesai, dan lagi…” Daina meneruskan, “mereka membawa pergi semua data penelitiannya...”
aku bersandar ke dinding,mendesah, mengatur pernafasanku agar kembali tenang,aku harus menguasai diri.
apapun yang terjadi sekarang,aku harus menghadapinya dengan kepala dingin.

"apa aku boleh menemuinya?” tanyaku.

“kami tidak menyarankan,hanya keluarga yang boleh,tapi untuk ini kasusnya berbeda…”
ketika dokter itu hendak mengoceh tentang kewaspadaan, Ryo menutup mulutnya dengan satu kali gebrakan tangannya di dinding.

“kami Paladin...”
"kami tahu apa yang harus dilakukan”

“Kalau hanya data, aku bisa membuatnya berapa pun” suara Tasuku yang jernih menyeruak dalam keheningan,
"tapi, semua sampel stast itu habis disuntikkan dalam tubuhku, aku tidak punya bahan untuk penelitianku lagi,”

“tasuku…?”
Si dokter mundur dan menyembunyikan diri dibalik punggungku

“maaf,Dr.gabriel, kami mohon anda jangan keluar kamar sembarangan dulu…,”

“aku tidak akan menyerang orang lain asal tidak melihat darah,” sahutnya dingin.
“jika sudah tahu hal itu jangan memancing amarahku dengan memperlakukanku seperti monster.”
Tasuku memutar kursi rodanya masuk kedalam kamar,ia tampak masih lemah dan bersusah payah,

ketika daina hendak membantunya ia menjawab “tidak” dengan tegas.

“selesaikan saja masalah keluarga kalian dulu,” Ryo duduk di bangku ruang tunggu untuk keluarga pasien yang terletak tepat didepan kamar tasuku, menatap aku dan daina bergantian
"aku akan menunggu disini…” dia menepuk bahuku dan mengangguk.
Ryo bersikap seolah Tasuku hanya sakit flu,dia duduk dan menyulut rokok seperti biasanya,
seakan tak ada yang terjadi.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:32 am

(LANJUTAN)

Ari

_________________________________
___________________________


Kesan pertama yang aku dapat ketika memasuki kamar pasien yang disediakan rumah sakit untuk Tasuku adalah,
rasa marah.

Kamar itu terlihat seperti kandang untuk manusia, seluruh jendelanya di pasangi terali baja, dan kamera terpasang siaga untuk memantau keadaannya setiap saat.
Mereka memperlakukannya bagai tahanan,atau lebih buruknya lagi,seperti singa sirkus yang sewaktu waktu dapat lepas dan membahayakan hidup orang lain.

Dia hanya bicara kepadaku, tapi itu bukan suaranya yang hangat seperti biasanya, suara itu terdengar pedih dan menusuk

“apa aku kelihatan menakutkan,kak?” Tasuku berpaling kearahku,
Aku jadi tidak tahu harus mengatakan apa, aku tahu dia yang paling merasa sakit saat ini…

“kau bisa bergerak?” tapi justru kalimat itulah yang meluncur dari bibirku.
Aku terus memandangi Tasuku yang kelihatan sangat pucat.

“aku juga tidak tahu” ia menggangkat bahu “aku…” bibirnya bergetar ketika bicara, ”aku sudah membunuh orang…,kak”
ketika Tasuku mengatakannya,Daina menangis tanpa suara.

“aku sudah tahu” jawabku pelan
“kau melakukannya untuk bertahan hidup dan menyelamatkan nyawa orang yang kau sayangi. Orang lain akan memaafkannya, jika kau bisa memaafkan dirimu sendiri,tentu saja kau akan dimaafkan” aku tahu aku mengatakannya tanpa ada setitikpun penyesalan dalam nada suaraku.

“tidak,kak,” Tasuku menengadah ke atas. “aku membunuh mereka karena desakan naluriku...”

“Tasuku,mengenai sampel darah stast, aku akan mencarikannya untukmu”
aku mencoba mengalihkan pembicaraan,tapi percuma,
ia tidak bisa dialihkan.

“aku tidak ingat apa apa lagi…” Tasuku mengacak acak rambutnya dengan tangannya sendiri, ekspresinya tidak sabar “kakak…,ataupun Daina…”
“aku tidak ingat…!”

Sudah cukup begini saja, aku tidak ingin mendengar apa apa lagi.

“aku monster! Benar benar monster!!”

“Tasuku bicara apa?! Jangan bicara begitu…!” Daina menyentuh tangan tasuku dengan penuh rasa sayang, tapi Tasuku menepis tangannya.

“jangan sentuh” ujarnya dingin.
“memangnya apa yang kau harapkan dariku?! aku sudah tidak bisa lagi melindungimu!” teriaknya penuh kehampaan, “pergi…” “pergi…!”
ia membentak Daina, kekasaran yang diluar kewajaran dan tidak pernah ia lakukan sebelumnya,
apa yang ia pikirkan?

“Tasuku, dia adalah Daina…” ujarku, ”dia istrimu,kan?”

“tapi aku bukan lagi ‘Tasuku’…,aku tidak membutuhkannya lagi” matanya menampakkan kesakitan yang akut. “kakak datang kesini untuk membunuhku…?”
ia berbisik meracau.
Aku terperangah.

“pikiran macam apa itu…”
“mana mungkin aku membunuhmu, kau adikku,darah dagingku!”
itu adalah hal terkonyol yang pernah kudengar…

“biarlah,” Daina menyeka air matanya, menyunggingkan senyuman lembut pada Tasuku,“aku akan ada di luar,jika Tasuku membutuhkanku, aku akan datang,jadi” ia berusaha tegar.
“Tasuku,jika perlu sesuatu,panggil saja aku,ya?”

Tasuku tidak menjawab panggilannya,ia membuang muka menghindari tatapan bersungguh sungguh istrinya. Daina membuka pintu,keluar ruangan, tapi ketika hendak menutup pintu Daina masih sempat menyelipkan kepalanya di celah pintu,
memandangi Tasuku dengan perasaan sayang yang meluap,
seraya berkata “Tasuku, aku akan selalu mencintai Tasuku, apapun dan bagaimanapun Tasuku” Daina berusaha keras menampakkan senyuman nya yang biasa, walau aku tahu,hatinya pastilah berdenyut hebat seperti apa yang kurasakan saat ini.

Setelah Daina keluar,aku mencoba mengajak Tasuku bicara kembali.
hanya saja aku tidak ingin menyinggung hal yang kulihat barusan,
“benarkah kau bisa ingat semua datanya?” tanyaku.
Tasuku mengambil nafas.

“sulit membicarakannya di depan Daina,” ia tersenyum padaku,senyum yang dipaksakan.
“jika terus bersama mungkin aku akan melukainya,dan bagiku,” kalimatnya terputus, “jika itu sampai terjadi, maka aku lebih baik menghilang saja dari dunia ini…”

“tentu saja kau sangat mencintainya” aku menimpali “dia pasti mengerti hal itu, tapi jangan terlalu kasar padanya,”

Tasuku memandangku kesal
“jika tidak begitu dia tidak akan mau menjauhiku! dia akan terus berada di sampingku,menungguku mengantar kematian padanya”

Aku mengalihkan pembicaraan,
“kau belum menjawab pertanyaanku,” tukasku.
Tasuku memandangi tangannya,aku benci pada diriku sendiri kenapa saat itu aku berpikir dia mirip Stast sekarang.
Terlalu membesar besarkan masalah kecil hingga melupakan bagian terpenting.

“kak,kakak masih ingat cerita Faust?”
aku terdiam mengingat ingat,

“ooohh,maksudmu novel itu…, Faust, cendikia yang melakukan kontrak dengan setan, dan mendapatkan semua pengetahuan di dunia?”

Tasuku tersenyum pahit,

”tidak kusangka kakak ingat, padahal dulu ayah kita sampai harus memaksa kakak untuk program gemar membaca keluarga kita”

“yeah,” aku jadi merasa payah, tapi,dia masih tetap Tasuku,masih Tasuku…
“memangnya kenapa dengan cerita itu?”

“kalau kukatakan,kepandaianku telah meningkat puluhan kali dari manusia biasa, bagaimana,kak?”
Aku terdiam, aku tahu maksudnya, aku juga sudah menduga itu, dari cara bicaranya yang bertele tele seperti itu.
Begitulah mereka,
Stast, Elsida, dan para vampir undead yang lain jika bicara, mereka akan mengeluarkan kata kata dari sudut pandang mereka yang luas.

Orang tidak akan mengerti apa yang dibicarakan,
tapi mereka juga tidak butuh orang lain untuk mengerti apa maksud mereka sebenarnya,
andaikata bukan pemangsa,
undead adalah makhluk yang menarik untuk diajak bercakap cakap,
mereka tertarik pada hal hal remeh,terutama hal fana yang cepat hancur,
mereka menghargai keindahan dan memuja kerapuhan,
sudut pandang mereka menarik,
dan yang lebih penting, mereka mendengarkan dengan serius ketika kau bicara,
mereka bukan vampir dalam dongeng yang bisa berubah jadi kelelawar dan musnah setelah terkena sinar matahari,
mereka adalah manusia yang terpilih dari sekian banyak manusia lain,
untuk dapat hidup abadi sekaligus dianugrahi kekuatan juga pengetahuan,
dan kekejaman pada saat bersamaan.
Walaupun mereka sama saja dengan iblis pada akhirnya.

Aku bertempur melawan makhluk itu hampir seumur hidupku,
dan jujur aku tidak hanya menyimpan kebencian yang sangat besar tapi juga kekaguman. Walaupun Tasuku belum separah itu. Dan aku tidak akan membiarkannya lebih parah.

“aku mengerti,jadi, kita hanya harus menemukan Stast.”
Aku menganggukkan kepala.

“tadinya aku pikir habislah aku,” Tasuku bicara sambil melamun,“tak’ kusangka akan mengingat segalanya sampai ke bagian yang paling mustahil untuk dihapalkan, terang sekali, kepalaku seperti habis dicuci…”

“begitulah undead…”desahku. “kau pilih mana,Tasuku? Jadi bodoh atau kejam?”
Aku tahu Tasuku memikirkan Daina saat memilih kata untuk jawaban dari pertanyaanku

“yang jelas,tanpa begini pun aku sudah cerdas…” jawabnya muram.
dan ia berhasil menangkis rasa penasaranku dengan sempurna,
Aku berdiri menghampirinya.

“yaahh…,aku akan segera melacak Stast, jika ada kabar,aku akan melakukan pengejaran, dan” aku meneruskan kata kataku ”bertahanlah sampai saat itu”
Tasuku menggengam tanganku erat.

“kak…” tegurnya tiba tiba

“ya?”

“aku tidak mau…,menjadi seperti ‘mereka’…”

Aku menunduk untuk merangkul Tasuku,menepuk pundaknya.
“tidak akan pernah terjadi…kita akan menciptakan surga bersama sama,ingat?”

“ya…,”


Aku segera keluar dari kamar yang menyesakkan dadaku itu.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:33 am

(LANJUTAN)


Ari

_________________________________
__________________________

aku bertemu Ryo dan Daina yang sedang duduk dalam diam di kursi panjang, ruang tunggu.

“bagaimana?” Tanya Daina cemas.

Aku menjawab tenang. ”tidak ada yang perlu dicemaskan, dia masih punya peluang…”
kemudian aku menanyakan pada dokter yang sedari tadi berdiri agak jauh dari pintu kamar Tasuku.

“berapa lama dia akan bertahan?!”

Dokter itu memeriksa catatannya, lama ia ragu menjawab,
"ehm…mungkin sekitar…enam bulan. Tapi virus ini berubah ubah keadaannya setiap hari, dia tidak boleh kehilangan kendali sama sekali, karena itu kami menyuntikkan vaksin yang dikembangkan oleh Dr.Gabriel sendiri untuk menekan perkembangan virus, tapi tidak bisa lebih dari itu"
"Ini virus milik undead original yang sangat ganas.ada kemungkinan virus itu menonaktifkan seluruh sel tubuh lebih cepat,ada juga kemungkinan lebih lambat, Kami tidak bisa memperkirakan pastinya…”

“baik,aku paham itu, terima kasih,dokter”sahut ku datar
lagi lagi aku bertemu mata dengan Ryo.
Tidak kutemukan ekspresi kaget atau menyalahkan dalam pandangan mata sahabat baikku.

“Daina,kau sudah makan?” tanyaku
pada Daina, gadis itu menggeleng.

“uhm,tidak usah…”

“kenapa tidak? Mana bisa kau merawat Tasuku dengan badan lemas, habis ini kita ke kantin di bawah,ya”
Lagi lagi Daina menolak.
ia menatap resah pada pintu kamar Tasuku yang tertutup rapat.

“ah,biar aku yang jaga disini” Ryo melonjorkan kakinya “kalian pergi saja,sudah berhari hari aku tidak tidur, kan aku bisa sekalian istirahat”
"coba isi perutmu dulu,sedikit juga tidak apa apa…”
Daina yang semula ragu ragu kini mulai sedikit lega
“terima kasih,kak Ryo…”
Ryo nyengir kuda.

“lagipula masih ada yang ingin kau ceritakan pada Ari,kan?” celutuknya.“kau bisa mengandalkanku,kok”

“titip Tasuku,yaa,kak Ryo…” pinta daina. Sebelum ia berjalan bersamaku kearah lift menuju kafetaria dilantai bawah.

Menit demi menit berlalu saat kami berdua duduk bersama,
Daina hanya diam saja,padahal aku tahu biasanya dialah paling antusias dalam soal makan makan.

“kau ingin makan apa…?”pertanyaanku memecah keheningan.

Daina mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk lesu.
“terserah kakak…” jawabnya.
Akhirnya aku tidak bertanya lagi dan memanggil pelayan yang segera datang kearah kami, memesan sandwich serta jeruk hangat untuk dua orang.

“aku ingin tahu” sambil makan,aku menanyai Daina dengan hati hati.
“aku ingin tahu bagaimana kejadiannya”

Daina menceritakan ‘kenangan buruk’ itu lebih mudah dari dugaanku, ia terus bercerita dan bercerita seperti orang kehilangan akal sehatnya,sampai aku merasa tidak ada satu kejadianpun dimalam naas itu yang terlewatkan.
aku mendengarkan tanpa menyela kata katanya. Juga tidak melakukan atau mengatakan apapun untuk menghiburnya. air matanya menetes,
ketika sampai kebagian yang paling berat untuk dituturkan.

“Tasuku bilang tidak ingat aku saat itu,
aku tidak percaya itu sepenuhnya benar,dia melakukannya setelah mereka berkata akan membunuhku, dia bangun, awalnya aku terkejut, tapi dia menerkam orang yang tangannya berdarah itu pertama kali…,seperti…seperti harimau…,buas, Dan... orang itu mati”
“tentu saja yang lain tidak diam saja, mereka menembaki Tasuku, tapi Tasuku seperti kesetanan, sedangkan aku, aku sama sekali tidak bisa bicara sepatah katapun, sangat mengerikan, darah dimana mana,tubuh Tasuku juga penuh darah, rasanya seperti menonton film horror yang paling mengerikan didunia…” Daina menutupi wajahnya dengan telapak tangan,

“sampai sekarangpun aku masih bermimpi buruk,kak, tapi dia melindungiku, dengan caranya sendiri…”
“peluru itu melukainya, tapi luka itu seolah olah tidak ada, semakin dia melihat darah,semakin pula dia buas, lalu dia menarik orang kedua dan orang yang kuduga sebagai pemimpin komplotan mereka bersamaan, memutuskan lengan si pemimpin komplotan yang berusaha melepaskan diri dari pagutannya, lalu,orang itu kabur serta sempat membawa disket data penelitian tasuku,dia meninggalkan anak buahnya yang pada saat itu, Tasuku… Tasuku sedang melahap apa apa yang bisa ia keluarkan dari tubuh mangsanya…”
pada saat itu kusadari tanganku digenggam oleh Daina kuat sekali.

“melindungiku…sampai melakukan itu…”

“Daina…” bisikku “itu bukan Tasuku, yang kau lihat saat itu bukan dia,jadi lupakanlah…”

“tidak! Itu Tasuku!” Daina berkeras “aku tersudut didinding begitu saja, tidak dapat bergerak, bahkan untuk menutup mata saja tidak bisa…, begitu Tasuku selesai, dia menatap kearahku, saat itu aku melihatnya menangis…”

“dia seperti orang yang tersadar dari mabuk, dan terkejut menatap tubuhnya yang berlumuran darah, menatapku lagi, lalu dia mundur menjauhiku, dia lalu ambruk ke lantai...,”
“dan semenit kemudian…polisi tiba dirumah…tapi segalanya sudah terlambat...”

Aku menyadari nafsu makanku langsung hilang setelah mendengar cerita Daina.

“undead tidak bisa membedakan,kak! Jika itu bukan Tasuku…” Daina memejamkan kedua kelopak matanya dalam dalam.
“jika memang Tasuku tidak memikirkanku saat itu, aku pasti sudah mati saat ini…” ia mencengkeram tubuhnya sendiri yang gemetar.

“kau takut pada Tasuku?” tanyaku spontan, aku sendiri juga tidak menyangka hal sekejam itulah yang keluar dari mulutku.
Daina menatapku kesal.

“mana mungkin! Aku mencintainya”

Aku mencintainya…

Kalimat itu begitu melegakanku,
sekaligus membuat luka lama yang ada didalam dada ini berdenyut,
benar kata Ryo,aku belum sepenuhnya melupakan masa lalu,
jika saja aku yang memiliki Daina dulu,
mungkinkah aku juga akan mendapatkan cinta dan kasih sayang setulus itu darinya?

Ya,tuhan, aku sangat menyesal telah mempunyai pikiran serendah itu meski hanya sesaat.

“maafkan aku, aku senang Daina masih tetap Daina yang dulu,” sambil mengatakan itu, aku tidak berani menatap wajah Daina. Kualihkan pandanganku pada akuarium di samping tempat duduk kami,
memandangi ikan ikan kecil yang berenang lincah kesana kemari didalam sana.

Ketika aku melirik Daina masih bergeming di tempat duduknya, ternyata dia juga memperhatikan hal yang sama denganku.

Tiba tiba terbesit suatu hal yang memancing gejolak dalam darahku.

“Daina, apa kau tahu siapa yang merencanakan ini semua?”
Daina menggeleng lemah “mereka tidak mau menyebutkan nama orang yang membayar mereka, juga tidak mau di bayar meskipun dengan jumlah berkali lipat…”

“kalau begitu, pasti yang mengutus mereka adalah salah satu orang penting, mungkin pejabat atau pemilik perusahaan besar… ”
Daina mengangkat bahunya.

“Tasuku juga sempat bilang begitu, tapi kakak tahu,kan’ hampir semua kenalan Tasuku ‘orang besar’ yang memiliki kekuasaan? rasanya hampir mereka semua menginginkan serum buatan Tasuku”

Aku mengurut dagu.
“kalau begitu kita tunggu saja mereka muncul ke permukaaan, siapapun yang merencanakan ini, pasti tidak berniat menyimpan penemuan berharga itu untuk dirinya sendiri”
“cepat atau lambat pasti akan dipasarkan guna menarik keuntungan sebanyak banyaknya…”
daina mengangguk angguk setuju menanggapi pendapatku.

"bagaimana dengan jalur hukum? kita bisa mengajukan tuntutan atau..." Daina menyarankan.

"jangan!" sanggahku.
"berbahaya jika ada yang tahu mengenai keadaan Tasuku saat ini...tidak akan ada yang mau membelanya,salah salah dia bisa dimusnahkan"
aku tidak berusaha menampik kemungkinan terburuk itu,
hal yang masuk akal sekarang,karenanya kerahasiaan dan keberadaan Tasuku harus dijaga mulai sekarang.

Daina terlihat resah mendengar kata kataku barusan.
“kak…,kakak sungguh sungguh akan membantu kami,kan’?” cara daina memandangiku seperti mencari kejujuran dimataku.
"maksudku…anggaplah aku apa saja,mungkin aku perempuan hina yang memanfaatkan air mata untuk meminta pertolongan orang lain,aku sendiri juga merasa bahwa aku telah meminta terlalu banyak pada kakak,padahal kakak Paladin…padahal posisi kakak juga sulit karena adanya kejadian ini,aku...”

Aku tertawa “memangnya kenapa? Tasuku adalah adikku,kau adalah istrinya,jadi kau juga adikku, mana mungkin aku meninggalkan kalian pada saat seperti ini,”

tanpa maksud apa apa, aku menggenggam tangan Daina.
“aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya lebih dari ini, aku bersumpah…”

“aku bersyukur kakak ada disini,kalau kakak tidak ada,aku…tidak tahu harus bagaimana lagi…” Daina tersenyum lemah.
aku mengerti posisi kami sama saat ini, aku juga senang karena dia membutuhkanku, bukan hanya sebagai teman berkelahi tapi juga sebagai ‘saudara’ seperti yang kuinginkan selama ini.

Nuraniku sebagai laki laki tidak menampik bahwa dulu aku juga pernah mengharapkannya lebih dari sekedar ‘saudara’,
itulah alasan kenapa awalnya aku membawa Daina ke rumah kami, aku memperlakukannya sebaik mungkin, berusaha membuat Daina yang saat itu hanya sebatang kara senang agar dia bisa berbahagia, aku juga berharap dia menyadari perasaan yang tumbuh didalam hatiku.
Rasa cinta seorang laki laki yang bukan ‘kakak’
namun apa daya jika bukan aku yang ia pilih.
aku tidak pernah menyangka jika akhirnya dia dan Tasuku akan saling jatuh cinta.

tapi jika Tasuku menginginkannya,maka aku sama sekali tidak menyesal,
malah aku bersyukur sampai detik ini Daina sama sekali tidak sadar akan perasaanku terhadapnya. jujur aku tidak masalah jika orang itu adalah Tasuku,
dia boleh memiki apapun yang kuinginkan,
bahkan meskipun aku benar benar menginginkan hal itu sampai menderita karenanya,

itu pula lah sebabnya aku lebih memilih jarang berada dirumah, karena akan sangat menyakitkan rasanya bila melihat wanita yang kudambakan dan adik laki laki yang menjadi kebanggaanku didunia ini bermesraan didepan mataku.

“makanlah dulu,” aku mengingatkan Daina akan sandwich yang sedari tadi nyaris tidak disentuhnya.

Daina mengiyakan lesu. Mulai memotong sandwichnya dengan garpu,menyuap sedikit sedikit

“aku akan kembali ke Rusia sore ini,” aku menyela, “tapi akan kembali lagi dalam dua atau tiga hari, aku harus membicarakan masalah ini dengan rekan rekanku yang lain,serta meminta kelonggaran agar aku dapat fokus dalam melakukan perburuan Stast The Origin, jika tidak aku bisa terganggu misi lain,itu tidak bagus”

Wajah cantik di depanku bagaikan diselimuti awan hitam, “Paladin tidak akan…,melakukan apa apa pada Tasuku,kan?”

“kurasa tidak,kami memang biasanya langsung membunuh siapapun yang terinfeksi, meski mereka belum menjadi zombie atau undead sejenis sepenuhnya,” sahutku jujur “tapi kami tidak akan melakukan apa apa pada orang yang masih kelihatan memiliki harapan”

“Tasuku,punya harapan,katakan itu nanti” desaknya sedikit mengancam.

“tentu saja itu yang akan kukatakan,apa kau idiot? Harusnya katakan itu pada Ryo,dia kan’ orang asing, jangan padaku…” aku senang dapat melihat Daina sedikit santai setelah mendengar ocehanku seperti biasanya.

“benar,” katanya “akan kuperingatkan kak Ryo!”

“tapi cepatlah pulang,ya,aku…,tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya”katanya lagi.

“paling lama dua atau tiga hari,sementara itu kau dan Tasuku diam disini saja sementara, nontonlah televisi agar kau tahu berita terbaru, dan,ini,” aku menyerahkan kartu anggota Organisasi Paladin milikku pada Daina
“jika ada pihak tertentu yang melakukan kekerasan padamu, atau ingin melakukan sesuatu yang buruk pada Tasuku, tunjukkan saja kartu ini, katakan pada mereka kau dan Tasuku disana atas perintah salah seorang guardian, dan mereka tidak boleh melakukan apa apa tanpa sepengetahuanku”

Daina menerima kartu berwarna silver itu dengan wajah terkagum kagum

“hng…,ternyata…,pekerjaan kak Ari itu hebat sekai,yaa” komentarnya “aku sudah terlalu meremehkan…,ekh,kenapa,kak Ari? demam,ya?”

Wajahku pasti merah padam sekarang, sebelum Daina menyadari aku senang atas pujian tidak sengaja yang dilontarkannya, cepat cepat aku pura pura memperhatikan apa saja yang ada didekatku.

“tidak,kok,mungkin Cuma bentuk matamu saja yang tidak karuan,nangis terus,sih”jawabku asal. Daina marah sekali, tapi dia tidak menanggapi kata kataku.

“heh,kau iri,kan? tentu saja hebat,dong,Paladin kan’ Organisasi elit yang diberi kekuasaan khusus melebihi keamanan milik Negara diseluruh dunia, mana ada lembaga manapun yang tidak mengindahkan peraturan yang kami buat,apalagi aku adalah kapten para guardian, divisi tertinggi dalam Paladin,” aku sengaja memancing Daina,

“kak Ari idiot…”
Akhirnya aku berhasil membuat senyuman merekah di bibir Daina sekali lagi.
Tapi tawa itu dengan cepat memudar.

“semoga Tasuku bisa kembali seperti semula…”
aku mendengarnya membisikkan doa yang sama seperti yang sedang kubisikkan dalam hatiku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:44 am

(LANJUTAN)

Ari

___________________________________
_____________________________


Rusia,markas besar Paladin.

____________________________________
_______________________________


“ini tidak boleh dibiarkan!” Caesar membenturkan tinjunya ke atas meja,dia juga memecahkan gelas di samping nya.
“kau!” bentaknya padaku “sudah kuduga kau nantinya akan membawa masalah bagi kelompok kami,sudah kuduga…,
Alexander,kau memang terlalu gegabah memilih bocah tidak berpengalaman untuk memimpin guardian seperti kami…”

Boraknitchov terhenyak dikursinya,
“Armando,berpikirlah bijaksana, kita tidak mungkin membunuh orang yang tidak berdosa”

si kakek bongkok,Armando Caesar menunjuk padaku dengan geram.

“akan lahir vampir baru jika membiarkannya hidup, jika kau memang kapten kami, kau harus memilih,pilihanmu, apa yang ingin kau pertahankan,dan apa yang ingin kau buang,hanya itu,nak”
Aku terdiam tanpa suara menghadapi sepuluh pasang mata yang menatapku tajam.

Hampir semua guardian milik paladin hadir disana, termasuk Ryo dan Mikia,
duduk bersama mengadakan rapat di sebuah meja panjang, dan tepat di bagian paling ujung,duduklah sang jenderal besar,pemimpin Paladin,Alexander boraknitchov

“apa,sih,kenapa tidak dibunuh saja? Beres,kan?” teriak John.R.Solomon, pria berkulit gelap yang duduk disamping partnernya, seorang wanita paruh baya berkebangsaan china yang sangat cantik bernama Lin Mei Xia (Messiah)

“John,jaga mulutmu” Yudas mengingatkan, “apa orang sepertimu dan Caesar selalu mengatakan hal yang menyakiti orang lain?!” ujarnya ketus.

Ryo menimpali, ”berani sekali Yudas,pada partner tuamu…” yang di sambut dengan tatapan tidak senang dari Caesar.

Boraknitchov mengetukkan buku jari raksasanya di meja pernis.“apa diantara kalian semua ada yang lebih beradab?” ujarnya sambil berdiri.

Sontak para guardian yang sedari tadi sibuk berselisih paham menjadi hening seketika. Boraknitchov kembali duduk,mengelus janggutnya

“Karena itulah aku memilih Aryanov Gabriel dibanding kalian semua,bagaimanapun jika kalian keberatan dan tidak setuju,mencela dan mencaci makinya, dia bisa tetap tenang, jika begini,bagaimana nasib Paladin jika aku tidak ada nanti?!”

“otak mereka sudah tidak normal lagi,terlalu banyak melakukan pembantaian…”

“aku sependapat denganmu”
yang bercakap cakap adalah Vladimir Romanesque, dan partner boraknitchov sendiri, Syeikh Ibrahim Al Ashaadiq,hanya ia yang berani menginterupsi pada saat sang pemimpin bicara.

“kenapa hanya diam?” Syeikh Ibrahim bertanya padaku. “kau adalah kapten kami, jadi katakan opinimu,jika kau tidak bicara,kami mana bisa tahu?”

Aku menarik nafas,
"dia adalah adikku,aku tidak bisa membunuhnya"

“kalau begitu,biar aku saja yang lakukan untukmu,”
Untuk pertama kalinya aku melotot kearah John.R.Solomon
lalu melanjutkan penjelasanku yang terpotong.

“seperti yang kuceritakan dari awal tadi,jika kalian merasa keputusanku hanya sepihak,aku akan mencari Stast seorang diri,jika tidak ada yang mau membantuku tidak masalah,aku akan berjalan sendirian, aku tidak akan menjadi beban kalian disini, sebagai kapten,aku akan bertanggung jawab penuh mengenai kelancaran misi yang dijalankan oleh anggota divisi yang berada dibawah pengawasanku, sekalipun,jika sekiranya aku memberatkan langkah kalian,aku bersedia mundur”

aku menatap Caesar dengan tatapan tajam tapi tanpa ada aura permusuhan, meskipun aku tahu ia membenciku, tapi aku sama sekali tidak membencinya, walau aku kadang jengkel dengan kata katanya yang pedas.
“kau benar,aku hanya bocah bagimu, tapi aku laki laki, akulah yang akan memutuskan ingin membuang dan memilih yang mana” kataku padanya.

tapi ketika aku dan berdiri hendak meninggalkan ruangan, ternyata Ryo juga ikut bediri.

“hei,apa kau melupakanku?! Aku cukup berguna untuk jadi pemandu wisata,lho”
aku cukup terkejut dia memutuskan pergi bersamaku juga,
belum cukup rasa kaget ku, Mikia yang sedari tadi diam saja,begitu melihat Ryo berdiri disampingku ikut mengangkat tangannya.

“aku…,aku juga akan ikut Ari dan Ryo,kek,” ia berkata malu malu pada Boraknitchov.
Pada saat bersamaan,Yudas Ignasius juga menutup alkitab yang dibacanya sedari tadi,membuat Caesar menatapnya dengan tatapan seram.

“atas izin tuhan,kumohon biarkan aku ikut bersamanya…”

Boraknitchov sama sekali tidak memberikan jawaban apa apa semenit penuh, kemudian bibirnya melengkungkan senyuman.

“hmm,persahabatan.” Ia tertawa lantang. “ha…ha..ha…”
Syeikh Ibrahim ikut tersenyum
“kau lihat,Armando? Aryanov Gabriel orang yang terkuat,dan dicintai teman temannya,dia teguh pada pendiriannya bahwa dia tidak akan memusnahkan adiknya sendiri, untuk itu dia bersedia mundur, tapi”
“menyingkirkan Aryanov Gabriel,hampir separuh Guardian akan keluar,rugi besar untuk Paladin…” ia ikut tertawa bersama Boraknitchov,
sementara kurasakan wajahku merah padam karena malu.

“sampai cucu perempuanku juga…haha…ha..ha…” Boraknitchov tidak sanggup lagi menahan tawanya.

“kau tahu?” Boraknitchov menghampiri Mikia dan menyentuh pipinya dengan lembut.“mana mungkin kakek membiarkanmu pergi bersama para laki laki tidak lucu itu,”
wajah Mikia semakin merona.tatapan elang Boraknitchov beralih kearahku.

“kau diijinkan melakukan apa yang kau mau, gunakanlah fasilitas Paladin sesuai kebutuhanmu,dan kau boleh memobilisasi anak buahmu yang berandal ini sesuka hati, dan kau,Mikia, hubungi satelit, cari tahu keberadaan Stast The Origin, toh' prioritas kita saat ini adalah memenggal kepala Stast The Origin, tidak ada yang menyalahi aturan selama tetap pada jalur, sekali dayung,dua-tiga pulau terlampaui”

Aku melongo tidak percaya, Ryo menghantam rusukku dengan kecepatan kilat,
“yeah! Hebat,kau,Ari!” dan dia juga berkata pada mikia
“terima kasih,yaa,sudah mau ikut bersama berandal sepertiku”

Mikia panik sendiri “a…,aku tidak berpikir seperti itu,kok! Dasar aneh! Aku…,hanya berpikir pasti ada sesuatu yang menantang dan menyenangkan kalau mengikuti ari…! Kau kira kau saja yang boleh bersenang senang?!” marahnya.

Ryo mengangguk angguk senang.“tentu saja,dong Hanya misi level S yang diberikan untuk kapten” aku tahu apa yang kupikirkan saat itu sama dengan Yudas.

orang ini bodoh sekali…

Caesar meninggalkan ruangan, sebelumnya ia berbisik pelan ketika melewatiku.

“ingat ingat,nak,ini baru permulaannya, cobaan yang lebih berat mungkin saja datang setelah ini”
Dan bayangan punggungnya menghilang dibalik pintu baja otomatis.

“yah,rapat selesai,kan? Boleh aku bekerja lagi?! ” Messiah melangkah anggun, “hebat sekali Gabriel,aku hanya mendengarkan saja,tapi aku tahu kau memang laki laki sejati, apa kau mau makan malam bersamaku?” ajaknya seraya mengerling.

“kapan kapan saja,terima kasih” tolakku dengan halus.
Dia dan John keluar bersamaan, John sempat tersenyum menggoda kearahku.

“aku tadi tidak serius,lho,kapten”

Aku tahu sifat semua anggota Divisi utama Paladin aneh. Tidak seperti imej nya yang keren dan disiplin,sebenarnya Guardian milik paladin hanyalah sekumpulan orang kuat, dengan sikap yang aneh, Messiah misalnya, tante sexy,

Mikia,gadis manis dengan rambut model bob nya yang imut,tubuhnya kecil,tapi jika bertempur,dia memanggul bazooka raksasa yang tiga kali lebih berat dari tubuhnya sendiri.

evangelina-dia tidak hadir disini karena melaksankan misi-gadis remaja yang memiliki mata batin dan firasat yang lebih tajam daripada mata manusia biasa.

Dan para pria,seperti yang dilihat, Yudas, maniak alkitab, pastor dari vatikan yang memilik kemampuan tempur luar biasa,

John.R.Solomon, pria kulit gelap keturunan afrika,doyan musik rap dan kalau orang tidak kenal dia, pasti akan tersinggung karena kata katanya yang asal.

Ryo,laki laki yang ceria...,easy going, tampan dan menyenangkan,pemilik kecepatan luar biasa-dia pemegang rekor lomba lari nomor satu didunia,atlet berbakat yang disukai banyak gadis-tapi dia kurang beruntung dalam urusan percintaan, dia sendiri bingung kenapa dia masih sendiri hingga sekarang, tapi hampir semua orang didunia pasti tahu,itu karena dia sangat tidak peka terhadap gadis yang menaruh hati padanya.

Dan banyak lagi anggota lain,jumlah pasukan kami ribuan orang,
tapi guardian hanya sedikit jumlahnya,karena sulit mencari manusia dengan kemampuan bertarung menyamai undead. Tak heran jika disetiap misi, jika bukan karena alasan ’khusus’ seperti mempertahankan suatu Negara atau semacamnya, jumlah terbanyak guardian yang diturunkan hanya berkisar lima-enam orang.
Paladin bekerja untuk seluruh dunia.
Kami tidak pernah memilih milih misi mana yang ditugaskan untuk kami.
Yang jelas,sekuat apapun musuh kami, kami tidak boleh sampai mengalami luka sekecil apapun,tergorespun tidak boleh.
Manusia mana yang sanggup melakukannya?
Hanya guardian milik paladin.

Setelah mengangguk hormat pada Alexander Boraknitchov dan Syeikh Ibrahim yang tetap tinggal didalam ruang rapat,
kami segera keluar dari sana,
Mikia menggerutu,
“dasar si tua Caesar menyebalkan! Dia selalu mempermasalahkan itu itu saja!”

“tidak benar,dia itu orang yang keras,Cuma dia terlalu dendam karena anak dan istrinya tewas ditangan kaum terkutuk, makanya dia tidak mudah memaafkan kesalahan kecil dan selalu menginginkan segalanya sempurna”bela Yudas.

“kalau itu,kita semua juga mengalaminya,kan! Jangan sok alim,yudas!”

“Ari!”” kau memikirkan apa?” Ryo menggoyangkan bahuku ketika kami berempat dengan Yudas dan Mikia menuju ruang komunikasi.
Mikia harus menghubungi markas cabang Paladin diseluruh dunia.
Mencari tahu dimana serangan para undead dalam skala besar terjadi belakangan ini.
Karena jika ada banyak undead dalam waktu bersamaan,dengan kekuatan yang mampu meruntuhkan satu negara, maka disanalah Stast berada.

“aku hanya memikirkan bagaimana aku bisa cepat menemukannya, bahkan kalaupun bisa kutemukan, aku takut dia berhasil melarikan diri”

“ini pertama kalinya aku bertugas bersamamu,dan ini pertama kalinya juga aku bekerja sama dengan Guardian sebanyak ini selama dua tahun belakangan” Yudas menyahut.
“kalau kau sebagai kapten tidak optimis, bagaimana caramu memimpin kami?”

Aku tersenyum “terima kasih sudah mengikutiku, tentu saja aku tidak akan mengecewakan kalian, aku tidak pernah gagal sekalipun dalam misi,kan?”

“pernah!” Mikia tergelak ”misi di timur tengah, kau gagal memusnahkan Stast!” tuduh Mikia keras keras.

“hei…,aku memang gagal melakukan pemusnahan waktu itu,tapi aku tidak gagal dan berhasil membawa sampel darah Stast,dan lagi, kegagalanku ada hikmahnya, coba kalau saat ini Stast sudah mati, pasti adikku tidak ada harapan lagi!” aku membela diri.
“benar 'kan Ryo?!” tanyaku pada Ryo.

“hah?! Apanya…,oh,menurutku,Messiah tadi cantik sekali,yaa, kenapa kau tidak mau kencan dengannya?”
Kami semua kehilangan kata kata...

“parahh…” komentar Yudas mengurut dada.
“Ryo…,kau suka…,tipe dada besar,ya?!” Mikia berhati hati menanyakannya.
Ryo menerawang “bagaimana,yah, ”
“kalau Ryo,pohon kelapa didandani,dikasih pita sama lipstik,dia juga suka” sahutku asal saja.

“yang penting aku tidak suka pada wanita yang sudah bersuami…”

“astaga? Kapten suka wanita yang sudah punya suami?!”

“ya, dia cantik sekali berwajah bulat dan tubuhnya mungil lalu dadanya….”
Tidak tahan lagi,aku memiting ryo berusaha menutup mulut besarnya itu.

“kau ini bikin gosip saja…”
di iringi gelak tawa Mikia, dan desahan nafas kesal Yudas.
Teman temanku, kami tidak tahu siapa yang masih hidup diantara kami besok.
Tapi yang pasti, saat ini mereka ada hanya untukku, melakukan lawakan tidak lucu untuk menghiburku, dan bersedia ikut denganku kemanapun aku pergi.
Aku tidak boleh hanya bersantai santai.

Bagiku saat ini, keberadaan mereka amat penting sebagai sumber kekuatanku,dan penopangku disaat aku mengahadapi masalah besar seperti saat ini.
Dan lebih penting lagi,nyawa mereka semua,adalah tanggung jawabku.
Aku membawa beban berat itu di pundakku,melindungi mereka adalah tugasku.

Mau tak mau aku memikirkan kata kata Caesar.
Cobaan macam apa lagi yang kiranya telah menantiku didepan sana?



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:45 am

Daina


____________________________________
_______________________________


Aku cemas karena kak Ari belum juga muncul,padahal dia meneleponku, dan berkata ia akan tiba sore ini, tapi sekarang sudah jam 21:00, dan dia belum datang juga.
Tasuku tidak mau kudekati, bahkan hanya untuk membantunya makan.
Dia menolakku, dan kata kata nya selalu menyakitkan, dia bahkan mempercayakan perawatannya pada dokter dan perawat,dan aku tahu orang orang itu hanya setengah hati menolongnya,
aku tersiksa setiap kali membayangkan Tasuku menderita ketika mereka menatapnya seakan ia bukan manusia.
aku tidak perduli, tasuku pikir aku akan menyerah dan meninggalkannya hanya karena hal itu?
Walau didera seperti apapun,aku akan selalu berada disampingnya…

Praaaangg!!!!!!

Aku tersentak mendengar suara keras datang dari kamar tasuku disebelahku.

“Tasuku!!!!” ketika aku bergegas memasuki kamarnya, pecahan kaca tampak berserakan di lantai, Tasuku membelakangiku, tubuhnya gemetar, kamar itu gelap, hanya cahaya lampu dari luar yang samar samar menembus tirai tipis penutup jendela rumah sakit itu yang jadi penerangku,

“jangan…mendekat…” bisa kulihat ia duduk diatas kursi rodanya,dari tangannya menetes darah segar, apa baru saja dia memukul cermin itu?

Aku ingin meraihnya…,hatiku merasakan sakit yang teramat sangat.
Tanpa menghiraukan permintaan Tasuku agar aku menjauh, aku menghambur kearahnya,
memeluk punggung yang lemah itu,

“aku mencintai Tasuku” “Aku mencintaimu…” “Mencintaimu…”
“Sangat mencintaimu…” tidak ada yang bisa kulakukan untuk menghiburnya, aku hanya mampu membisikkan kata kata itu, kata yang mewakili perasaanku saat ini.

“jangan…”aku mendengarnya meminta sekali lagi…
“aku tidak membutuhkanmu disini”

“tidak mau!” ujarku berkeras, “aku akan tetap disini,bersama Tasuku…!”
Tasuku membenturkan tangannya yang berdarah ke dinding beton, tembok putih itu ternoda dan darah mengalir deras dari lukanya,

“pergi!” ia membalikkan tubuhnya menghadap ku. “sebelum aku menyakitimu…”
Kini aku tahu apa yang membuatnya memecahkan cermin barusan,
dari pantulan cahaya bulan yang menembus tirai jendela yang terbuka,
aku dapat melihat dengan jelas, mata yang saat itu sedang menatapku.

Bukan mata berwarna biru langit yang selama ini jadi tempatku berteduh,sesuatu yang apabila aku memperhatikannya,maka aku akan selalu menemukan tempatku pulang disana. bukan mata yang memiliki kilau sehangat laut musim panas yang selalu menatapku dengan pandangan seperti sedang jatuh cinta.

Itu adalah mata yang merah bagaikan darah, merah gelap,warna mirip batu rubi, namun kesedihan luar biasa yang terkandung didalamnya begitu menyesakkan dadaku.
Tapi aku tidak takut, aku tidak takut, karena aku masih bisa melihat bahwa semenakutkan apapun mata itu,aku masih bisa melihat bayanganku begitu nyata di dalam sana.

Tasuku membenturkan tangannya berkali kali kedinding, darah mengalir lagi,

“bukankah aku sudah menyuruhmu?! Pergi sana! Aku tidak membutuhkanmu disini! Pergi….!”dia melukai dirinya sendiri dengan membabi buta.
Aku berlutut di pangkuannya,berusaha menghentikan tindakan tidak terkendali Tasuku.

“hentikan! Aku mohon…”kuraih tangan yang basah oleh darah itu, kutekan di pipiku berkali kali,hingga wajahku ikut basah oleh darahnya, Tasuku menatapku dengan tatapan yang tidak bisa kumengerti,tapi aku tidak melihatnya kesakitan sedikitpun walau terluka separah itu,

“virus itu…” aku mendengar Tasuku bicara, suaranya tercekat, “virus itu cocok dengan tubuhku…” “jika terus begini,aku bisa bermutasi lebih cepat daripada yang diduga orang lain…”

Aku berusaha menyangkalnya, “tidak,Tasuku! Itu tidak akan terjadi…,sebentar lagi kak Ari akan datang, dia akan menolong, dan Tasuku bisa membuat vaksin penawarnya, kita akan segera memecahkan kode genetik nya, Tasuku akan sembuh…”

“kak Ari,ya…,”aku melihat Tasuku tersenyum “benar juga,kau pergi saja bersama dia…” aku terkejut mendengar ia mengatakan hal itu.

“Tasuku…?! Apa yang sedang kau bicarakan…?” ulangku,aku tidak percaya ia bisa mengatakan hal semacam itu…

“kenapa…? Bukankah bagus kalau kau bersama kak Ari saja?! Dia pasti bisa melindungimu lebih baik dariku, karena dia manusia, dan aku bukan”

aku hendak menamparnya,tapi tanganku terhenti tepat didepan pipi pucat Tasuku.

“apanya yang sakit,Daina…? Kau tidak bisa memukulku,kan? Tidak bisa memukul aku,karena apa yang kukatakan adalah kenyataan…”

“kenapa Tasuku bisa mengatakan gurauan serendah ini,sih…?!” “kenapa kamu sekejam itu…” ujarku kesal.
“aku mencintai Tasuku…” “dan cintaku tidak ada tawar menawar,aku tidak mengharapkan apa apa,dan aku tidak pernah memikirkan akan berpaling darimu…,”

“aku tidak akan membiarkanmu menanggungnya seorang diri, jika Tasuku ingin menyingkirkan aku dari kehidupanmu, baik,kalau begitu aku ingin Tasuku mendengarnya, ‘aku,lebih baik mati daripada berpisah darimu’…!”
aku sempat melihatnya berwajah seakan mau meneteskan air mata,tapi ekspresi nya saat itu adalah ekspresi yang tidak kukenal, wajah yang penuh kebencian yang sangat.

Ia menoleh sebentar,seperti menajamkan pendengaran,lalu ada senyum aneh menyungging dibibirnya.

“sekarang saja,aku sudah membuatmu menangis”
ketika ia mengulurkan tangan mengusap air mataku, aku melihat masih ada banyak darah di pergelangan tangannya,tapi aku tidak melihat ada bagian yang terluka.

“kau pikir aku tidak bisa berbuat lebih jauh untuk menyakitimu?!”
Lalu ia mendorongku perlahan, sangat cepat hingga aku tidak menyadari apa yang tengah ia lakukan padaku

“Daina…,awas!”
Ketika aku membuka mata, aku melihat sosok jangkung berambut sehitam arang itu memelukku erat,menahan tubuhku dengan mantap, tapi aku terlalu syok bahkan untuk menarik nafas.
Tubuhku bersangga pada dada kak Ari, pelan sekali ia mendudukkanku dilantai.

“kau gila,Tasuku…?! Dia istrimu”
Tasuku duduk kaku tak bergeming di atas kursi roda,matanya memandang dengan tatapan dingin.

“dia bilang ingin mati, aku hanya mengabulkan permintaanya” jawabnya tanpa penyesalan sedikitpun.
“aku hanya sudah muak melihatnya menangis pura pura untuk mengasihaniku”
Kak Ari meninju wajah Tasuku tepat setelah pria yang kucintai itu menyelesaikan kalimatnya.

“hentikan…! Kalian…,hentikan!” teriakku. “aku tidak apa apa…,”

“kau tahu,Tasuku…? Aku tidak pernah mengenal pria paling pengecut selain dirimu…” kak Ari berkata tajam “dia hanya wanita, kau tidak bisa memperlakukannya demikian, dia mencintaimu”

“memangnya kenapa kalau dia mencintaiku,kak?! Aku sudah tidak perduli lagi padanya, aku juga tidak perduli lagi pada apapun” Tasuku menyentuh pipinya yang memar akibat pukulan kak Ari jelas saja terasa sakit setelah ditinju kapten divisi utama Paladin

“aku tidak akan memaafkanmu jika kau menyakiti nya lagi…”

“kenapa memangnya…? Apa salah aku memberitahunya…? Aku sudah katakan aku tidak menginginkannya disisiku,dan dia tidak mau pergi,”
“kakak benar,dia istriku,lantas kenapa kakak marah?!” Tasuku memicingkan matanya.
”lebih pengecut mana? Aku atau orang yang merelakan gadis yang dicintainya direbut, hanya karena dia terlalu mementingkan kebahagiaan orang lain?!” “padahal jika ingin meraih apa yang kakak impi-impikan,sekaranglah saatnya, aku sudah memberimu kesempatan,sebelum segalanya hancur ditanganku”
aku melihat nada getir saat Tasuku bicara ditengah pertengkaran itu.

“kalau aku pengecut yang hanya bisa memanfaatkan keadaan,maka kakak lebih pantas disebut menyedihkan!”

Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Tasuku…
kak Ari tetap tenang,dia berdiri mematung.

“ya,aku memang merelakan sesuatu yang berharga bagiku untuk orang lain, tapi itu karena dia yang sangat menginginkan hal yang paling kusayangi sama sekali bukan ‘orang lain’…,” jawabnya perlahan
“karena aku merasa lebih baik melihat satu satunya keluarga yang kusayangi bahagia, bukan akhir yang bagus,kan’ jika hanya aku yang bahagia, tapi kau tidak?”

Tasuku diam saja, tidak membalas sedikitpun,kak Ari lalu melanjutkan ucapannya.

“ya,aku orang menyedihkan yang berharap kau bisa menjaga ‘warisan’ yang kuberikan padamu, tapi kau, malah melarikan diri seperti idiot begini,kau yang seperti itu,mati saja lebih baik”

Kak Ari menarik tanganku,”kita keluar,Daina, kita tidak ada gunanya menasehati orang yang tidak bisa diajak bicara.kau bisa mati terbunuh”

“tapi,kak, Tasuku terluka…”

“dia tidak akan mati hanya karena satu pukulan,kok”kak Ari tidak mendengarkanku, dia membawaku keluar walau harus berkutat dengan aku yang memberontak ingin melepaskan diri dan berada disisi suamiku.
Membanting pintu kamar Tasuku.
Terus menyeretku tak perduli aku meronta dan banyak orang yang melihat kami,
Kak Ari terus membawaku turun sampai kehalaman belakang rumah sakit,
yang penuh dikelilingi pepohonan tinggi dan taman yang terawat bersih.
tapi aku masih bisa melihat jendela kamar Tasuku dilantai teratas,begitu gelap dan mati.

“kak,Tasuku sendirian,lepaskan aku,aku mau bersamanya…!” desakku,
Kak Ari melepaskan tangannya hingga aku jatuh terduduk ditanah

“ukh…,”kesahku,
kak Ari mengulurkan tangannya,aku menyambutnya dan ia pun membantuku berdiri.
“maaf,yang tadi,aku sedang emosi,” katanya,dia membuang muka,tidak mau menatapku secara langsung

“aku tidak apa apa…” ujarku cemberut. Menepuk nepuk bagian bokongku yang kotor bekas jatuh, lalu aku duduk di bangku kosong taman rumah sakit yang asri itu.
Kak Ari menghampiriku dan ikut duduk disampingku.masih tidak bersuara.
Padahal tidak ada yang menyuruhku,entah kenapa aku bercerita begitu saja, sangat lepas, aku ingin ada yang mendengarkanku saat ini, tak perduli walau itu anak umur lima tahun, atau hanya seekor kucing.

“kenapa…,Tasuku jadi berubah begitu…?” kataku “aku tidak mengerti”
“padahal dulu Tasuku begitu penyayang, apa dia membenciku…?”
"aku juga baru kali ini melihat kakak dan Tasuku bertengkar..."

”sudah kukatakan aku suka Tasuku apapun yang terjadi padanya,tapi dia masih suka stress kalau memikirkan keadaannya,virus itu juga mulai bermutasi dalam tubuh Tasuku,aku sempat dengar dia bilang,tubuhnya cocok dengan virus itu, tadi aku lihat mata nya…”

Kak Ari sudah tidak ada lagi disebelahku.
Aku panik,sejak kapan dia pergi…?! Aku pasti terlalu sibuk dengan perasaanku sampai tidak sadar.
ternyata aku ngomong sendirian dari tadi...!
Menoleh kiri kanan,dia tetap tidak ada, apa dia dapat panggilan mendadak dari Paladin…?

Dasar,pasti karena dia sering begini makanya tidak ada perempuan yang mau sama dia…
Kurasakan bagian belakang kepalaku sakit,begitu aku menoleh,ada apel tepat dikakiku, ketika aku memungutnya,kak Ari muncul,berjalan santai kearahku,
belanjaannya banyak.
Dia juga menyerahkan susu cokelat kalengan padaku.

“bulat” tegurnya“duduk sini…”
Dia duduk lebih dulu dariku,menepuk tempat duduk disampingnya,isyarat agar aku duduk disana.

“tidak mau,” meski berkata tidak mau aku tetap duduk juga akhirnya. Kak Ari tertawa.

“makan itu” perintahnya menunjuk apel digenggamanku, “selain banyak vitaminnya,apel kan’ cocok dengan wajah bulatmu itu”

“aku tidak dengar…” kugigit apel itu, rasanya asam manis, menyebar dan meleleh dimulutku. Saat aku asyik memakan apelku,kak Ari mengelap bercak darah yang tersisa dipipi ku dengan lap antiseptik yang sepertinya baru saja ia beli.

“aku bisa sendiri…!”protesku.

“lebih baik kalau orang lain yang melakukannya untukmu,sendiri mana bisa lihat”

“kakak seperti ibu ibu…”kubiarkan kak Ari menyeka wajahku sampai bersih.

“kalau hanya terpercik tidak apa apa,aku juga sering,tapi nanti tetap minum obat,pakai vaksin standar juga, kita tidak tahu kalau kalau virusnya menular, Cuma jaga jaga…” ujarnya sambil mengingatkanku tanpa bermaksud menyinggung

“iya…”

“kalau kau ikut kena,Tasuku akan makin menderita,tidak usah dikhawatirkan,Tasuku juga sedang menyembuhkan hatinya sendiri, yang bisa kau lakukan saat ini hanyalah menunggunya,go slow…”

“kakak,yang tadi…, sebenarnya kakak dan Tasuku sedang membicarakan apa…?” tanyaku penasaran. kak Ari tampak mengerutkan alis, biasanya memang tidak apa apa,tapi disaat yang tidak tepat,mengejutkan melihat mata elang itu penuh tanda tanya.

“yang mana?”
Aku menghela nafas,
“memangnya kak Ari dan Tasuku pernah rebutan pacar…?”
Kak Ari tertegun, kemudian memasang wajah bego dihadapanku.

“oh,itu…” dia menatapku lagi, seperti hendak mengatakan sesuatu,lalu merendahkan badannya hingga posisi duduknya kelihatan agak maju, kedua lengannya bertumpu dipaha.

“tidak ada,kok,” jawabnya. “Tasuku tidak pernah punya wanita lain selain Daina…” lalu ia ikut ikutan mengehela nafas “Daina,aku…”
Dia hendak menyentuh pipiku, pandangannya lembut sekali, tapi sesaat sebelum tangan yang ragu ragu itu menjamahku, seperti ada kekuatan aneh yang menghentikannya.

“tidak,lupakanlah,kalau kuceritakan, pasti kau tidak akan mengerti juga, kau kan tidak pandai mikir” ia kembali membuang muka.

Aku jadi kesal dibuatnya, aku merasa kakak seperti menghindari bertemu mata denganku,memang dia benar,aku tidak mengerti sedikitpun apa yang mereka bicarakan tadi,
aku hanya menduga itu ada hubungannya dengan pacar Tasuku sebelum bertemu denganku, misalnya.
Tapi karena dibilang tidak ada apa apa,ya berarti memang tidak ada apa apa,
dengan pola pikir semacam itu aku jadi sedikit tenang.
Aku malas membalas ejekan kak Ari.
Jadi selama hampir setengah jam kami hanya duduk diam tanpa bicara satu sama lain.
perasaanku tidak menentu.

“hei, kalau ingin menangis,menangis saja, tidak usah ditahan”
Saran yang sering kudengar dari Tasuku kalau aku merasa sedih. Ternyata ajaran kakak juga,toh…

“kalau aku menangis,tandanya aku tidak tegar” tolakku ”aku sudah terlalu sering menangis…”

“siapa bilang…? Kau itu perempuan, jadi wajar kalau menangis.tidak akan ada yang menyalahkan perempuan yang menampakkan emosinya dengan cara apapun,walau kau itu menangis,pasti akan selalu ada yang melindungimu,ingat,itu”
Ketika ia menasehatiku,aku nyaris tidak bisa melihat wajahnya. Sebagian punggung kak Ari menutupiku.
ia berbalik membelakangiku,

“menangislah,aku tidak akan melihatmu”

Dan air matakupun pecah, aku sebal karena aku selemah ini, aku memang gampang menangis,terkadang saat melihat drama yang sedih ditelevisipun sudah cukup untuk membuatku meneteskan air mata.
Tapi kesedihan kali ini berbeda,begitu sakit dan perih.

Aku tahu orang yang kucintai berada dalam kesulitan,dan aku tahu dia membutuhkanku disampingnya lebih dari siapapun,tapi aku tidak boleh berada disampingnya,tidak boleh memeluknya,dan ia juga tidak mau aku melihatnya.
Tuhan,sebenarnya dimana letak keadilan…?

Aku hanya ingin mencintai… aku hanya ingin hidup tenang bersamanya…
Menangis dipunggung kak Ari, aku merasa tenang, meski lebih tegap dan keras, tidak seperti punggung Tasuku yang lembut,tapi kehangatan yang saat ini melingkupiku sama.
aku tidak bicara,hanya menangis sesengukan seperti anak anak,
kalau kak Ari yang biasanya,pasti aku diledek habis habisan, tapi kali ini lain,
dia membiarkanku melampiaskan perasan sedihku sendirian.

Aku membayangkan Tasuku…,
bayangan yang semakin dekat di pikiranku…
tanpa sadar tanganku mendekap punggung kak Ari dengan sangat erat.
Aku sempat terpekik mendapati reaksi kak Ari.
Dia berbalik untuk memelukku…

“tidak apa apa…, akan lebih lega setelah ini…” bisiknya ditelingaku,aku merasakan nafasnya yang hangat,dan sentuhan bibirnya yang menciumi ubun ubunku.

Tangannya mengusap rambutku.
tiap belaian dipenuhi kasih sayang yang meluap…

Tidak apa apa,sebab kak Ari adalah kakakku…,meski tidak ada hubungan darah,dia tetap kakak bagiku…,ini wajar,kami sudah menjadi saudara,dan dia tidak pandai mengatakan sesuatu yang manis seperti Tasuku,maka tidak apa apa jika dia menghiburku dengan cara seperti ini…

aku bahagia memiliki keluarga seperti mereka didunia ini…

“kakak…, Tolong tasuku…”

“walau begitu,aku tahu Tasuku masih mencintai Daina,”
“jadi sudahlah,ya,lupakanlah…,”
Hanya itu yang dikatakan kak Ari padaku.
Meski dia adalah orang yang paling tahu aku tidak mungkin bisa melupakan kesedihan ini, dia tetap ingin mengubahnya menjadi kekuatan
itulah orang yang membesarkan Tasuku selama ini, orang yang mendidik laki laki yang kucintai, kakak Tasuku,berarti kakakku juga…

Satu satunya hal yang dapat menguatkanku saat itu adalah,memikirkan bahwa aku tidak sendirian…



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:47 am

Tasuku


_____________________________________
_______________________________


Lewat jendela teralis besi itu,aku memperhatikannya,jelas sekali.
Kakak dan Daina berpelukan,itu hanya pelukan penghiburan,aku tahu, aku bukan anak kecil yang cemburu hanya karena hal itu.
Tapi dengan keadaanku yang sekarang,bagaimana aku bisa mempertahankan pikiranku tetap bersih…?

Kudorong kursi rodaku kedekat tempat tidur, kamarku masih berantakan dan pecahan kaca cermin yang kupecahkan masih belum dibereskan.
Aku enggan meminta Daina untuk membersihkannya.
Lebih baik begitu…

Daina akan lebih baik jika bersama kak Ari.
Jika bersama kakak,dia pasti bahagia,
tidak akan terluka,jiwanya tidak terancam... dia dipastikan aman dan terlindungi...
sesuatu yang terbaik,dan dia pantas mendapatkannya

Aku benci jika menyerah,tapi aku tidak bisa pura pura menutup mata akan apa yang terjadi padaku.
Virus itu…,menyebar dalam tubuhku, dan tubuhku bermutasi dengan sangat cepat,lebih cepat dari infeksi biasa. jika aku mengkalkulasi apa yang akan terjadi selanjutnya,
kecil kemungkinan aku masih berupa manusia saat kak Ari berhasil membawakan sampel Stast. Vampir itu sulit ditangkap,sama sulitnya dengan mencari jarum ditumpukan jerami.

kakakku yang kukagumi melebihi siapapun, dan istriku yang malang.
“kalian menderita karena orang sepertiku…” aku bergumam gumam sendiri.
Tertawa,tapi aku sendiri tidak tahu mengapa.
Menangis,dan tertawa lagi, sangat menyedihkan mencoba memahami kenyataan bahwa yang barusan menghibur Daina dikala ia kehilangan arah bukanlah aku.

Aku mendapati perubahan pada warna mataku,ketika aku menyadari betapa mengerikannya perubahan itu,aku juga sadar akan insting yang semakin kuat,
aku masih bisa menahan akal sehatku,,tapi semakin aku menahan insting untuk menyerang. Semakin tajam kelima panca indera ku,
aku bisa mencium bau darah,mendengarkan dengan sangat jelas, dan sebagainya.
meski mungkin belum sekuat undead sejati,
bagaikan bisikan setan yang begitu nyata, ada semacam perasaan kuat yang menekanku,
suara dalam kepalaku yang berputar putar, ketika ada orang lain didekatku, suara itu semakin nyaring,
aku tidak pernah mengacuhkan sedikitpun penelitian yang kulakukan.
Jadi ini pastilah virus itu yang mencoba memerintah otakku, bakteri itu butuh makan tentu saja, menyuruhku untuk melakukan hal gila yang tidak akan pernah kulakukan walau mendapatkan hidup abadi dan rahasia pengetahuan diseluruh alam semesta sekalipun.

Aku tidak pernah bermaksud menyakiti Daina,apalagi membunuhnya.
Tapi dia tidak mau menjauh dariku,betapapun aku menyakiti perasaannya…
dia tetap tak bergeming, kekuatannya nyaris membuatku mati karena menderita memikirkannya, itulah alasan kenapa aku melakukan hal seperti tadi,
kurasa hanya saat itulah penyakit terkutuk ini berguna untukku,
aku tahu langkah siapa yang saat itu menuju kemari,aku tahu kak Ari akan sampai ke kamarku dalam 2 detik, dan aku sudah memperhitungkan secepat apa reflek yang akan dilakukannya,
aku tahu…,
pasti sempat,waktunya sangat cukup untuk membuat Daina terdorong jatuh kearahnya,walau harus mati,aku juga tahu kak Ari pasti akan pasang badan demi menahan tubuh Daina,

wah,aku terlalu banyak tahu, aku tertawa sendiri, sambil tertawa, pedih di dadaku menusuk nusuk,
Pintar sekali aku menyembunyikan perasaan sakit ini,
aku sakit!
Sakit setiap melihat Daina menangis untukku, kurasa aku akan gila,
aku tidak mau mati,tapi aku juga tidak mau hidup,
atau mungkin keadaanku saat ini seperti setengah hidup dan setengah mati
Aku tidak ingin Daina yang kusayangi hancur ditanganku,
gadis ajaib yang ceria dan polos,
tidak pernah punya niat jahat dan selalu mempercayai orang lain apapun alasannya,
sulit bagi orang lain menemukan alasan untuk membenci Daina, karena ketulusannya,
dia patuh dan mudah dimengerti, dia jujur dan lurus
dia cengeng dan penakut,
tapi dia juga pemberani dan punya rasa keadilan tersendiri.
Siapapun yang berdekatan dengannya,pasti akan merasa tenang,
karena dia gadis ajaib,
karena dia terlahir dengan seluruh kebaikan didunia yang ditakdirkan selalu melindunginya.
tidak perlu kujelaskan sebesar apa rasa cinta dan obsesiku terhadap Daina,
bidadariku yang paling kucintai diseluruh dunia ini...
sihir tertinggi yang mampu mewujudkan setiap kebahagiaan yang belum pernah kulihat sebelumnya...

Aku mengingat ingat kenangan akan Daina dalam kepalaku, hanya itulah yang membuatku bertahan hingga saat ini,
walau menurut hasil perhitungan otak ‘luar biasa’ milikku hasil jadi dari virus iblis ini,aku nyaris tak punya kesempatan lagi…

Tanda tanda kecocokan sudah jelas terlihat,aku mencoba melukai diriku sendiri tadi, kuhantamkan tinjuku kearah kaca cermin disamping tempat tidurku,
mengeluarkan darah,tapi rasa sakit tidak menyiksaku sama sekali… apa separuh tubuhku telah mati…?

Menurut penelitianku selama ini, undead jenis zombie atau ghoul,mereka bisa merasakan sakit, kalau begitu,akan jadi undead jenis apakah aku nanti…?

Vampir…,
aku tersenyum pahit, secara pasti otakku memenuhi persyaratan,kan…?
Tentu saja,aku sangat memenuhi syarat,
mungkin akan seperti Stast The Origin nantinya,lalu aku akan mati, mati dengan hanya menyisakan tubuh haus darah dan menjijikkan…

“Daina…, apa kau tahu mengapa kau sangat berharga…Kenapa aku sangat takut kau akan hancur ditanganku…” berkata aku pada diriku sendiri.
aku mengacak rambutku, kepalaku pening,
aku sekarat sekarang...sekarat dan seorang diri...!

"Daina...ugh..." tenggorokanku berdeguk membendung tangis, "Dai...na...ugh...ugh..."
aku menginginkannya,aku ingin dia...
aku tidak bisa hidup sedetikpun tanpa nya...
aku membutuhkannya seperti manusia perlu udara untuk bernafas...
"Dainaaaa!" aku memanggil manggil namanya dalam kesunyian,luka yang menyakitkan mengiris dadaku.


Aku sakit,tapi aku sakit bukan karena terluka atau dilukai...
aku sakit...
karena tidak bisa merasakan apa apa...




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:50 am

Daina


________________________________________
______________________________


“kakak…”
“aku…tidak bisa bernafas…”
Tidak menghitung berapa lama waktu yang berlalu, rasanya nyaris tertidur dalam dekapan kak Ari,, Kak Ari cepat cepat melepaskan pelukannya,salah tingkah sendiri.

“ma,maafkan aku,” ujarnya gugup,lalu kembali membalikkan badan,menghindari ku lagi,
kenapa lagi,sih,dia?

“kak…!” aku jadi merasa aneh dengan kelakuannya,padahal tadi dia biasa biasa saja! “jangan berbalik begitu,coba tatap aku” aku memaksanya memandang kearahku.
sungguh mengejutkan, wajahnya merah sekali seperti kepiting rebus.

“ya,ampun…!” keterkejutanku membuatnya semakin panik,entah karena apa.

“kakak,sakit,yaa? Ayo…,kita harus menemui dokter...” kutarik tarik tangannya, jangan jangan kak Ari Anemia gara gara kurang istirahat beberapa hari ini…?
Kalau benar begitu,artinya aku sudah sangat merepotkannya selama ini…
aku sangat menyesal, kalau aku jadi kak Ari, aku juga pasti merasa repot, padahal banyak masalah,masih mau mendengar curhatan ku…

“sini,biar kulihat panas atau tidak”
lelaki bermata elang itu mengelak dan bangkit dari tempat duduknya.
menepis tanganku,dia betul betul tinggi, dan aku tidak bisa lagi mencoba menempelkan tanganku di dahinya untuk mengukur panasnya,
meski aku mencoba berjinjit sekalipun!
coba aku 15cm lebih tinggi lagi,pasti berhasil,huh!

“a…aku tidak apa apa! Kau ini cerewet,dasar bulat…!”

“a…?”
Apa apaan,dia…? Aku sangaaaaatt menyesal mengkhawatirkannya barusan…!
Kakak aneh! kakak bodoh!

“kakak…,kau ingin ditonjok,ya?”aku mengumpat kesal.

Kak Ari mencibir,“coba saja,kau itu lebih pendek dariku,mana mungkin bisa?!”
aaaarrrgghhh!!!
Aku tidak suka mulut pedas itu!
Kenapa harus dia yang jadi kakak Tasuku?!
Dan kenapa juga tadi aku sempat berpikir dia mirip dengan Tasuku?!
Aku idiot sekali berpikir demikian,
walau kesal sekali rasanya, bibirku meliukkan senyuman,
kak Ari selalu berhasil membuatku tertawa

“bulat,ya? Benar?” aku tertawa,”apa karena wajahku bulat makanya Tasuku jatuh cinta padaku? Kalau begitu aku cantik,dong?” tanyaku bersemangat

walau diejek seperti apapun,walau mulutnya selalu mengatakan hal hal yang kasar dan tidak simpatik,
kakak tidak mematahkan hatiku sama sekali,kok
malah aku jadi bersemangat lagi,
aku sangat berterima kasih...


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:51 am

Ari

_________________________________________
_______________________________


“bulat,ya? Benar?” dia tertawa lagi,
"apa karena wajahku bulat makanya Tasuku jatuh cinta padaku? Kalau begitu aku cantik,dong?” ia bertanya dengan setengah bercanda.

Iya, kau itu cantik sekali,bahkan lebih dari cantik,jika kau secantik ini,seperti apa kira kira cantiknya seorang bidadari?
tersenyumlah lebih lagi...

Sayangnya,mustahil mengatakan apa yang ada dalam hatiku saat ini.

“maksudku bukan hanya muka mu yang bulat,badanmu juga cebol…” itulah yang terlontar dari mulutku.

Daina melempar kaleng kosong susu cokelat yang telah habis diminumnya padaku.

“dasar! kak Ari memang bodoh!” teriaknya

“aduh,bagaimana si Tasuku,sih? monyet betina dijadikan istri…”

“apa?!”

“kalau bukan monyet betina,mana mungkin main lempar sampah sembarangan, jorok!” ujarku sambil memungut kaleng kosong yang barusan dilempar oleh Daina,lalu memasukkan kedalam bak sampah disamping bangku taman tempat Daina duduk.

Ah,wajah merengut begitu juga manis sekali di mataku, demi tuhan,
aku malu sekali ketika mendapati diriku tidak bisa mengendalikan perasaan terhadap Daina.
Aku melihatnya menangis,aku hanya berusaha menghiburnya,
wajahnya yang menangis bagiku terlihat cantik,sampai aku kehilangan akal sehatku…
betapa gilanya perasaan yang bernama cinta,
sesaat aku lupa segalanya, aku bersedia menukar apapun milikku hanya untuk beberapa menit bersamanya. Menghirup aroma rambut daina yang setengah basah, dia terisak isak didadaku,
aku sangat ingin membungkusnya agar ia tidak lenyap dari pandanganku
baru kali ini aku membiarkan seorang gadis berdekatan denganku,
tidak pernah sekalipun,bukan berarti siapapun bisa menyentuhku agar aku bisa memecahkan rasa penasaran sebagai laki laki,

hanya Daina, dan pada Daina lah perasaan yang begitu kuat mengikatku sampai aku tidak bisa mengalihkan pandanganku terhadap gadis lain.
Dan sekarang,dia berada disampingku.
begitu dekat hingga aku bisa merasa sentuhan kulitnya yang halus di kulitku.
Bahkan sekarangpun masih gemetar karena sensasinya.

Daina sepertinya sama sekali tidak sadar,
baginya aku hanya ‘kakak’ dan tidak lebih,
aku sangat lega karena Daina tipe orang yang mudah mempercayai orang lain, dan dia tipe yang tidak suka berprasangka buruk.

Kudongakkan kepalaku, menatap jendela dilantas tertinggi,tirai jendela itu setengah terbuka, aku tidak melihat apapun disana.
Apa dia melihat apa yang baru saja terjadi? Semoga dia tidak melihatnya,
demi tuhan,aku tidak pernah berniat sedikitpun merebut Daina dari tangan Tasuku.

Daina dan Tasuku, adalah orang orang yang ingin kulindungi, aku tidak akan pernah melakukan sesuatu yang akan membuat salah satu dari mereka hancur.
Telepon genggamku berbunyi,nama Mikia tertera dilayarnya, aku tahu itu pertanda sesuatu.

“Mikia?! Ada berita?!”
Bayangan virtual Mikia mengganguk mantap.

“kapten,Yudas sudah menyelidiki yang kau suruh,sekarang,coba saja kau lihat acara berita internasional” katanya

Aku memang menyuruh beberapa temanku mengamati perkembangan berita dunia,
aku ingin tahu perusahaan obat mana saja yang mengumumkan tentang vaksin undead, sangat mudah mencarinya, tapi menunggunya tentu tidak mudah, aku berharap bisa melacak data penelitian Tasuku yang hilang, dengan begitu,mungkin aku bisa menemukan petunjuk mengenai siapa dalang yang telah mencelakakan adikku.

“perusahaan obat, Clarken.corp,telah mengumumkan akan meluncurkan vaksin 50% untuk virus Undead, dan mereka akan memberikan pernyataan resmi besok.”

Tanpa bicara lagi,kuhidupkan fitur televisi di ponselku, seorang pria paruh baya sedang melewati sesi wawancara,
pria itu terlihat percaya diri.

“jadi,Mr.Clarken, bagaimana dengan hasil penelitian anda selama ini? Benarkan dengan terciptanya vaksin untuk infeksi 50% ini,membebaskan dunia dari pengaruh kanibalisme yang mengerikan ini bukan lagi mustahil?” wanita pembawa acara itu berkata penuh rasa ingin tahu.

“tentu saja” kata sang presiden direktur "dulu kami mempekerjakan Dr.TsaraniaKova Gabriel di lab kami,walaupun sekarang kerja sama kami sudah berlalu, tapi kami berhasil merekrut peneliti lain yang tak kalah berpengalaman yang dulunya bekerja di lab milik pemerintah”

“vaksin ini lebih baik dari vaksin dengan presentase penyembuhan 30% yang dibuat Dr.Gabriel sebelumnya,kami berhasil mengembangkan penelitian lebih baik dari saat itu,” seorang pria berpenampilan lebih mirip zombie daripada manusia ikut dalam percakapan.

Pada saat itu,Daina yang sedari tadi duduk diam mendengarkan memekik keras
“aku tahu! Dia Dr.Dominique, rekan sekerja Tasuku di lembaga penelitian, kenapa sekarang dia bekerja pada Clarken?!” Daina menunjuk pria tinggi bertubuh kurus yang duduk disamping paman yang bernama Robert Clarken itu.

Aku menoleh pada Daina. “kau kenal mereka?” tanyaku pada Daina

“tentu saja aku kenal,itu Mr.Clarken,mantan penyandang dana utama dalam penelitian Tasuku,mestinya uangnya sudah dikembalikan oleh Tasuku,”
“dan dia! Dr.Dominique, peneliti yang sama seperti Tasuku,aku benci dia,
dia melakukan penelitian yang sama dengan tasuku, tapi atas tujuan uang” katanya jujur.
”mereka,aku tidak ingin menuduh… tapi mereka sangat menginginkan data penelitian Tasuku!”

Aku kembali menyambung komunikasi dengan Mikia, “hanya mereka yang mengumumkan? Tidak salah lagi?” cecarku.

“hanya mereka.” Jawab Mikia. ”tidak salah lagi,dan besok,akan diadakan pemberitahuan resmi di Bangkok pada jam 12 siang,clarken corp akan memasarkan vaksin buatan mereka keseluruh dunia…”
tiba tiba mata Mikia melotot “heh,apa kau meragukan jaringan informasi Paladin?!”

Aku menutup telepon tanpa menjawab protes Mikia.
Amarahku kembali meledak ledak. Siapa yang tidak marah jika saudaranya diperlakukan seperti binatang?! Aku harus mencari tahu dulu sebelum bertindak.

“kak Ari?! Mau kemana?!” Daina berlari lari kecil mengimbangi langkahku yang panjang,

“tetap disini,” aku menuju pesawat Jet yang terparkir di parkiran belakang rumah sakit,Ryo sedang merokok santai sambil berjongkok di dekat pesawat,
dan tentu saja, seorang perawat cantik duduk di kokpit, pada saat begini masih saja…

“keluar” perintahku pada si perawat yang tergopoh gopoh keluar dari dalam pesawat.
Aku menatap Ryo yang senyum senyum sok ganteng.
"kukira kau masih lama” ujarnya.

“ayo pergi” kataku pada Ryo,tanpa bersuara ryo langsung memberikan hormat a la militer,ia segera melompat ke kursi pengemudi.

Daina menatapku tidak mengerti, aku berbalik untuk memandangnya.
“jaga Tasuku,ya” pesanku.

“kakak mau ketempat Clarken?”
Aku mengangguk
“Hanya memastikan,aku ingin tahu...”

"kalau ternyata dia yang mendalangi semua ini?" tanya Daina.

"Aku akan membunuhnya" jawabku tanpa berpikir.

Daina tidak mencegahku, dia juga mengangguk,mendukung keputusanku. Memeluk ku sekali lagi,aku mundur beberapa senti ketika tubuhnya menyentuhku,
Daina menarik lengan bajuku,dan berbisik pelan

“siapapun pelakunya…,buat dia membayarnya,kakak…,”jemari mungil sehalus sutra yang menjamahku gemetar menahan tangis.

aku tidak akan mengampuni orang yang memberikan bencana ini kepada Tasuku…
Aku tahu perasaannya,
Tidak ada cara lain selain membuatnya mengaku…
Meski dengan kekerasan sekalipun.
Deru angin menyeruak ketika pesawatku lepas landas. Daina hanya setitik kecil diudara.

Aku hanya ingin menuntut keadilan,
keadilan yang aku tahu pantas didapatkan adikku.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 8:52 am

Daina


____________________________________________
___________________________________


“mana kak Ari?”
Ketika aku membersihkan kamarnya,itulah kata pertama yang diucapkan Tasuku,
dia terus diam tak bersuara menunggu jawabanku.
Tentu saja aku senang dia mengajakku bicara,
kupikir mau marah marah lagi,ternyata menanyakan soal kak Ari. Walau yang ditanyakan tidak sesuai dengan yang diharapkan,tetap saja aku sangat gembira Tasuku mau bicara denganku.

Maka akupun menceritakan padanya apa yang baru saja terjadi,kukira Tasuku akan lega,diluar dugaan,wajahnya tampak marah sekali.

“jadi kakak juga…,telah melihat acara tadi?” geramnya.

“juga?? Tasuku juga…” aku melirik televisi di sudut kamar Tasuku, yang saat itu dalam keadaan mati.
“orang itu,Robert Clarken, aku tahu,dia yang ada dibalik semua ini,”
“kakak tidak tahu apa yang dihadapinya,jika orang tahu kapten divisi utama Paladin memiliki adik yang terinfeksi,dan mempertahankannya tetap hidup,akan jadi pukulan besar baginya”

Aku meneruskan menarik seprainya yang kusut “aku tidak begitu paham,tapi kurasa kak Ari akan baik baik saja,kurasa…dia sudah tahu apa yang dia perbuat…”
tapi aku cukup kaget Tasuku dapat menduga sejauh itu,

Tasuku menerawang, "aku tahu kakakku,dia bisa melakukan apa saja untuk melindungiku, kalau dia tiba disana dan tahu siapa pelakunya,aku bisa membayangkan bagaimana murkanya dia..."
“betapa baiknya dia yang bersedia berkorban apa saja untuk adiknya tanpa memikirkan posisinya sendiri…”
saat mengatakan itu,suaranya terdengar dalam dan sedih.

“aku harus pergi,” pintanya “aku harus mencegahnya melakukan sesuatu yang membuatnya menghancurkan dirinya sendiri”

Aku terperangah, bukankah sudah kukatakan kak Ari memiliki pertimbangan tersendiri?
Mana bisa orang lain yang melakukannya,jika benar apa yang dikatakan Tasuku, harus ada yang tahu kebenaran yang sesungguhnya, dan dia akan membuatnya mengakui perbuatan kejam itu…

“itu tidak boleh terjadi,Daina,aku harus menghentikannya,”

“tidak apa apa,kak Ari akan baik baik saja,dia cerdas dan penuh perhitungan seperti Tasuku…”

“tapi dia baik,” Tasuku berkata tajam. "sayangnya tidak semua orang baik sepertinya,”
“orang tentu telah mendengar rumor bahwa aku, Dr.TsaraniaKova Gabriel mengalami kecelakaan dalam penelitian,dan mereka tahu terinfeksi virus original yang tidak ada obatnya,
sedangkan Clarken, apa posisinya? Dia,memiliki vaksin yang dapat menyembuhkan separuh dari infeksi standar, seluruh dunia menginginkannya…lebih daripada seorang ‘bekas’ ilmuwan jenius tanpa harapan dan mungkin sudah tidak tertolong lagi,
yang sebentar lagi akan berubah menjadi undead baru!”

Aku terpaku,kak Ari memang pernah mengatakan kemungkinan terburuk semacam itu,tapi,kenapa Tasuku sampai memikirkan sejauh ini…

“artinya…,seluruh dunia mendukung Clarken…”seruku tak percaya.

“ya,itulah yang akan terjadi,semua orang ingin jadi musuhku,sekarang” suara dalam dan sedih itu… aku ingin sekali memeluknya,tapi mungkin ia akan marah lagi…

“Tasuku…”
Tasuku menoleh kearahku,

“dengan apa kita akan pergi? Bangkok,lho? Apalagi di bandara akan ada proses pemindaian, bagaimana kita akan melewatinya”

“kita…?” Tasuku mengerutkan keningnya,
bisa kulihat mata merah keemasan itu menatapiku seolah aku mengatakan hal yang tabu.

“aku tidak berniat mengajakmu bersamaku…,” ujarnya dingin.

“mana bisa Tasuku pergi sendirian? Memangnya kamu sudah bisa jalan?!”
Tasuku berdiri dari kursi rodanya,sangat mudah,seakan tubuhnya tidak lebih dari sehelai kertas.

“aku akan pergi sendiri…” katanya lagi, “kalau membawamu,akan sangat merepotkan”
dia melangkah menuju jendela, membengkokkan terali besi dengan sekali tarikan, gerakan sedikit menghentak namun sangat anggun, aku terpana.
Tasuku! Dia…

“tunggu!” teriakku,Tasuku telah bersiap hendak melompat dari jendela,
aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan menangis lagi,tapi kali ini lebih dari itu,
aku berusaha mengendalikan pria yang kusayangi hanya dengan sepotong cinta. Sungguh jahat aku ini.

“kalau Tasuku pergi…,aku akan beritahu semua orang kalau kau kabur, aku tidak akan membiarkanmu pergi kalau meninggalkanku disini…,!” ancamku
Aku berhasil, dia memandangiku segan,wajahnya yang pucat bak pualam semakin terlihat tampan disinari cahaya bulan yang merembes masuk melalui jendela.

Dia mendekatiku,meraihku dalam pelukannya,
Tuhan,apa ini mimpi?!
Aku sedang berada dalam pelukan orang yang kuimpikan sekarang,
Tasuku…Tasuku…,
suamiku, pangeran milikku seorang…
Bibirnya menyentuh pipiku,sangat lembut, nafasnya menderu hangat disekitar telingaku, turun ke rahangku,lalu dengan lembut menyentuh leherku,
aku menikmati setiap sentuhannya, aku mencintainya, sampai aku jadi gila karenanya…

Tangannya membelai punggungku, disaat aku nyaris jatuh lunglai karena mengharap lebih, sebuah hantaman kurasakan di tengkukku, membuatku tidak bisa bergerak sama sekali karena rasa sakit

“aku mencintaimu…, aku mencintaimu, lebih dari apapun…”

Aku mendengarnya berbisik,aku merasakan air matanya jatuh meluncur pada wajahku, ketika ia menyeka nya, aku merasakan tanganku diciumi berkali kali,
kepalakupun sangat pening ketika akhirnya aku mendengar Tasuku mengatakan:

“maafkan aku…,aku sangat mencintaimu”


Dan kesadaranku pun buram seketika,lalu menghilang…

******************************
******************************

Satu jam kemudian,aku tersadar,
Tasuku sudah tidak ada di sampingku lagi, dia menghilang,
aku tak dapat membendung kepanikanku lagi.
Kupandangi jam,pukul 12:21, masih sempatkah,jika aku menyusulnya?
Ini bukan zaman primitif,dengan teknologi transportasi masa sekarang,tentu tidak akan sulit melintasi berbagai negara dalam hitungan jam,
aku bisa sampai disana sebelum pagi menjelang...

Walau Tasuku melarang,aku harus ada disana,
Salah besar jika aku selalu dikira penurut olehnya.
Aku bukan anak manis yang hanya bisa menangis, tidak ada yang salah kali ini.
Benar,tidak akan ada yang salah jika aku mendampingi suamiku
walau dimarahi,aku masih bisa meminta maaf!
pokoknya aku harus menyusulnya.
aku mengambil dompet dan paspor,hanya itu barang bawaanku.
lorong lorong dan lingkungan disekitarku sudah mulai sunyi ketika aku meninggalkan rumah sakit.


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:18 am

Ari


_____________________________________
____________________________

Bangkok,pukul 12:00 siang,

_____________________________________
____________________________


Seorang manusia tidak akan mungkin dapat menahan beban berlipat ganda dalam waktu yang bersamaan,



Pria itu berdiri disana, dengan angkuh, beserta antek antek yang mengawalnya,
Robert Clarken,pemilik perusahaan kimia C.Corp,
tak ada latar belakang medis,
tak ada pendidikan khusus,
hanya berbekal keberuntungan,dan bertahan didunia bisnis.

“tipe yang menhalalkan segala cara,pantas dia jadi kaya raya dalam sekejap” komentar Ryo menyulut rokoknya,
aku tidak tertarik lagi dengan rokok,
bagaimanapun, aku harus menyelesaikan misi pribadiku ini, aku tidak bisa tenang sebelum bertanya kebenaran yang sesungguhnya pada si gendut Clarken yang sedang berdiri mempersiapkan pidato di belakang podium.

Acara hari ini diselenggarakan disebuah universitas terkemuka di Bangkok,
banyak orang yang menantikan kabar gembira yang telah ditunggu tunggu oleh semua umat manusia diseluruh belahan dunia
aku melangkah maju,

“hei,kau serius?” tegur Ryo.“aku akan ada di sini,kalau kau butuh sesuatu”,dia langsung mengucapkan itu tanpa menunggu jawabanku.

Aku mengangguk ringan,menghampiri Clarken, pria itu terlihat bingung dan marah melihat kedatanganku. Anak buahnya yang bersenjata lengkap langsung mengerubunginya dengan sigap.

“Paladin” aku menujukkan tanda pengenalku,dan wajah mereka pun melunak,walau kewaspadaan masih tersirat didalamnya.

“Aryanov Gabriel” aku memperkenalkan diri, “sebaiknya kita jangan bicara disini,”
Robert clarken tampak kaget mendengar namaku, tapi-alih alih panik yang tersirat diwajahnya-justru dia tampak senang bisa bertemu denganku

“jangan khawatir,kau tidak mau,kan’ acaramu yang megah ini hancur berantakan? kita bicara berdua saja” pintaku baik baik.

“baik,kita ke tempat yang lebih pribadi,” ia menyarankan.
Aku mengangguk santai,

“Boss,” tegur salah seorang anak buahnya,

“tidak apa apa, jaga saja agar jangan sampai ada tikus yang lolos setelah menguping” entah apa maksud kata katanya itu,kemudian dia mengisyaratkan pada anak buahnya agar mengawasi keadaan,
kemudian membawaku ke tempat yang jauh dari keramaian.

Dengan dikawal anak buahnya yang menjepitnya dengan ketat,
aku berdiri menghadapinya sambil berkacak pinggang,

“jadi?”ujarku langsung pada pokok persoalan “darimana kau mendapatkan data tentang penelitian yang sama persis dengan yang dibuat oleh adikku?”

ada sedikit penekanan ketika aku mengucapkan kata ‘adikku’.

Robert clarken tersenyum
“tuan Aryanov Gabriel, aku turut berduka cita atas apa yang dialami adikmu,insiden kecil yang mengakibatkan kecelakaan fatal itu,tapi percayalah aku tidak ada hubungannya dengan semua kejadian aneh yang menimpa Dr.Gabriel”
Aku tidak akan semudah itu diyakinkan.

“kau tidak usah berduka cita,dia belum mati, jadi jangan bicara seolah olah dia telah meninggalkan dunia ini seperti yang, banyak orang orang seperti kalian harapkan” aku berkata tajam "lagipula kita sama sama tahu,dia tidak 'kecelakaan'..."

Lagi lagi ia menampakkan mimik resah,dan berkata bahwa ia tidak mengerti apa yang sedang kubicarakan saat ini. Sungguh menyebalkan orang ini.

“apa alasanmu?”
Clarken memuntir kumisnya perlahan

“karena perusahaan kami telah melakukan penelitian ini sejak 35 tahun lalu, jauh sebelum Dr.Gabriel lahir” dia tersenyum licik
“bukan tidak mungkin jika kami membuat kemajuan besar bahkan tanpa bantuannnya sekalipun,bukan?” dia menaikkan alis.

Aku mengangguk,aku tidak percaya padanya,tapi aku tidak punya cukup bukti,

“dan Dr.Dominique? kudengar dia mantan rekan adikku di lembaga penelitian milik pemerintah,kenapa sekarang dia bergabung denganmu?”

“Dr,Dominique,pasti tahu dimana tempat terbaik yang lebih menguntungkan untuknya” jawab Clarken tenang “ah,seandainya ada yang bisa kubantu, aku pasti akan melakukannya,” tawarnya,

Aku hanya menanggapi basa basi nya dengan tatapan dingin.
“baik,aku akan pergi,
”tapi jika aku tahu kau ada hubungannya dengan kasus ini,” aku sangat yakin itu adalah tatapan kebencian teramat sangat yang pernah kuberikan kepada makhluk lain selain undead.
”kau akan menyesal” aku tidak main main dengan ancamanku,tentu saja.
Clarken membungkuk sopan,

“tentu saja, Monsieur…” balasnya sopan. "kuharap,Dr.Gabriel bisa cepat sembuh dan memulai penelitiannya lagi"

Ketika aku berbalik hendak melangkahkan kakiku,
tepat di sebelahku,
dengan cepat,melintas seorang pria, berewok dan bertubuh tinggi, yang kepalanya seperti martil kalau menurut penglihatanku,
Dia juga ada keperluan dengan Clarken rupanya,pertemuan ditempat sepi,sama sepertiku,
pertemuan yang sangat tidak bisa ia sabarkan hingga ia nyaris saja menyela percakapan kami. Aku sempat melihat matanya sekilas.

Terinfeksi,

Sekilaspun aku tahu, pria berewok itu sedang terinfeksi,
secara spontan aku membalikkan badan
dia berjongkok memohon kepada Clarken, menyembah kaki sang milyuner dengan sikap menghiba,
para bodyguard mencoba menjauhkannya dari sang presiden direktur,tapi tenaganya kuat,
ia menghempaskan mereka seperti anak anakan kayu yang rapuh.
walau tampak pucat pasi tapi pria itu kuat sekali,walau ditarik,tubuhnya tak bergeming.
Separah apa infeksinya?

“kumohon! Robert Clarken! Kasihani aku…,berikan aku vaksin…,kumohon berikan aku vaksinnya…! segera!” Aku tidak yakin akan apa yang kurasakan, tapi mataku tertumbuk pada lengan pria itu.

oh,Sebelah lengannya tidak ada,
hanya ada bahu yang terbalut perban tebal,luka yang sangat parah namun tergolong biasa untuk ukuran luka karena serangan undead,
apa yang kupikirkan?
pikiranku melayang,
berusaha memilah milih ingatan yang tersimpan di memoriku,
apa yang dikatakan Daina waktu kami di kafetaria?


Apa?



"peluru itu melukainya, tapi luka itu seolah olah tidak ada,
semakin dia melihat darah,semakin pula dia buas,
lalu dia menarik orang kedua dan orang yang kuduga sebagai pemimpin komplotan mereka bersamaan,
memutuskan lengan si pemimpin komplotan yang berusaha melepaskan diri dari pagutannya, lalu,orang itu kabur serta sempat membawa disket berisi data penelitian Tasuku,dia meninggalkan anak buahnya...”




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:19 am

07:

Our Prince,
Our Clan's...

__________________________________
________________________

(LANJUTAN)


Ari

___________________________________
________________________


Aku meninju manusia separuh Undead itu hingga ia terpelanting.
Clarken amat terkejut dengan perbuatanku,
aku menariknya,menghempaskannya seperti karung berisi kapas, dan menahannya di lantai.
Dengan kakiku.

“katakan” aku tidak bisa menahan diriku sendiri, “apa yang kau ketahui tentang Dr.Gabriel?!”

berapa banyak kebetulan yang bisa terjadi didunia ini?
Selain semuanya hanya rekayasa.
Bodoh sekali jika aku bisa ditipu semudah itu.
Pria dibawah kakiku tertawa sekarat.

“huh? matamu mirip sekali dengannya..."
"baiklah,akan kukatakan,sebelum virus ini mengambil alih tubuhku beberapa menit lagi,”
“orang yang berada dibalik rencana itu,rencana menghancurkan Dr.TsaraniaKova Gabriel…”

Aku menunggunya bicara,
tapi sebutir timah panas menghentikan detak jantungnya sebelum ia sempat menjawab pertanyaanku,
pria itu tewas dengan lubang menganga bekas peluru di dadanya.

Aku berpaling pada Clarken yang memegang pistol,
kini semua hal terlihat jelas dimataku.

“kau pelakunya” ujarku.
Clarken tersenyum,senyum paling licik yang pernah kulihat.

“ya,Aryanov Gabriel, akulah,yang menjadi dalang-kalau bisa dibilang begitu-yang berada dibalik semua ini, itu bukan,hal yang ingin kau ketahui?”

“kenapa” geramku.“apa salahnya padamu?!” Satu menit,aku hanya memberinya waktu satu menit untuk menjelaskan,setelah itu aku tidak perduli apapun yang sekiranya akan terjadi.

“karena aku, Robert Clarken, pemilik perusahaan besar yang akan menguasai dunia, dan aku tidak pernah gagal mendapatkan apapun yang kuinginkan,”
Dia berdecak seperti mengasihaniku,

“adikmu,orang yang berpotensi,tapi dia terlalu jujur dan lurus, dia tidak mau bekerja padaku,,juga tidak mau menyerahkan penelitiannya padaku,”
“maka aku mencari cara, bagaimanapun,agar bisa mendapatkan segala yang pada awalnya kubayangkan dapat ia hasilkan untuk perusahaan ini, yaitu uang,kemasyhuran,dan kekuasaan melebihi yang dapat dibayangkan,sesuatu, yang aku tahu dia bisa meraihnya hanya dengan satu tangan,”

“dunia tidak butuh satu raja, hanya yang kuat yang bertahan hidup,”
dia tertawa,suara tawanya bercampur antara marah,gelisah,dengki dan iri hati yang bercampur menjadi satu,aku tidak dapat menahan rasa jijikku lebih lama,

“dunia tidak butuh pria baik hati yang mau melakukan apa saja untuk kepentingan orang banyak,pengecut yang hanya hidup didunia mimpi!

"kebahagiaan yang setara untuk semua manusia,mana ada! Kuat dan lemah itu mutlak, hukum alam lah yang berlaku, laki laki baik hati yang tidak mengerti hal itu,tidak boleh ada didunia ini!”
Ketika ia mengakhiri kalimatnya, aku telah maju dengan kekuatan penuh, kearahnya,
aku akan membunuh orang ini.
aku pasti akan membunuh orang ini...!

Seberat apapun dosa yang akan kupikul nantinya,
posisi macam apapun yang akan memberatkanku…
bagiku,Robert Clarken sama hina nya,sama rendahnya,
dan sama derajatnya dengan undead,
para mayat hidup yang menjual jiwanya pada iblis agar dapat menyelamatkan hidup mereka sendiri!

Para pengawalnya bersiap menghadangku, tapi bagiku,yang terbiasa bertempur melawan makhluk makhluk yang bangkit dari kematian,
berkelahi dengan manusia tidak ada artinya,
aku menendang mereka satu persatu dan mematahkan tulang mereka dengan sangat mudah kulakukan,juga saat aku harus bertahan ditengah hujan peluru yang ditembakkan kearahku,
setiap peluru yang mereka tembakkan tidak mampu merusakkan bahkan menggores jaket kulit yang kukenakan,
percuma,hanya tangan seorang vampirlah yang mampu mencederaiku,
pertahanan sempurna,
perlengkapan elit paladin,teknologi tercanggih yang kami ciptakan untuk bertempur melawan mereka yang tidak bisa mati.

Mereka memukulku, tapi aku tidak merasakan sakit,aku telah terbiasa akan pukulan vampir yang ratusan kali lebih berat tekanannya,
kegaduhan yang timbul memancing para pengawal datang lebih banyak,
aku tidak takut,biar sebanyak apapun mereka,
aku sudah sering merasakan bagaimana rasa takut yang sebenarnya,

Salah seorang pengawal clarken memghunuskan pisau dan menyerang kearahku, sangat lambat bagiku hingga aku dapat menangkap pisau itu, dengan sarung tanganku yang dapat memicu arus listrik, aku menjepit pisau itu diantara telapak tanganku,

memberikan efek kejutan halus yang tidak disangka oleh orang itu dan membuatnya terpental karena arus listrik yang mengalir deras melalui pembuluh darahnya,
ia kejang kejang sesaat sebelum akhirnya pingsan,

sudah kukurangi energi mematikan yang mengalir melalui sarung tanganku,
jika memakai energi maksimal,dia akan terpanggang dalam beberapa detik,
aku tidak pernah memukul orang tak bersalah kecuali mereka pantas dipukul,
namun hari ini aku punya pengecualian untuk itu.

Akhirnya selesai, empat puluh orang, kurang lebih,
aku telah menghajar empat puluh orang begitu saja,
hanya membuat mereka pingsan, tapi bukan itu tujuanku sekarang.

Robert Clarken berjalan mundur, gemetar dan ketakutan,
dia mencoba menembakku tapi aku lebih cepat darinya, berlari kencang menubruknya hingga tersungkur,
pistolnya terlepas dari tanggannya,
aku kembali berdiri dan membiarkan dia menyeret kakinya dengan susah payah,

“tidak mungkin! Apapun yang kau lakukan,tidak akan dapat merubah keadaan,dia hanya calon undead baru yang sebentar lagi akan terlahir kembali sebagai makhluk yang bukan manusia! Tidak akan ada yang memujimu bahkan walau kau membeberkan segalanya pada semua orang,sia sia saja!
Sudah terlambat,sekarang,seluruh dunia adalah musuh bagi TsaraniaKova Gabriel!” ia berteriak seperti orang gila.
“a…,kalau kau membunuhku,apa tidak berakibat buruk pada posisimu?? Paladin tidak akan membiarkan anggotanya berbuat semena mena,kan?”

“kau benar,tidak ada seorangpun yang berpihak pada nya…," Aku berjalan santai memungut pistolnya, “posisi?...” aku mengacungkan mulut pistol itu,tepat kearahnya. "persetan dengan semua itu"

Clarken merayap mundur perlahan, “ku…kumohon…,jangan bunuh aku…”ujarnya mencicit.
Darahku semakin bergolak,
apa Daina juga memohon seperti itu untuk nyawa adikku??
Untuk nyawa adikku….

ia memperlakukan Tasuku seperti hewan,ia tidak punya belas kasihan ketika menjatuhkan vonis yang lebih berat dari pada kematian untuk adikku,
darah dagingku…

Tubuhku menggigil seketika, menarik pelatuk dan pistol ditanganku meletus seketika memuntahkan peluru yang melesat menuju dahi bajingan yang telah merenggut kebahagiaan satu satunya saudara kandung yang selama ini kusayangi dan kujaga.

Bunyi desingan peluru tumpul menambrak permukaan keras dan berderak bagaikan gading gajah, terdengar seperti irama musik yang tak pernah kuduga sebelumnya.

Dalam jarak dua setegah meter,Tasuku berdiri dihadapanku.
Marah dan terluka.

Ia menghalau peluru itu dengan tubuhnya,
Sebelah tangannya bermutasi, aku pernah melihat mutasi seperti itu sebelumnya, tulang yang berkait menjadi satu seperti tombak.

Stast…,dia juga memakai senjata yang sama,
tentu saja teman terbaik undead dalam pertahan dan penyerangan adalah tubuh mereka sendiri.

“tidak akan kubiarkan” katanya saat serpihan peluru itu berjatuhan dari lengannya yang digunakannya sebagai tameng. “kakak tidak akan kubiarkan mengotori tangan kakak dengan darah orang ini…”

“Tasuku! Kau…” aku tidak menyangka sama sekali akan bertemu dia disini.
Clarken begitu ketakutan sampai kukira ia telah terkencing di celana,

Tasuku berbalik kearahnya,“aku tahu kau pelakunya…,perbuatanmu sudah tidak termaafkan,kau menghancurkan hidupku,
sekarang kau nyaris membuat kakakku jadi pembunuh,” ia menutup matanya sesaat
”dengar,aku menghentikannya bukan untuk menyelamatkanmu, aku hanya tidak ingin” ia menatapku dengan mata semerah darah
“aku tidak ingin kakakku menjadi pembunuh…” mata itu memelas,

Akupun melemparkan pistol itu ketanah,
“kau ingin melakukannya sendiri?” ujarku dingin,Tasuku menyeringai jahat.
Rasanya mengerikan karena itu tampak seperti bukan wajahnya.
Ia mengacungkan tombak tulang itu kearah Clarken

“aku bersumpah,kau akan mati ditanganku,” dia berkata lembut. “jika aku sudah bukan manusia lagi…,jika aku bisa sembuh seperti sediakala pun, aku akan mencarimu hingga neraka dan menghancurkanmu!”

dalam hatiku senantiasa mengutuk Clarken, aku ingin sekali melenyapkan pria itu,
tapi aku selalu percaya Tasuku adalah adikku yang sangat adil dan bijak,
biar dia sendiri yang memutuskan hukuman macam apa yang akan diberikannya pada pendosa itu.
walau aku tidak bisa menebak apa yang dipikirkannya dengan datang dan menghentikan tindakan yang kurasa paling tepat untuk dilakukan.

Kegaduhan yang luar biasa menyeruak diantara kami,
para wartawan dan reporter televisi menyerbu kearah kami, tertarik akan bunyi letusan senjata api yang kutembakkan barusan.

Diikuti petugas kepolisian,
mendekat hati hati membopong Clarken yang tertegun ketakutan tanpa suara menjauh dariku dan Tasuku

Mayat pria berewok itu bangun,
telah berubah menjadi zombie sempurna,
Tasuku merebut pistol ditanganku,
menembak zombie baru yang bersiap ingin menerkam siapa saja yang ada didekatnya.

Satu tembakan,zombie itu belum rubuh,
kupikir gawat jika Tasuku melihat darah disini,
aku dan Tasuku sama sama berlari menerjang,
Tasuku meraih tanganku,dan melemparkanku tinggi sekali,
tepat pada saatnya aku berhasil mencengkeram ubun ubun zombie itu,dengan sekali tarikan nafas, listrik ribuan mega watt yang mengalir dari tanganku membuat zombie itu terbakar jadi abu.
Kematian yang sakit,pembalasan yang setimpal untuk manusia sepertinya.

“itu…undead!!! Cepat lari!!! Selamatkan diri kalian!”

“dia berbahaya!!! Menjauhlah!!!”

“biar Paladin yang mengatasi ini!”


Tetap saja semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan itu berteriak ketakutan, menyangka bahwa aku tengah melakukan pemusnahan,
mereka semua menyadari Tasuku juga dalam keadaan setengah bermutasi,
dan tidak mau mengambil resiko tetap berada ditempat,

meskipun beberapa stasiun televisi tetap bertahan mengambil gambar dari jarak jauh.

ditengah kegaduhan itu,seorang gadis kecil berlari sambil menangis karena ia tidak dapat menemukan dimana ibunya berada, ketika berlari,ia tersandung, dan Tasuku dengan gerakan sangat cepat, merengkuh tubuh anak perempuan itu dalam pelukannya,melindunginya,

“tidak apa apa?” Tanya tasuku pada si gadis kecil yang terdiam menatapnya,
gadis kecil itu sepertinya ingin mengucapkan terima kasih pada Tasuku,namun tangan yang gemetar ketakutan merampas anak itu,

“menjauhlah dari anakku! Monster!” maki seorang wanita yang sepertinya ibu si gadis cilik,
“jika yang kau inginkan santapan,lebih baik nyawaku saja yang kau ambil!”

Tasuku tidak membalas kata kata wanita itu,dia diam tak bergeming,
Lalu memalingkan wajahnya.
keterlaluan sekali mereka,
padahal jika Tasuku tidak menyelamatkan anak itu, mungkin ia sudah mati terinjak injak ditengah kekacauan ini.

“gawat!” aku merasa gusar, aku amat mencemaskan Tasuku yang keberadaannnya amat mencolok,
orang orang yang semula datang untuk mencari sensasi dan berita hangat yang mungkin akan laku dijual dikoran koran,kini berlarian histeris setelah melihatnya,

“kita pergi,Tasuku! Kalau tidak akan jadi lebih heboh lagi…!”
Aku menengadah keatas langit,terjadi ledakan bunga api diudara,
kepanikan semakin menjadi jadi, mereka semua mengira ada invasi mendadak,
Pada saat itu,
sebuah mobil menyeruak diantara kami,
Daina,dengan wajah luar biasa cemas,
Tasuku bergerak,cepat sekali hingga sedetik kemudian ia telah berada didalam mobil,diikuti Ryo yang membawa bazooka mini,
(apa dia yang membuat ledakan tadi untuk mengalihkan perhatian?)

Aku masuk paling terakhir sebelum akhirnya mobil berpacu meninggalkan halaman universitas ternama tempat acara diadakan.

Daina mengebut mobilnya sampai rasanya ia melanggar kira kira seratus rambu rambu lalu lintas.

“bukankah aku sudah melarangmu datang kemari?!” bentak Tasuku pada istrinya, Daina merengut bandel.

“tapi aku berguna,kan? Aku akan buktikan aku berguna untukmu…!” bantahnya,

Tasuku diam tak menyahut, dia menyandarkan tubuhnya di jok mobil disebelahku,
Ryo yang duduk jok depan disamping Daina menyerahkan mini bazooka itu kepadaku, aku menyimpannya di bagian paling belakang mobil yang kosong

“mereka berhasil merekam kejadian tadi,aku yakin” imbuh Ryo “aku tidak keberatan dengan hal gila apapun yang ingin kalian lakukan barusan,aku hanya ingin tahu apa tindakan kalian selanjutnya” saat bicara matanya tertuju kearahku.

“tidak ada” jawabku,”karena sudah mengantongi nama dalang dibalik semua ini,kita lanjutkan pencarian Stast saja,masalah bagaimana cara kita menghancurkan bangsat itu,akan kita pikirkan nanti,"
"mulai sekarang,keberadaan Tasuku harus dirahasiakan,kita tidak bisa menuntut apa apa jika Tasuku masih dalam keadaan seperti ini,akan semakin mempersulit keadaan...
yah,pokoknya beri aku waktu sedikit lagi,aku pasti akan menemukan Stast” janjiku.
“bukan begitu tasuku?” aku balas bertanya pada tasuku.

“hmm...” adikku menjawab lesu. “kalau aku masih bisa tertolong…”
Daina mencuri dengar dengan harap harap cemas, aku tahu ia ingin menyela kata kata Tasuku, tapi niat itu diurungkannya.

Maka aku menggantikannya menyampaikan apa yang kami rasakan pada Tasuku.
“kau jangan bilang begitu, aku akan lakukan semua yang terbaik untukmu,”

“kalau begitu berjanjilah,” kata Tasuku tanpa melihat kearahku.“jangan mengotori tanganmu untuk hal yang tidak perlu, karena aku tidak rela kau melakukan sesuatu yang menorehkan dosa yang akan kau sesali seumur hidupmu,”
“nyawa manusia itu berat, menghilangkannya juga akan sangat berat,walau manusia yang tadi itu memang pantas dibunuh” ujarnya lagi.

kuakui,aku memang tidak sabar,
jika berhubungan dengan Tasuku,aku tidak bisa menyabarkan diriku.
dalam hal ini dia selalu lebih unggul dariku,
dia memang kelemahanku yang terbesar...

“mengakulah” balasku "tadi kau mati matian menahan diri untuk tidak membunuhnya,kan? Kenapa harus ditahan tahan? Kurasa lebih baik dia terbunuh ditanganmu saja sekalian,itu pantas untuknya…”

Tasuku menyeringai seram lagi,aku dapat melihatnya dari kaca spion,
menatap tempat duduk berisi Daina didepannya,

“aku memang berniat melakukannya” dia bicara tapi suaranya sangat halus,terdengar seperti desisan.



“kalau aku sudah bukan manusia lagi...”


***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:20 am

Stast

____________________________________
____________________________

Argentina, salah satu wilayah yang telah terkena invasi kaum undead.
Tempat persembunyian Stast The Origin.

______________________________________
__________________________________

Televisi,
salah satu media informasi yang berkembang sangat pesat,bahkan dari sejak aku masih jadi manusia, pemuda idealis yang masih dipenuhi keyakinan baik dan buruk.

Mereka menangis dan tertawa didalam kotak ajaib itu, apa mereka tidak lelah?
Aku mencoba memahaminya berkali kali,
menurutku,sebenarnya penontonlah yang sedang ditertawakan oleh televisi,
mereka mau menerima apa saja dalam kehidupan pendek mereka,
entah itu realita atau tipuan,
menggelikan.

Tapi aku suka menonton, itu hal yang tidak pernah kulewatkan, mengingatkanku akan hal lain yang juga menarik perhatianku,

aku juga suka melihat jika ada anak anak yang berpipi kemerah merahan,tertawa polos seperti malaikat, tapi sayang sekali makhluk memikat itu akan tumbuh dewasa sama cepatnya seperti mereka terlahir.

Aku berulang kali membekukan mereka agar mereka selalu menjadi seperti apa adanya,tapi kenyataan yang kutemui sangat berlawanan dengan apa yang kucita citakan.
Ternyata,mereka justru lebih berharga karena mereka mudah rusak.
Tidak ada hal menyenangkan jika kau tahu hari ini adalah esok yang tak berujung.

Sudah cukup untuk hari ini.
Aku melihat hal yang jauh lebih menarik daripada opera sabun sekarang.
Seorang reporter wanita sedang meliput suatu peristiwa menggemparkan,
tapi bukan kegaduhan itu yang menarik perhatianku,
melainkan bahan berita yang saat ini sedang ramai diperbincangkan di beberapa stasiun televisi sekaligus,

“saat ini,bertempat di salah satu universitas swasta di Bangkok, kami melaporkan adanya keributan yang disebabkan oleh undead, penyerangan dilakukan oleh Dr.TsaraniaKova Gabriel,menurut kabar yang beredar,
Dr.gabriel mengalami kecelakaan di lab penelitian pribadi nya, dan saat ini terinfeksi virus original yang tak dapat disembuhkan,"
aku mengganti ke saluran lainnya,

"rupanya,Dr.Gabriel sama sekali tidak berkenan dengan keputusan Mr.Robert Clarken yang ingin mempresentasikan vaksin terbaru tanpa menyertakan namanya,”
aku menyimak pembawa acara debat itu bicara. Dari cara bicaranya nyata sekali dipihak mana ia berada.
Aku memutar saluran lain lagi,kali ini, beberapa orang sekaligus tampak berdebat dengan serius,

"saat ini Robert Clarken sedang mendapat perawatan serius akibat shock yang dideritanya,pihak C.Corp mengatakan agar calon undead berbahaya itu disingkirkan sesegera mungkin"

“ini tidak dapat dibiarkan,bisa kita lihat tadi,kakaknya,Aryanov Gabriel berada disana,apa dia berada disana untuk menghentikan adiknya? Apa tindakan Paladin? Masa’ Paladin akan membiarkan begitu saja vampir baru terlahir hanya karena dia adalah adik dari kapten divisi utama mereka? Sungguh ironis…”

“ya,menurut saya juga begitu,apalagi dia adalah manusia dengan taraf jenius, keberadaannya tidak dapat dianggap remeh,"

"raja terror yang lebih menakutkan dari Stast The Origin akan lahir,”

“banyak jenis undead lain seperti zombie dan ghoul, tapi, satu orang vampir dengan otak luar biasa jenius, bayangkan nasib kita semua!”

"harus dimusnahkan secepatnya!"

Adik Aryanov…
Aryanov Gabriel yang itu…?
jika mengingat pria yang seperti dewa matahari itu,
aku merasakan sensasi luar biasa,
kesan yang tidak dapat kulupakan,baik itu kharisma,keperkasaan,kekuatan maupun kemampuan bertempurnya yang luar biasa,
dia bagaikan undead yang terlahir kembali sebagai manusia…

aku menggigil jika ingat bahwa kami sudah kehilangan harapan menjadikannya raja bagi kami.

Dia terlahir dengan ditakdirkan sebagai pemenang.
Pria dengan keunikan rantai nasib yang dibawanya…

kehilangan segalanya,tapi tetap berjalan dengan tegar dijalan yang mungkin bagi sebagian orang adalah jalan paling sulit untuk dilalui,
jalan yang akan senantiasa mengingatkannya dan terkait begitu erat pada masa lalu kelam yang paling ingin dia lupakan,

kami,para undead sangat menginginkan kekukuhannya itu…
Andaikata waktu itu aku berhasil mengubahnya menjadi sama seperti kami, pasti semua rencanaku akan berjalan lancar.

Adiknya…,
apakah akan sama seperti Aryanov yang menakjubkan?
Aku berpindah ke saluran lainnya,mereka sedang memutar rekaman yang diambil pada saat kejadian berlangsung,

saat pria bernama Robert Clarken tersungkur, aku melihatnya disana dengan jelas sekali,dia berdiri berhadap hadapan dengan kakaknya,
rambutnya yang sewarna emas berkibaran tertiup angin,
tampak kontras dengan rambut Aryanov Gabriel yang sehitam langit malam.
aku tidak mau mengira ngira apa yang akan terjadi,
tapi,mataku terpukau oleh perubahannya yang begitu indah.

Beberapa bulan lalu,ketika Aryanov Gabriel mengambil sedikit darahku entah untuk tujuan apa,tapi kini aku mengerti,
Ketika kamera terdekat tanpa sengaja menyorot pemuda yang dikatakan sebagai adik Aryanov itu, aku bisa melihat tatapannya sekarang,
mata yang benar benar mirip dengan Aryanov Gabriel, namun mata itu berwarna merah darah,
aku tidak meragukan lagi,mereka memang bersaudara.
Dalam hati aku mengagumi kemiripan mereka yang begitu nyata,
bukan hanya beberapa hal fisik tapi juga reaksi reflek dan juga kharisma yang dapat membungkam siapapun musuh mereka.

Aku tidak dapat menahan diri untuk tidak tersenyum,
Luciferina hadir di balik punggungku dengan lembut,memeluk bahuku dengan sikap manja yang berlebihan,
menggigit bahuku dan menyesap sedikit darahku,
membiarkan darahku bercampur didalam darah dan dagingnya sendiri.

“apa yang kau tertawakan,penciptaku?” ia memberikan tatapan mata menggoda sekaligus sorot tajam penuh keingintahuan didalamnya.

Aku berbalik dan menyentuh dagunya, Bruce juga ada disana.

“putera puteriku yang baik” tidak dapat menyembunyikan kegembiraanku, mataku mengarah ke layar televisi, spontan Ferina dan Bruce mengkuti kemana mataku tertuju.

Dia,TsaraniaKova Gabriel,bergerak amat cepat masuk kedalam mobil.diikuti sang kakak,Aryanov Gabriel,
Luciferina dan Bruce melempar pandangan penuh minat.

“adik Aryanov Gabriel,hah? dia…,mirip denganmu,Stast…” komentar Luciferina gembira,

“gerakannya,juga,caranya bermutasi juga,dan lengan yang seperti tombak itu…, matanya juga,dan kemampuan pengendalian diri yang luar biasa…”ujar Bruce terkesima.

Luciferina menggigit bibirnya,darahnya mengalir dari sana,dia menciumku,
membiarkan aku menyesap darah dibibirnya hingga kering,
darah undead, sesuatu yang tidak akan membuat vampir sepertiku lupa daratan,
tapi aromanya tetap menyebabkan aku merasa sedikit rindu….

“kami membawa sedikit hadiah,ayah…” katanya ketika ia melepas ciumannya.
Ia mengangguk pada bruce,dan Bruce membawa seorang wanita cantik yang tergolek lemah,pingsan dan tak berdaya.

“hanya ini yang bisa kami temukan,Stast…” bruce mendesah,
“nyaris mustahil menciptakan vampir yang hampir menyamaimu,penciptaku, tapi,aku dan luciferina tentu tidak boleh pulang dengan tangan hampa, jadi kami membawa setidaknya,makan malam untukmu,kau senang?”
mataku nanar menatap setiap jengkal tubuh wanita itu,
dengan sekali sentakan,aku merobek gaun yang dikenakannya,hingga tubuh itu polos tanpa sehelai benangpun menutupinya.
bersih,tidak ada noda apapun,tanpa cacat sedikitpun,

meskipun kami sangat kejam dan tidak memiliki perasaan,
tapi kami berbeda dengan undead rendahan semacam zombie atau chimera.
aku punya kriteria tersendiri dalam memilih mangsaku,
dan Ferina maupun Bruce adalah yang paling tahu, seleraku seperti apa.

“aku senang,Bruce…,” jawabku
aku tidak yakin, apakah luciferina dan bruce benar benar menganggapku berarti atau mereka memperlakukanku dengan baik kali ini hanya karena apa yang baru saja kutemukan…
tapi tetap saja aku senang.

“aku sudah tidak muda lagi,apalagi untuk sebutan raja terror”kataku santai,
”ada orang yang lebih pantas untuk julukan itu,dan kita tidak perlu bersusah payah lagi sekarang.”
Aku menatap bulan yang berwarna perak berkabut,
rasa rindu yang memenuhi dadaku menggelegak tanpa pelampiasan.

“karena raja terror yang baru akan segera lahir…!”




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:21 am

08:

Requiem.

_______________________________________
_______________________________

Tiga bulan setelah insiden kecil di Bangkok,
Calcutta city,India,
Apartement kecil di pinggiran kota.

______________________________________
_______________________________


Usai sudah mengukur tensi Tasuku,

Infeksinya telah menyebar dalam presentase 68%,
kemampuan Tasuku mengendalikan kesadarannya sangat luar biasa,

Tapi,sekarang seluruh dunia menyudutkan kami,banyak yang menginginkan kematian Tasuku,
kak Ari bilang kami tidak boleh kembali ke rumah sakit itu,
menurut kak Ari juga,
kami sebaiknya menyembunyikan diri di tempat yang tidak diketahui orang lain selain ia dan kak Ryo,
Tidak boleh melakukan gerakan atau tindakan apapun yang mencolok dan menarik perhatian publik,
Hubungan dengan dunia luar juga,diputuskan sama sekali.
karena jika memikirkan apa yang dipikirkan orang lain terhadapnya,
Tasuku akan jadi semakin menderita.

Kak Ari telah berusaha semaksimal mungkin,tapi sangat sulit menemukan keberadaan Stast, entah apa yang direncanakan vampir itu,tapi keadaaan ini membuat Tasuku semakin frustasi,
kadang kala dia bisa jadi sangat pemarah,kesalahan kecil saja bisa memicu amarahnya,jika sudah begitu,aku hanya bisa menangis...,

tapi yang jelas,aku tidak akan meninggalkannya sendiriannya disini, aku tahu ia membutuhkanku,karenanya aku tidak pergi,aku akan tetap ada disini untuknya.

Kuseka tubuhnya dengan penuh kasih sayang,
dia tidak pernah mau kudekati,tapi akhir akhir ini,tubuhnya semakin lemah,sehingga ia tidak punya pilihan lain selain membiarkanku merawatnya,

Kukunya,walaupun dipotong,dapat terus tumbuh dan tumbuh seperti semula,dalam waktu kurang dari satu jam.

Dia juga punya gigi taring kecil yang agak memanjang,semakin lama semakin panjang, ketika suatu hari dia bertanya padaku apakah ia terlihat mengerikan,
dengan jujur aku menjawab bahwa dia terlihat tampan dalam keadaan bagaimanapun.
(memang benar, meski taring itu sangat runcing dan kelihatan setajam silet, tapi dia semakin tampan,aku semakin memujanya)

Kami juga tidak pernah melakukan hubungan suami istri,
karena resikonya sangat besar aku dapat tertular, dan bagiku yang tidak punya otak sejenius Tasuku,
aku hanya akan menjadi zombie,mayat hidup tanpa otak yang tubuhnya dikendalikan virus,

Walau terkadang keinginan untuk ‘itu’ pernah muncul satu dua kali,Tasuku akan sangat marah ketika aku membicarakannya, dan aku tidak berani menyinggung tentang 'itu' lagi untuk kedua kalinya.

“sayang, bagaimana perasaanmu hari ini?” tanyaku ceria,
Tasuku muram seperti biasanya.
penting bagiku dan dia membicarakan bagaimana perasaannya setiap jam,
ini juga semacam terapi yang membantuku memahami emosinya yang terkadang naik turun.

“aku merasakan tubuhku lemah,mungkin ada sel yang mati lagi karena virus itu,” ia menjelaskan padaku. “kukira prosesnya akan sakit,tapi ternyata begini lambat,”

Aku terdiam,mengelap rambutnya yang keemasan,basah dan lembab.
“apa karena Tasuku sangat pintar makanya tidak sesakit yang kau bayangkan,” aku tertawa,tapi rupanya ucapanku lagi lagi membuatnya marah.
Wajahnya memberengut seketika.

“ya,dan aku akan segera menjadi undead yang sempurna,”

“maaf,Tasuku,aku tidak bermaksud begitu…” aku menunduk.
Tasuku diam saja,

“mereka bilang,akulah raja terror yang baru,”celutuknya ketus.

“mereka mengatakan itu karena mereka tidak mengenalmu,kalau mereka tahu seperti apa Tasuku,pasti tidak akan bilang begitu,kuberitahu,ya,Tasuku itu,membunuh semutpun tidak tega,apalagi menyakiti orang lain?!”

“aku sudah membunuh dua orang waktu itu” matanya menerawang.
Lalu Tasuku berjalan perlahan kearah jendela,menyeret kakinya yang lemah,dia mulai membutuhkan darah,aku tahu itu,tapi aku tidak takut.

Dia suamiku,aku akan berbakti padanya walau dia telah menjadi undead sekalipun.
Aku mendekatinya dan mendekap punggungnya,

“Tasuku melakukannya karena ingin melindungi aku,kan? Aku percaya itu…”

“atas dasar apa kau percaya?”

“karena kita saling mencintai…”

kali ini giliran Tasuku yang diam membisu, dia menatap mataku penasaran, seolah mencari kejujuran disana,

“Daina, kau mau mati bersamaku…?” ujarnya lembut, jari jarinya memainkan rambutku dengan gerakan pelan,
seolah amat takut menyakitiku.
tapi kemudian dia menarik rambutku dengan amat kuatnya, aku menjerit kecil.

"....sakit...!"

"kalau sakit,mengapa kau tidak pergi? mengapa masih tetap disini?!" ia menarik rambutku semakin kuat, helaian halus itu berguguran di telapak tangannya.
"kau salah pada satu hal,aku tidak mencintaimu lagi,Daina,selama ini aku hanya memanfaatkanmu sebagai pelayan bagiku,tidak lebih!" bisa bisa nya ia mengatakan itu dengan ekspresi yang kejam...

"lalu apa,pembohong?" aku menutup mataku,andai bisa,aku juga ingin menutup telingaku...

"sekarang kau kubebaskan,kenapa kau tidak pergi saja dan cari pria lain?!" ia menawarkan "atau perlukah aku yang mencarikan untukmu?!"

“apapun yang kau lakukan,aku tidak akan pergi...!” jawabku mantap,mataku berair,
aku sudah tidak mau kehilangan orang yang kucintai lagi, aku tidak mau sendirian lagi,
hanya kepada Tasuku kutambatkan hati ini,
dan akan mati seiring kepergiannya.

"seberat apapun kau menderaku,aku akan tetap pada keyakinanku..." aku menahan tangis,
"kalau memang benar kau dan aku tidak memiliki hubungan apa apa lagi dan aku dibebaskan ikatan kita,maka biarkan aku memilih tempatku! disinilah tempatku berada!" dadaku sangat sesak sampai untuk menghela nafas saja begitu sulitnya!

Tasuku terdiam,
“kalau begitu menjauhlah dariku,” pintanya halus.
ia mendorongku hingga aku terjerembab di lantai, mencampakkanku dengan dingin,

Aku sangat ingin menangis saat itu,tapi kutahan air mataku,bukan karena alasan yang rumit dan bukan karena aku tidak ingin terlihat lemah,
Tapi aku juga merasakan kepedihan yang sama seperti yang kurasakan dalam suaranya.

keterpaksaan...,

Dia juga menderita harus jauh dariku, tapi dia tetap tegar,
karena dia laki laki maka dia tidak menangis…,
segala cara yang ia lakukan,apapun yang dilakukannya, karena dia mencintaiku...
semua demi melindungiku...

Pangeranku…,
pangeranku yang memiliki hati yang teramat baik dan tulus,
yang telah menodai tangannya dengan darah dan juga dosa…
begitupun,aku masih tetap mencintainya,mencintai kenaifannya, mencintai kelembutan dan kasih sayangnya yang tiada dua didunia ini,
mencintai keluhuran budinya...
Dialah wujud estetika dan kemegahan yang absolut,
dialah Tasuku milikku seorang,

Setelah semua pengorbanan dan cinta teramat dalam yang di curahkan untukku,
bagaimana mungkin aku tidak tetap tinggal disisinya meski hanya sekedar untuk menunggu…?

Tidak ada kebimbangan,tidak ada keraguan sedikitpun dalam hatiku,
aku hanya mengangguk ringan seraya berdiri membereskan baskom kecil berisi cairan antiseptik yang sebelumnya kugunakan untuk menyeka tubuh Tasuku,
aku melangkah keluar dari kamarnya,ketika aku hendak menutup pintu,aku sempat melihat ia menatap kepergianku dengan pandangan sedih,

Tapi sejurus kemudian, tatapan yang penuh berisi luapan cinta membara yang tak terpuaskan itu kembali berubah menjadi sorot dingin dan angkuh.

Tatapan asing yang tidak pernah kukenali sebelumnya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:23 am

Daina

___________________________________________
__________________________________

Presentase 70%.

___________________________________________
__________________________________

“Aku ingin kau memakaikan rantai padaku”
Permintaan tasuku karuan membuatku sangat terkejut,
rantai? Apa apaan?! Dia bukan hewan…itu tidak pantas…

“A...ku keberatan,” protesku. ”Apa gunanya…? Tasuku pasti akan sembuh, kak Ari akan segera menemukan Stast,itu pasti”
Tasuku mengeleng.

“Tidak ada yang tahu tentang masa depan,kan’…,bagiku sekarang atau besok sama saja, dan kau bisa terbunuh kapan saja” ia mengeraskan suaranya.

“aku tidak mau,Tasuku, kau akan baik baik saja, semua akan kembali seperti semula,aku janji…”

“Sejak awal kau tidak mengerti apa apa,Daina,ini serius,jika kau tidak segera memakaikan rantai padaku, dan jika terjadi sesuatu padamu, aku…” Tasuku menghentikan kata katanya ditengah jalan. “Seharusnya kau jangan membantah kata kata orang yang lebih pintar darimu…” lanjutnya kikuk.

“Kak Ari pasti tidak akan setuju,” aku menambahkan.

“Aku akan bicara padanya, tidak ada alasan dia tidak setuju, ini menyangkut…”

“Menyangkut apa…?” aku mendelik penasaran.
Tasuku semakin kikuk, “Sudahlah, percuma bicara denganmu!” dan ia pergi begitu saja ke kamarnya.

Aku senang, Tasuku mencemaskan aku, jika terjadi sesuatu padaku, maka hidupnya tidak ada artinya lagi, itulah yang hendak ia katakan barusan.
Begitu pula aku

.
***************************
***************************

Presentase 72

_______________________________________
__________________________

Dua minggu kemudian,

perkembangan virusnya tidak dapat diprediksikan,dan akhir akhir ini semakin cepat.

Tasuku tidak banyak bicara, bahkan terkadang tidak menjawab jika diajak bicara,
kak Ari bilang, kontrol diri nya luar biasa,biasanya orang yang terinfesi diatas 60% sulit mengendalikan kesadarannya,
apa ini ada hubungannya dengan kejeniusan suamiku?

“Yang terpenting,jangan sampai ia melihat darah, undead baru akan sangat berbahaya” sarannya padaku lewat telepon,

Aku menceritakan permintaan Tasuku tentang memakaikan rantai,kak Ari sama tidak setujunya padaku, tapi rasa keberatan itu ditahannya.

“Tunggu saja,jika aku belum kembali sampai bulan depan,pakaikan saja” ujarnya tegas.
Aku mengangguk angguk, jika kak Ari bilang begitu…

Tasuku menatapku dari tempatnya duduk yang berseberangan denganku.
Wajahnya tampak puas mendengar tanggapan kak Ari.
Aku menutup telepon dengan sedih.


*****************************
*****************************

Selanjutnya,ketika aku melihat kalender dan menandai bulan baru,
aku memutuskan menuruti kemauan Tasuku.
walau hatiku melawannnya.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:24 am

Ari


Argentina.
Salah satu daerah yang telah terinvasi oleh Undead,
_____________________________________________
___________________________________


Sekitar 200 zombie kelaparan menghadang didepanku.Terseok seok.

Ditengah reruntuhan kota,didepan sebuah rumah terbesar yang dulunya digunakan sebagai tempat tinggal orang terkaya dikota ini,
aku mendapat informasi, kalau disanalah tempat persembunyian Stast The Origin,

tapi tidak ada seorangpun dirumah itu, hanya ada undead,
dan ketika kami akan keluar, kami terjebak diantara lautan mayat yang bangkit dari kematian ini.

Mata mereka yang seputih susu sejajar dengan mataku.
Dengan segenap kebencian kulemparkan granat tangan kearah mereka hingga ledakan hebat memisahkan tubuh membusuk itu berkeping keping.
Kelompok yang selamat tertarik pada serpihan daging itu dan berebut melahapnya.

Ryo dan Yudas berada di belakangku.mengawasi sekaligus menunggu perintah dariku.

“Bergerak” perintahku,dan mereka langsung menyerbu kearah kerumunan yang kacau balau tersebut. Memusnahkan apa saja yang dapat dimusnahkan.

Ryo menembakkan panah besinya berkali kali, menghabisi beberapa ekor zombie sekaligus, seekor ghoul terbang merendah ingin meraihnya,
Yudas melompat tinggi sekali hingga berada dalam posisi menunggangi si ghoul, yang panik dan kebingungan.

“Demi nama tuhan!” teriaknya dan menancapkan salah satu dari pedang kembar bermata bulan sabit miliknya diatas ubun ubun makhluk itu.
Mereka jatuh, tapi Yudas dengan sepatu yang dirancang khusus menghadapi gravitasi, mendarat dengan mulus diatas tanah.

“Hati hati dengan lehermu,sobat” katanya pada Ryo.

Ryo mendelik tidak senang, “Yah,bagaimanapun juga,terima kasih” ujar ryo tampak tak rela.

Aku mematahkan tulang manusia chimera berkepala kijang di tanganku.
sementara Ryo dan Yudas berkutat menghalau zombie,
ghoul dan chimera yang mencoba menyerang mereka. Hanya perlu seorang diri melakukan ini,
ghoul lagi,mereka tak pernah bertempur dengan memakai otak mereka.
Dengan sekali hentakan tinjuku ditanah,
bebatuan beterbangan bersama energi magnet dan pusaran tornado.
Menghantam gerombolan besar itu sekaligus di udara.

Angin yang panas menerpaku,
aku berlindung dibawah Coat hitam panjang yang kukenakan,
menunggu hingga semua makhluk laknat tersebut habis tertelan pusaran angin yang kuciptakan.
Onggokan daging mereka yang rapuh terpisah pisah dan terlempar.
kepala salah satu ghoul jatuh di dekat kakiku, kuinjak organ yang masih bergetar itu,
ada apa ini? tiba tiba berdatangan begini...
Harusnya kami sudah keluar dari kota ini sejak tadi!

“Hebat sekali,Paladin…”

Mencabut pedang dipunggungku dan berdiri mengahadapi vampir laki laki bertubuh tinggi besar.berambut cepak abu abu terang.
Hah,aku tidak terkejut.

“Mana Stast?” tanyaku dingin.

“Well,mengalahkan ratusan prajurit kami dalam waktu singkat seorang diri,lalu bertanya begitu saja? Tidak tahu sopan santun” ia menampakkan wajah bengisnya, vampir ini berperangai beringas dan buas,kelihatannya dia adalah generasi kedua,

Meski makhluk yang ada didepanku ini luar biasa indah dan tampan.
Aku bisa melihat kekejaman dalam matanya yang berkilat tanpa belas kasih.

“Karena aku tuan rumah, maka kita bermain dengan caraku,kau bisa mengalahkanku,kau akan dapat apa yang kau inginkan” ungkapnya penuh kesombongan.

“Jika kau tidak mau mengatakan demikian,aku tidak punya pilihan lain”
pedangku terayun ringan bersamaan dengan tubuhku,

Si vampir tidak sempat menghindar dariku,dan Lengan halus bagaikan porselen itu terpotong dengan mudahnya.

Dia tampaknya terlalu bangga akan kekuatannya,hingga terlambat menyadari kedatanganku,bahkan hanya untuk menghindarpun tidak sempat.
Kelihatannya ia amat marah karena perbuatanku.

Hm...Tipe berat,hanya tenaganya yang besar tapi refleknya agak lambat.

“Selanjutnya adalah kepalamu” bisikku, “Jika kau mengatakannya, hanya itu yang memperlambat kematianmu…”

Dengan wajah murka,ia bermutasi dengan cepat.
Daging tumbuh ditempat aku menyerangnya barusan.
Bukan daging,melainkan tulang.
Tulang baja laksana tombak yang siap menghujam dan mencabut nyawaku.

“Manusia! Kau melanggar wilayah teritorial kami!” raungnya.

Ryo dan Yudas terkejut bukan main karena suara raungannya yang bagaikan seekor singa itu
Vampir buas itu menubrukkan dirinya padaku.
Beberapa saat terjadi adu kekuatan diantara kami,kami saling dorong,dan aku berusaha menghalangi tubuhnya yang menekanku dengan menggunakan pedangku.

Sementara sebelah tanganku yang lain menahan tulang keras bagaikan tombak itu agar tidak menembus kerongkonganku dengan mulus
Sial,dia benar benar kuat.
Berapa tekanan ini sebenarnya…? Mungkinkah mencapai satu ton lebih…?
nafasku mau putus rasanya!

“Ari…!” teriak Ryo hendak membantuku, tapi jumlah zombie yang datang silih berganti.
Dia dan yudas sudah kerepotan menghalangi para mayat hidup itu agar pertarunganku dengan vampir generasi kedua ini tidak terganggu.

“Jangan ikut campur…Ryo!!” teriakku.

“Graaaaaaaaaaaaaaaakkkkhhh!!!!!!” si vampir memperlihatkan gigi gigi nya yang setajam silet itu,menyeringai penuh kemurkaan terhadapku.
Sialan…sialan…

Apa aku akan mati?!

Mati….

Mati…

Bayangan bayangan mengerikan kembali muncul di kepalaku,

“Darah…,kakak! Darah!”

“Ayah…ibu…maafkan aku…”


Bayangan memuakkan itu lagi!
Undead pertama yang kubunuh…


Tidak akan ada surga kecuali semua kengerian ini berakhir…!



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:24 am

(LANJUTAN)

Ari

________________________________________
________________________________


Ya,tidak ada surga kecuali semua kengerian ini berakhir.

dengan segenap tenaga,aku mengalirkan listrik di seluruh baju tempurku dan menendang undead didepanku hingga terpental,

“Yeah! Bagus,Ari! Tendangan halilintar!” Ryo berteriak teriak kegirangan sambil meneruskan memenggal kepala para mayat hidup,

Yudas tersenyum puas. “jangan mati,ya,kapten!” Hanya itu yang ia ucapkan.
Tidak kuhiraukan celotehan teman temanku,
memangnya mereka pikir aku sedang apa? Syuting film action?!

Butiran keringat mengalir di sekujur tubuhku, tapi aku sangat bersemangat memburu undead itu,
mendatanginya ketika ia sedang berguling guling mencoba bertransformasi ke bentuk lain.

Aku akan memutuskan kepala nya dari tubuhnya,
hanya itu cara satu satunya agar otak yang gila itu tidak terus menerus membuat tubuh yang merepotkan itu bermutasi.
Lengan si vampir beradu dengan pedangku,
menimbulkan bunyi berdenting yang nyaring saat kami berbenturan,

Aku Terlompat mundur, ia menebas lengan bajuku hingga goresan yang dibuatnya menimbulkan kerusakan kecil pada baju tempurku.
hanya itu,bukan luka dalam yang perlu kucemaskan.
aku takut aku jadi terlalu besar kepala karena ini,tapi reflek ku jauh lebih baik.

Ia sendiri tampak kepayahan menghadapiku,nafasnya terengah engah,sudah kuduga,
Walau tidak perlu bernafas apa boleh buat,makhluk ini masih bisa merasa panik jika merasa nyawanya terancam.

Tak akan kusia siakan kesempatan ini, aku menyerangnya dengan kekuatan penuh.
Dia juga membalas seranganku,
pedangku beradu kekuatan melawan cakarnya,entah berapa lama pertempuran berlangsung dengan seru.

Awalnya kami seimbang, tapi pelan pelan, vampir itu melemah,
dia mudah terpancing, semakin sering tinjuku mampir di wajahnya, semakin mudah pula ia lengah karena amarah.

Pedangku menusuk tulang rusuknya,satu kali, dua kali, ia meraung tidak terima.
Mendaratkan pukulan dan tendangan membabi buta yang semuanya dapat kuhindari.
Saat ini,dialah mangsaku,dan bukan sebaliknya.

Akhirnya,sebagian lehernya nyaris putus terkena sabetan pedangku.
Darah mengalir dan ia mulai panik karena darahnya mulai kering dan tubuhnya nyaris tidak bisa bergerak, ia mengerang sekarat.

Kuputar pedangku dan kembali mendatanginya.

“Hanya segitu,Undead?” tantangku lagi, “Sekarang tepati janjimu!”

“Stast benar,” vampir itu menatapku dengan mata Ruby nya yang terang.“kau memang kuat,Aryanov Gabriel,kemampuanmu setara dengan makhluk abadi seperti kami! Stast sampai menangis,kami gagal mendapatkanmu saat berhasil memancingmu tempo hari”
matanya menerawang jauh,

“Aku apa?!” tanyaku.”Apa yang ia rencanakan?!”
Undead didepanku tersenyum senang.

"Stast” ujarnya “Sudah sejak lama menaruh perhatian kepada banyak manusia berbakat, dan dia menjadikan mereka vampir,seperti aku dan saudara saudaraku yang lain…,namun tidak semua manusia bisa menerima virus original dalam darahnya, seperti yang kau tahu,"

"Jika manusia biasa dengan tingkat kecerdasan yang biasa pula, maka mereka hanya akan menjadi Zombie, mayat hidup tanpa otak yang tidak bisa berpikir,tidak punya akal. Maka ia,ayah kami yang pandai,menciptakan chimera dan ghoul, perpaduan hewan buas dengan Undead,dan jenis yang ini lebih cepat dan mudah dikendalikan,”

“Tapi itu belum cukup...! ghoul dan chimera. Mereka sama tidak berotaknya dengan mayat mayat hidup produk gagal itu,”ia mendelik gusar kearah tumpukan zombie yang dibantai oleh Ryo dan Yudas.
“Sedangkan jenis vampir seperti kami hanya ada sedikit,tidak semua orang bisa menjadi seperti kami, dan Stast semakin tua, meskipun dia wadah berlindung yang sempurna bagi kami dan dia kuat. sewaktu waktu dia bisa saja dikalahkan karena dia sendirian”
“Kami perlu pemimpin dan kawan kawan yang baru, yang dapat membantu kami mewujudkan ambisi menguasai dunia dan memperbudak umat manusia!
Seseorang yang kuat,cerdas,jenius dan kesempurnaan mutlak tidak ada bandingannya didunia ini, ”

Aku tertegun “Dan aku adalah sosok yang paling tepat…”
Vampir itu menyeringai kejam.

“Ya,harusnya," ia memberitahuku "Kami berharap,yang menjadi raja kami adalah kau,orang yang paling tepat untuk posisi ini,tapi rencana itu gagal,kau lebih kuat bahkan dari Stast sendiri,Stast gagal mengambilmu,
karena itu kami mencari dia,
seseorang yang bisa menandingimu,seseorang yang akan mengalahkanmu,satu satunya titik kelemahanmu didunia ini...!”

“Siapa dia?!” desakku.
Vampir itu tertawa,

“Tapi tidak bisa dengan manusia biasa, harus manusia yang sangat cerdas” tawanya melengking
Sekujur tubuhku menggigil memikirkan kemungkinannya.

“Tasuku…” desisku tak percaya.

“Sudah terlambat menyadarinya,Aryanov Gabriel, kau telah terkecoh dengan datang kemari,Stast ayah kami yang jenius berhasil mengecohmu,saat ini dia pergi membawa pasukan besar,dan sedang dalam perjalanan menjemput calon raja baru kami…,sang 'Pewaris' yang baru!”

Aku memenggal kepalanya disaat saat terakhir,percikan darah vampir yang nyaris mengering itu membasahi tanah.

“Ari! Apa benar yang ia katakan?!” Ryo menghambur ke arahku,
diikuti Yudas. shotgun di tangannya mengeluarkan asap karena ia baru saja menembaki Zombie yang tersisa, mereka berganti ganti senjata beberapa kali untuk kemudahan.

“Matilah kalian! Kalian manusia akan punah! Kalian akan merasakan perasaan kami yang terbuang! Kalian akan membayar kepalsuan yang kalian ciptakan!” kepala si vampir yang masih hidup dan bergerak-gerak itu berteriak menyuarakan berbagai macam kutukan dan sumpah serapah pada kami.

Yudas melempar pemantik api kepadaku, dan aku segela menyulut tubuh penuh dosa itu habis dalam kobaran api,
teriakan kematian bergaung hingga akhirnya lenyap.

Yudas berdoa sambil memegang salib di dadanya,
“Sayang sekali,kalianlah yang akan punah, para makhluk yang tidak dicintai oleh Tuhan” pastor muda perwakilan dari vatikan itu mengumpat halus.

“Ryo,Yudas,kita harus pergi ke Calcutta secepatnya, darurat, akan terjadi invasi besar besaran disana!” ujarku dengan nada setengah memerintah.
Ryo dan Yudas mengangguk bersamaan menyetujui perkataanku.

“Kita harus musnahkan yang disini dulu, akan menghalangi jalan kita kalau tidak disingkirkan” Yudas meraih kedalam Coat nya, menarik granat tangan dalam jumlah besar, lalu maju kearah kerumunan undead mendahului aku dan Ryo.

“Tenang saja” Ryo menepuk bahuku. ”Tasuku adalah tipe orang yang sama sepertimu,ia akan teguh dalam pendiriannya dan akan memegang prinsipnya hingga ia mati.”
Aku hanya menyahut dengan senyuman getir.

Ya,tapi tidak dalam keadaannya yang sekarang.

Aku mungkin bukan pemuka agama yang taat, juga bukan seorang syeikh yang alim,
bahkan aku sangat jarang berdoa,
tapi kali ini,kali ini aku berdoa dengan segenap hatiku,
aku hanya ingin adikku selamat,


Untuk itu aku rela mempertaruhkan diriku sendiri dalam permainan maut ini hingga sekarang.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:25 am

Daina


____________________________________
_____________________________


Callcuta,Bengala Barat,
India.
____________________________________
_______________________________


Invasi terjadi dua hari setelah aku memutuskan menuruti usul Tasuku untuk memakaikan rantai padanya.

Aku membuatkan yang cukup panjang agar ia bisa berkeliling rumah dan bebas melakukan kegiatan seperti makan atau kekamar mandi,

Tasuku sangat keberatan,karena jika demikian sama saja dengan ia tidak memakai apa apa,dan marah marah mengatakan aku tidak mengerti dan sebagainya.

Aku tidak perduli,yang penting,aku tahu Tasuku tidak akan pernah melukaiku,aku percaya pada Tasuku.

Tapi sayang sekali hari hari mengerikan itu terjadi lagi,
Undead memenuhi setiap sudut kota,
aku hanya berdua dengan Tasuku di tempat tinggal kami,lantai sepuluh sebuah apartemen,
semua kamar dilantai sepuluh ini adalah milik keluarga Gabriel,
kak Ari yang menyiapkannya untukku dan Tasuku agar tidak ada seorangpun yang tahu keberadaan Tasuku,
agar tidak ada media atau apapun yang mengeksposnya secara berlebihan.karena sulit menyimpan rahasia,
meski itu terhadap tetanggamu sendiri,

kak Ari menepati janjinya,dan dia melindungi tasuku dengan caranya sendiri.
tapi bagaimana cara kami menghubunginya,sekarang?

“Kabel telepon terputus…,bagaimana ini?! Bagaimana kita dapat meloloskan diri?!” aku menunduk,mencuri pandang pada Tasuku yang mengintip dari celah jendela.
tadinya kupikir bersembunyi dan menunggu kesempatan adalah yang paling baik,tapi aku tidak menyangka,
invasi nya terjadi dalam skala sebesar ini dan dalam waktu sesingkat ini,
mungkin dalam waktu dua hari lagi,Negara ini akan jatuh ketangan para undead,
kak Ari…dimana kau?!

Tasuku menggebrak dinding dengan marah.
“Jika begini,sebelum Paladin berhasil mengatasinya,kita bisa keburu ditemukan,”
dia menatapku cemas.
Untuk pertama kalinya aku merasa senang karena dia tampak perhatian padaku setelah sekian lama.

“Tidak apa apa, aku akan selalu bersama Tasuku!” aku mengangguk “Tasuku pasti bisa melindungiku,”
Tasuku tersenyum hambar melihat keyakinanku.

“Daina,berjanjilah,kalau keadaan menjadi lebih buruk lagi…,berjanjilah bahwa kau akan tetap hidup” tiba tiba Tasuku menatapku nanar.
Rantai ditangannya yang terpasang erat bergemerincing lembut.

“Aku berjanji…,tapi kita akan selalu bersama,kan?”
Tasuku tidak menjawabku, aku mendesaknya hingga wajah tampan itu berada dekat sekali dengan wajahku.

“Jika aku mati” ujarku perlahan,berbisik ditelinganya ”aku ingin mati bersama denganmu…!”
Aku mendekatkan bibirku pada bibirnya,Tasuku mencoba mengelak tapi aku segara dapat meraih wajahnya dan mencoba menciumnya sekali lagi,

Kali ini suamiku tidak melawan,entah apakah aku yang khilaf melupakan segalanya,
atau memang Tasuku juga sudah sama tidak tahannya sepertiku,
bibir kami akan bersentuhan, sesaat kemudian…

Braaakkkk!!!!

Pintu didepan kami melesak dengan kuat hingga terlepas,
dari arah luar,berdatangan,lima atau enam zombie,
makhluk mengerikan itu menatap kearahku dan Tasuku bergantian,membaui udara,mencari apapun yang bisa menjadi mangsa mereka.

“Tidak…” desisku ketakutan,
makhluk itu berdesakan masuk,dan dibelakang mereka,ikut masuk juga seorang laki laki yang…
Apa dia manusia?! Tubuhnya terjahit jahit sembarang,walau tubuhya tubuh seorang laki laki, kepalanya bukan kepala manusia,
melainkan kepala dua ekor binatang…,kepala banteng dan juga kepala beruang besar,

Aku gemetar,

Tertatih tatih meraih pistol kecil didalam kantong rok ku yang sejak lama kusiap kan,
aku bukan ahlinya menembak,tapi saat ini…,hanya aku yang dapat melindungi Tasuku.

“Daina! mundur!” teriak Tasuku,
Zombie itu menerkamku,terlambat menyadari bahwa yang diincar sejak awal adalah aku!
Apa yang terjadi selanjutnya aku tidak dapat melihat dengan jelas,
Tubuhku basah oleh darah makhluk itu,
aku membuka kelopak mataku,
dan yang terlihat dimataku adalah Tasuku yang bertempur untuk melidungiku,
ganas seperti singa, murka seperti dewa…

Rantai yang mengikatnya putus,hanya ada sebagian pecahan rantai itu yang masih terpasang di tangan dan kakinya, tubuhnya ringan bagai kapas,ketika zombie itu berhasil melukainya,membuatnya semakin marah.

“Graaaaaahhhhhhkkkkhhh!!!”
Tasuku memperlihatkan gigi giginya yang runcing,merayap seperti cicak didinding,menempel di langit langit,
dia melakukannya tanpa terpengaruh gravitasi sama sekali,
gerakannya cepat,matanya mengintai dan membiaskan aura kematian.
seperti predator yang sesungguhnya.

“Syahhhhahhahhahhhhhhh!!!!” chimera,makhluk berkepala hewan itu berteriak amat marah
Sementara para zombie itu menatap langit langit dengan bingung,
tanpa memberi kesempatan sedikitpun,Tasuku menjatuhkan diri kelantai,
dan membelah tubuh mereka dengan cakarnya yang tajam,
begitu gampang seperti mayat mayat itu terbuat dari stereo foam yang mudah dihancurkan,
menunjukkan padaku secara nyata,
bahwa dialah pemangsa sebenarnya.

Darah menggenang hingga sampai di kaki ku, aku mengerinyit ngeri.
Hanya tingga sang chimera sekarang,

Makhluk itu memperlihatkan giginya yang besar seperti taring macan pedang,
sangat berlawanan dengan gigi taring tasuku yang pendek dan anggun,
dia terlihat menakutkan,dan gerakannya juga cepat.
Tasuku menyeringai,

Akhirnya makhluk itu menyerang suamiku,
“Tasukuuuu!” teriakku histeris,antara rasa takut luar biasa dan panik ditengah pertarungan mengerikan itu, aku menutup mata sekuatnya,
hanya beberapa detik kemudian,
Kepala banteng itu terlempar ke hadapanku, tepat di kaki ku
aku melihat Tasuku dan bangkai makhluk itu dipelukannya,ia merunduk,kemudian mulai menyedot cairan merah pekat menjijikkan itu perlahan.

“Aaaaaaaaaaaahhhhhhh!” lengkingan teriakanku tidak tertahankan lagi,
Bunyi bunyian darah yang disedot paksa melalui gigi tajam Tasuku, dan suara ketika ia menggigit tepat di pembuluh darah makhluk itu memenuhi ruangan

“Tasuku…hentikan…Tasuku…” aku merintih menyebut namanya,sekujur tubuhku terasa lemas…
Suamiku telah selesai dengan makhluk itu.

Dia berbalik ke hadapanku dengan mulut yang berlepotan darah,
warna matanya saat itu,bukan merah darah, juga bukan warna biru teduh yang kukenang,
entahlah,bagian mata yang seharusnya berwarna putih,berubah jadi hitam,dan pupil matanya mengecil,berwarna putih keruh, ia menghampiriku,mendekatiku pelan pelan…
lama kami saling terdiam.
Aku memberanikan diri menyentuh pipi nya yang kini sedingin es.

“Tasuku?”aku memanggil namanya, “Tasuku…!” dan memeluk tubuh yang pasrah putus asa itu,menangis menggantikannya,

“Bunuhlah aku..”pintanya, ia menyelipkan pistol kecilku diantara jemari tanganku yang gemetar ”Aku tidak punya banyak waktu,aku akan berubah jadi undead sepenuhnya sebentar lagi” bisiknya lembut ditelingaku, “saatnya mengucapkan selamat berpisah”

“Tidak! Tidaakkk!” bantahku, “Aku akan gila…aku akan mati…” aku tidak dapat menahan air mataku untuk tidak tumpah.

“Aku mau bersama Tasuku…! Mau bersamamu…!”

“Rantai ini…” Tasuku melirik pecahan rantai yang membelit tangan dan kakinya,”sebenarnya bukan untuk menghalangi virus ini mengambil alih tubuhku, sebenarnya sama sekali tidak berguna…,tapi,” dia berkata dengan bersungguh sungguh.
“rantai ini ada untuk melindungimu dari ‘iblis’ dalam diriku, untuk melindungi pandangan 'manusia' dalam diriku juga…”bisiknya lirih

“Ini mimpi,kan?” “Hanya mimpi buruk…”aku terisak "Ini mimpi...aku berharap ini hanya mimpi!" aku berkeras membalikkan kenyataan yang percuma.

“Aku,tidak akan pernah meninggalkanmu… aku bisa hidup tanpa apapun didunia ini,tapi aku tidak bisa hidup tanpamu,” ujarnya lembut, aku bisa menyentuhnya, tapi anehnya aku bisa merasakan betapa ia mencintaiku,
betapa aku dicintai selama ini.

Kenapa? Kenapa justru disaat saat begini,tasuku yang kucintai kembali menjadi dirinya sendiri?!

“Aku menyebutnya mimpi buruk,jika suatu hari aku terbangun dan mendapati kau tidak ada disampingku…,hanya bayangan bahwa aku pernah memilikimu yang dapat menguatkan langkahku…” Tasuku berbisik tanpa henti,tubuhnya berbau darah segar,tapi aku tidak memikirkan itu dan terus mendengar setiap kalimat yang ia utarakan padaku

“Aku memang tidak mampu hidup tanpamu,Daina,tapi apa kau tahu?” kami sama sama terisak dan berpandangan,aku mengangguk angguk seperti orang gila mendengarkannya bicara,
”akan lebih menyedihkan bagiku jika aku melihatmu tidak bahagia”

“kebahagiaanku adalah Tasuku” sahutku,

“meski aku mungkin akan menyakitimu?!” ia bertanya ragu ragu

“barusan Tasuku melindungiku…,”

Tasuku terdiam sejenak,seperti memikirkan kemungkinan baru,
"Sebentar,biarkan aku berpikir..., kalau kita berpisah sekarang...bagaimana caramu keluar dari kota ini? apartemen ini jelas tidak punya pertahanan apa apa untuk melindungimu"

aku menatapnya dengan berharap,
berharap ia memikirkan hal sama seperti yang kupikirkan.

"Aku akan mengeluarkanmu terlebih dahulu,secepat mungkin" Tasuku mengangguk, ”Apapun itu, kekuatan terkutuk ini,aku akan menganggapnya berkah selama kekuatan itu membantuku untuk melindungimu”

Terima kasih,Tuhan...

“Bagaimana sekarang?!”tanyaku padanya

“Kita harus keluar dari sini,sebelum undead lain menemukan kita!” ia menarik tanganku, aku akan mengantarmu ketempat aman terdekat, mungkin itu pos Paladin, kalau beruntung,kita akan bertemu kak Ari disana,yang jelas selama infeksi nya belum 100%,kurasa kita bisa tenang tenang saja” Tasuku mengarahkan alat pemindai di matanya,yang perlahan kembali berubah warna menjadi merah gelap.

Alat pemindai menunjukkan tulisan 85%,naik hampir 10% dari yang kuperiksa tadi sore, “Pasti karena tasuku minum darah undead tadi” ujarku.
Tasuku menggeleng,”jika aku tidak melakukannya,pasti saat ini aku menginginkan darahmu”

Aku bergidik.

“Naiklah,jangan membantah” Tasuku berjongkok menyodorkan punggungnya padaku, "kita berlomba dengan waktu,sebelum virus ditubuhku bermutasi dengan sempurna"
aku segera melompat ke punggungnya,
Tasuku membuka jendela balkon, dan melompat kebawah, aku menjerit tertahan,
Lantai sepuluh! dan kami meluncur begitu saja.

“Sejak kapan kau bisa begitu?!” tanyaku sewot,
Tasuku tertawa,

“Daina pikir bagaimana caraku kabur dari rumah sakit?”
Kami melewati kota yang hancur,banyak sekali zombie disekeliling kami,
ada banyak mayat hidup yang mencoba menyerang kami,dan Tasuku menghancurkan mereka yang menghalangi jalannya,

Aku sedang digendong di punggung orang yang mungkin lima menit lagi atau besok,tidak tahu kapan...
akan berubah menjadi makhluk berbahaya yang ganas, mungkin nyawaku berada dalam genggamannya, tapi aku tidak takut sedikitpun,

Akan kupikirkan bagaimana menghadapi nasib kami nanti saja,
sekarang yang kuinginkan hanya menikmati perlindungan laki laki yang kucintai meski hanya sesaat.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:26 am

Ari

___________________________________
_______________________________

Dua hari kemudian.
__________________________________
___________________________


“Mikia!” Seruku,menyeruak masuk kedalam tenda darurat.

“Ar...!” sahut mikia setelah melihat kedatanganku,“Kau datang…”

“Kau sudah menemukan…” aku melirik kearah kerumunan orang yang berjalan mondar mandir kebingungan menunggu giliran proses pemindaian di tengah jalan tol perbatasan itu,
hanya didaerah ini yang belum terinfeksi, tempat ini adalah zona aman, seluruh orang yang selamat mengungsi kesini dan tentu saja harus melalui proses pemindaian terlebih dahulu,

Paladin selalu membuat pengumuman pengosongan kota sebelum melakukan pemusnahan massal, baru setelah itu kami masuk ke kota dan menyematkan yang tersisa, memusnahkan yang tidak perlu,
bahkan meledakkan kota dengan bom nuklir kalau perlu, sebagian yang terinfeksi ringan dapat disembuhkan lewat vaksin standar,
tapi yang terinfeksi tahap akhir mau tidak mau harus kembali ke kota atau melalui proses karantina,pilih yang manapun tetap sama saja

“Gila! Seluruh India terancam jatuh ketangan Undead…,” geram Yudas “sudah lama tidak ada invasi sebesar ini sejak afrika…”
Ryo mengangguk sependapat,sementara Mikia memeriksa data komputernya, dia menggeleng lemah.

“Maaf,Ar…sementara belum ada…”

“Berarti mereka terkurung di Calcutta” desisku “Kenapa bisa begini? Aku bodoh sekali!” dengan kesal aku memukul tiang tenda darurat di sebelahku hingga melesak kedalam. Gerimis terus menerus turun tidak berhenti.

“Sudah kuputuskan,aku akan masuk kedalam” kataku, Tasuku dan Daina tidak mungkin dapat pergi jauh dalam keadaan genting begini,
aku akan menyelamatkan mereka walau nyawa ini taruhannya.

“Sendirian? kita satu tim,kan!” Ryo menepuk bahuku,

“Ini diluar tugas resmi” ujarku “Aku pergi karena alasan pribadi,aku tidak dapat melibatkanmu atau siapapun”

“Pergilah!” sebuah suara menggelegar berwibawa bergema dalam tenda Alexander Boraknitchov tersenyum padaku, disampingnya,berdiri sang wakil,Syeikh Ibrahim Al Ashaadiq,

"Tapi..."

“Walau sudah tua,kami juga bisa menangani situasi disini”kata Boraknitchov
“Lagipula,Kisaragi, tolong jaga Kapten merepotkanmu ini,seperti kami juga saling menjaga hingga tua begini” canda syeikh Ibrahim dengan nada tak senang saat mengulangi kata ‘tua’ yang diucapkan Boraknitchov.

Aku mengangguk berterima kasih atas pengertian mereka, Ryo tersenyum puas disampingku,
“Itu sih,tidak perlu disuruh...”

“Mikia juga ikut,” Mikia menarik bazooka raksasanya, Ryo terperangah

“Kenapa?” Tanya Ryo penasaran

Mikia mendelik tidak suka “Aku juga ingin bertempur,” “Boleh,kan’ kek?” ia memohon dengan nada manja pada Boraknitchov,sang kakek mengangguk setuju,
“Jaga para berandalan ini baik baik,Mikia” pesannya pada cucu semata wayangnya

“Baik!” mikia memberi hormat dengan sikap formal,

Aku menghela nafas,
“Wanita bisa jadi kuat karena cinta,ya”desahku mencelos
Mikia melotot tidak senang, Ryo memasang tampang bego tidak mengerti apa yang kukatakan,

“Kalau begitu,biar aku saja yang tinggal disini menggantikan Mikia” kata Yudas

“Jangan!sudah ada aku,” gadis kecil berusia sekitar 16 tahun masuk,

“Evangelina” kataku,gadis itu,dia memiliki sorot mata seperti tahu segalanya,

“Stast The Origin” ujarnya ”Jika ada invasi besar,tandanya dia juga ada disini,melenyapkan Stast The Origin merupakan prioritas utama Paladin saat ini,misi level S, kalau hanya untuk melindungi para pengungsi disini,aku dan Syeikh Ibrahim kurasa sudah cukup”
“menurutku,Jendral kami yang mulia”ia membungkuk pada Alexander Boraknitchov,
yang termanggut manggut menyetujui apa yang ia katakan.

“Menurutku juga demikian,kita tidak hanya membicarakan adikmu yang terkurung didalam ibukota,kita juga harus memikirkan Stast The Origin,Undead tua itu sudah pasti berada disini sekarang,kita telah belajar dari masa lalu tentang pentingnya membawa cukup orang sebagai tambahan dalam misi pemusnahan Stast The Origin,jangan mati sebelum membawa kepala Stast The Origin diatas meja makan Paladin” seru boraknitchov pada kami semua

“Siap!”

Aku,Ryo,Mikia dan Yudas bergegas membekali diri kami dengan persenjataan lengkap,

Sambil melakukan persiapan,aku berkali kali berusaha mentralkan pikiranku yang kacau,
perang besar diantara manusia dan Undead.

Calcutta,salah satu kota termegah di India,pusat invasi saat ini,
invasi yang terjadi disana bahkan berskala lebih besar dibanding invasi yang terjadi di Bombay dan kota lainnya,

Apa karena keberadaan tasuku?
Benarkah dia yang diinginkan Stast?!
aku tidak mengelak, cerdas,brilian,jenius,dan otak tercanggih lebih dari yang bisa dibayangkan seorang manusia selama hidup,
semuanya ada pada Tasuku,
Keberadaan sempurna sebagai pewaris yang sejati...

Apapun itu,Tasuku adalah adikku,
aku tidak boleh membiarkan ini terjadi.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:27 am

09:

Survival.

______________________________________
______________________________


Daina

________________________________________
________________________________


Aku menunggu dengan gelisah,
“Bisa tidak?” tanyaku was was,

Tasuku tidak menjawab pertanyaanku,dia mengutak atik kabel minibus itu,mencoba menyalakan kendaraan terbaik yang bisa kami temukan dikota yang hancur,
ketakutan merayap kesekujur tubuhku ketika aku menyadari berapa pasang mata yang mengawasi kami sebenarnya,”Tasuku...! Mereka datang!” aku mengingatkannya untuk bergegas,

Tasuku tidak menjadi panik karenanya, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat dan setenang mungkin.

“Tetap didalam dan jangan bergerak” perintahnya padaku.
Aku menurut,menyembunyikan diriku diantara jok depan kursi pengemudi, tubuhku yang kecil tidak menyulitkanku menyusup masuk didalam sana,

Tuhan,makhluk itu banyak sekali, tapi mereka ragu ragu untuk menyerang, apa Tasuku tidak memiliki bau manusia lagi?
Yang jelas, aku harus berusaha agar bauku tidak tercium oleh mereka,tapi bagaimana caranya?

“Beres!” Tasuku masuk kedalam minibus,ia menoleh resah kearahku,sorot matanya tampak tidak nyaman “Maaf,bisakah kau menjauh sedikit?” pintanya.

Aku tersinggung “Memang aku tidak mandi dua hari ini,tapi…”
Tasuku mentertawakanku,”Bukan begitu…,” ia tersenyum hambar “Kalau melihatmu begitu aku jadi ingin memakanmu” ia melirik malu malu.

Aku menurutinya dan menjauh,beralih ke bangku bagian belakang,namun masih cukup dekat untuk melihat raut wajahnya.

“Apa artinya itu?” tanyaku membentuk kedua bola mataku sebulat mungkin untuk menggodanya.

Tasuku tersenyum berahasia “Dalam segala arti” jawabnya sambil mencoba bercanda.
agak lama kupandangi wajah tampan itu,Tasuku menstarter minibus itu dan melaju kencang,
kami masih terkurung dalam kota yang sama selama dua hari,menyembunyikan diri sambil berusaha mencari kesempatan untuk keluar.

Virus yang menggerogoti tubuh suamiku sudah melampaui angka 90%,
Tasuku tidak terlihat sakit,
sebaliknya,ia semakin kuat dan daya tahan tubuhnya meningkat lebih dari manusia biasa pada umumnya,
Tasuku bilang harus hati hati memilih rute,sekuat apapun dia, tetap saja dia hanya sendirian,menghadapi seisi kota yang berubah menjadi undead kan' hal yang mustahil...
apalagi dia harus mempertahankan dirinya seperti apa adanya,
semakin ia bertempur,semakin kuat virus tersebut mengendalikan dirinya,
dia juga bilang padaku,jika ia berubah,mungkin ia jadi lebih berbahaya dari seisi penduduk kota Zombie sekalipun...!

Tapi anehnya, akal sehat Tasuku masih bisa digunakan seperti manusia normal,ia bercakap cakap dan tertawa seperti biasanya,
walau aku tahu betapa berat godaan yang ia tahan agar dia tidak menyentuhku,
sikap tenangnya dan tidak emosian, apakah itu wajar untuk seorang undead?

“Waktunya sebentar lagi tiba” cetus Tasuku seakan ia bisa membaca pikiranku barusan, “Aku akan terlahir kembali dan tidak ada kontrol kali ini” ia melirik kearahku. ”Karena itu aku harus mengeluarkanmu dari tempat ini,bagaimanapun caranya,”
“Setelah kita bisa keluar dari sini,biarlah Paladin yang memutuskan akan melakukan apa padaku” Tasuku berkesah sembari menyelesaikan kalimatnya.
Aku hanya bisa memandangnya dengan sedih.

“Kita akan cari jalan keluarnya bersama sama,lagipula,kan’ masih ada kak Ari” aku mengingatkan “Kita satu keluarga,dia akan melindungimu apapun yang terjadi”

Tasuku tersenyum lemah, dia tidak menjawab kata kataku,mengemudikan mini bus secepat yang bisa diusahakan kendaraan itu melaju.
Bunyi kepakan sayap terdengar sayup sayup, tenggorokanku tercekat,wajah Tasuku menegang tiba tiba,

“mereka” bisiknya,“Mereka pasti tidak akan membiarkan seorangpun lolos,Daina kita harus tetap bersama” ujarnya,
Aku mengangguk,
“Apapun yang terjadi,tetaplah berada di sampingku,setidaknya saat ini aku masih belum begitu berbahaya untukmu”

Kiiiiiiiikkk!!!!
Aku tidak sempat menetralkan pikiranku yang kacau, menatap keluar jendela saat seekor ghoul terbang merendah,memperlihatkan wajah menyeramkan disisi jendela tempat dudukku, aku terpekik,

“Benar mereka,aku akan menutup semua jendela!”seruku seraya berlari ke bagian belakang minibus,menutupi jendela jendela yang terbuka,
undead bersayap itu mencoba masuk,sedikit lagi mereka nyaris lolos diatara celah jendela, aku bergulat dengan kengerian dalam memperkecil kemungkinan selamatku.

Mereka mengikuti kami, terbang dengan cepat seperti burung rajawali, bunyi gesekan sayap makhluk berupa manusia kelelawar besar itu mengikuti kami sepanjang jalan...Tasuku memacu minibus dengan kecepatan penuh.

“Sial” Tasuku mengumpat ketika kecepatan kami perlahan menurun.

“Tasuku…apa yang terjadi?!” desakku,
Aku belum sempat mengedipkan mata ketika para ghoul menyerbu kaca depan,kaca samping,dan kaca bagian belakang sekaligus,
darah makhluk itu berlepotan di kaca depan tempat makhluk tidak berotak itu menabrakkan dirinya sendiri dan tubuh mayat mereka yang pada dasarnya busuk dan rapuh hancur tanpa ampun terbentur kendaraan yang melaju dengan kecepatan tinggi ini,

Tangan Tasuku gemetar,
Bersusah payah mengalihkan perhatiannya dari noda meleleh yang memenuhi jendela.
kurasa jantungku berhenti berdetak,

“Sudah…tidak bisa lagi…” aku menyaksikan bola mata suamiku perlahan berubah seluruhnya menjadi hitam,
Tasuku memeras otaknya berpikir tanpa bersuara,
bagaimana cara menyelamatkan diri dalam keadaan serba terjepit begini?

Terdengar bunyi 'Brakk Brukk' hewan chimera itu mencoba mendobrak kaca jendela bagian samping,
retakan retakan barupun tercipta dari hantaman keras itu, sebentar lagi mereka akan menghancurkan kaca jendela minibus ini dan masuk kedalam,

Yang bisa kulakukan sekarang hanya menjauh sejauh jauhnya dari jendela

“Kita keluar dari sini,Daina!” perintah Tasuku, ia menghentikan laju minibus itu,menarikku keluar dari sana,

“Para ghoul masih ada diluar…!” seruku panik

“Bukan ghoul yang harus kau cemaskan!” Tasuku menarikku keluar dari mobil, makhluk itu nyaris merobek leherku,
tapi Tasuku bergerak lebih cepat,sang ghoul hanya sempat menarik kalung yang kupakai dan aku tidak terluka,tapi tetap saja menakutkan

Lengan tasuku bermutasi menjadi tentakel-bagiku itu terlihat seperti tentakel-dan tentakel itu melecut kesana kemari seperti cambuk,
menyambar setiap ghoul yang mencoba menyerang kami,Tasuku memutuskan kepala mereka dalam beberapa kali sambaran,mengejar mangsanya sampai neraka,seperti peluru kendali,
belum pernah aku melihat senjata undead yang semenakutkan itu.

Aku menunduk terseok seok mengikutinya,

“Terlalu lambat,Daina,” ia berdecak kesal dan meraih tubuhku dalam gendongannya,
Tasuku berlari cepat sekali, seperti berseluncur diatas es…

Dengan sebelah tangan yang bermutasi,ia bertempur,mati matian berusaha mengendalikan diri,dia tidak kehilangan konsentrasi sedetikpun, dan bisa mengontrol dirinya dengan baik, tapi sampai kapan? Seperti kata tasuku,sebenarnya,ini sudah batasnya sama sekali…

Tasuku membawaku ke bangunan yang sepertinya sebuah sekolah,didepan pagar bagunan itu tertulis ‘direnovasi,libur hingga bulan berikutnya’

Aku tahu maksud tasuku,para ghoul itu terus mengikuti kami,Tasuku hanya bisa membawaku ketempat tertutup dan menghindari ruang terbuka sementara ini,sampai keadaan agak tenang,

Akulah prioritas utamanya,dan aku senang.
hah...aku masih sempat sempatnya merasa senang disaat begini...
dasar aku gadis payah...!

Tasuku menutup pintu gerbang besar itu dengan satu tangan,dia tidak melepaskanku sedetikpun, keadaan bangunan itu sangat sepi, perlahan Tasuku menurunkanku,

“Kau tidak apa apa?” tanyaku hati hati,
Tasuku sangat muram, matanya kini benar benar mata seorang undead, seperti yang sering kulihat di televisi,
vampir sejati.

Tasuku membelakangiku, “Jantungku telah berhenti berdetak beberapa saat tadi” ia memberitahuku, “Menurutmu sekarang bagaimana?”

Aku menggeleng,bermaksud memeluknya.

“Jangan sentuh” ia mengingatkanku “Kau bisa mati”
Aku menatap punggungnya dengan sedih,

“Bangunan ini ditutup sampai bulan depan,tapi bukan berarti tidak ada undead disini,” Tasuku berkata perlahan,”Bersembunyilah di tempat yang aman, aku tidak akan meninggalkanmu, hingga bantuan datang,tapi jika kita berada dalam satu ruangan akan sangat berbahaya bagimu,” lanjutnya
“Jika aku melihat darah sekali lagi…”

“Aku mengerti” sahutku,tidak apa apa,aku kuat,
dan aku mempercayai Tasuku,tidak akan ada kesalahan selama aku menuruti kata katanya,

Tasuku mengangguk, ia menuntunku berjalan kelantai atas,Tasuku benar,bangunan itu dalam keadaan setengah direnovasi,
papan dan kaleng cat berantakan dibeberapa sudut, ruang kelas,ruang musik,dan banyak lagi ruangan lainnya,
Tasuku mengambil untaian anak kunci yang tergantung diruang pengawas, memilih ruangan yang ia rasa paling cocok dan memakai papan kayu dan bahan bangunan yang tersisa dan tergeletak begitu saja dibeerapa sudut koridor,
aku membiarkannya bekerja sendiri sambil tetap merapat disisinya,setelah selesai mencari barang barang yang ia butuhkan,
ia kemudian memaku papan papan kokoh itu dijendela dan ventilasi tempat dimana aku bisa bersembunyi dengan sempurna tanpa ada celah sama sekali,
Ia menyerahkan anak kunci ruangan yang tampaknya kelas kosong itu padaku,

“Kuncilah,dan jangan dibuka,walau aku yang meminta”
Aku menerima anak kunci itu,Tasuku pasti tahu waktunya sudah dekat,

“Tasuku…akan tetap berada disini,kan?” dan Tasuku memperihatkan sorot mata paling menyedihkan yang bisa kulihat,

“Aku akan ada dibalik pintu ini menjagamu” ia tersenyum sedih “tutup pintunya”

Aku tidak berhenti memandang wajahnya hingga pintu itu mengayun tertutup.

Pangeranku yang malang,
pangeranku yang telah menodai tangannya yang lembut dan hatinya yang begitu baik dengan darah dan dosa…


Tubuhku merosot dibawah pintu yang terkunci,
kutempelkan telingaku didaun pintu,mendengar bunyi yang menandakan ia juga duduk di balik pintu,menjagaiku.

“Aku mencintaimu…”bisikku,
mencoba mencari keberadaannya dibalik pintu ini, padahal kami sedekat ini,kenapa terasa jauh?!

Padahal hanya tersekat oleh sebuah pintu…,padahal jarak kami hanya terpisah berapa inchi darinya, kenapa rasanya sesakit ini…?!

“Aku juga mencintaimu…selalu…”
Suara yang melenyapkan ketakutanku,satu satunya suara yang ingin kudengar didunia ini, suara kecintaanku yang mampu membuat semua kepalsuan didunia menampakkan wujud sebenarnya,

“Kita akan selalu bersama,kan?” tanyaku setengah terisak,aku bersedekap memeluk lutut,putus asa dan kedinginan.

“Kita akan selalu bersama…” terdengar sahutan lembut dari ruangan disebelahku,
“Tidurlah,sayang... ,sayangku…,tidurlah kesayanganku melebihi apapun didunia, kita akan segera bertemu lagi…” bisiknya berdusta,tapi itu cukup bagiku,
itu mimpi,

Walaupun mimpi,aku ingin segera mewujudkannya dalam kenyataan milikku sendiri.
Aku menangis, lagi lagi aku menangis…
menangis untuknya,menangis untuk impiannya,
air mataku hanya miliknya...

Lalu aku mendengar ia bersenandung lagu lagu yang bergema hingga ke hatiku,

Tak terasa kantuk menyerangku dengan segera dan akupun tertidur.




***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
DeathMaster
Admin
DeathMaster


Jumlah posting : 264
Power : 285
Blood You Give Me : 0
Join date : 27.11.10
Lokasi : -

Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 EmptySat Nov 27, 2010 9:28 am

Tasuku



Flashback.
____________________________________________
__________________________________



Aku…,berteriak dan menangis,dalam kegelapan

“Kakak…kakak…apa yang kakak lakukan?! Kenapa ibu dan ayah…kenapa mereka kakak bunuh…?” Kakakku hanya terdiam tanpa suara,tangannya sama gemetarnya dengan tanganku,

“Karena…jika tidak…kitalah yang akan terbunuh” kak Ari mengusap darah yang mengotori tubuhnya,wajahnya tegar tanpa kerisauan sedikitpun, tapi aku bisa merasakannya,
"dia bukan ibu...dan dia bukan ayah...itu Undead..." katanya menjelaskan.
aku tahu dia menahan diri,
andaikata saat itu dia juga menangis bersamaku,aku pasti akan semakin putus asa…

ia memandang dingin pada potongan tubuh manusia didepan kami,
juga gergaji listrik ditangannya,

aku sering melihat proses mutilasi dalam adegan film sadistik di televisi,tapi baru kali ini aku melihatnya secara nyata.
kami hanya berdua,dan kakak yang melindungiku,
melewati malam yang mengerikan.

"kita hanya berdua,sekarang,kita harus tetap hidup,Tasuku,itulah bentuk penghormatan kita pada ibu dan ayah,mulai sekarang,kita harus saling menjaga,janji?" kak Ari meminta pengertianku dengan penuh harap,

"ya,aku janji"
aku mengaitkan jari kelingkingku pada kelingkingnya sebagai tanda ikatan,
aku berjanji akan mematuhinya,
saling melindungi,saling menjaga.

Sesaat setelah itu,
Kak Ari menyiram seluruh rumah dengan bensin dan membakar habis rumah kami,
usia kakakku tidak lebih dari dua belas tahun waktu itu,tapi ia selalu bisa diandalkan,
dia yang kukagumi selalu berpikir 'air mata tidak ada gunanya',
tapi hari ini ia memperlihatkan wajah sedihnya untuk pertama kali.
aku termenung memperhatikannya ‘bekerja’.
air mata mulai mengering disudut pipiku.
aku tidak pernah berpikir untuk jauh darinya sedetikpun.

“Selesai” katanya sambil meraih lilin yang menyala dan melemparkannya, api dengan mudah berkobar, warnanya merah membara,sama membaranya dengan hati kami berdua saat itu.

“Kakak…apa ayah dan ibu ada disurga sekarang?”tanyaku hati hati kakakku berpaling menujukkan wajahnya yang khawatir padaku,

“Tidak Tasuku…” aku tahu ia menangis,tapi ia tidak mengakuinya,ia menghapus air matanya dengan cepat,lantas memeluk bahuku erat ”Tidak akan ada surga sebelum semua kengerian ini berakhir…”

Aku menatapnya dan mengangguk tanda mengerti,
walau pada saat itu aku masih belum paham benar apa yang ia katakan.
”kalau begitu” sahutku yakin “biar aku yang akan menciptakan surga”

Kakakku menatapku lembut dan menghibur, ”Ya,kita akan menciptakannya, mari kita berjuang dengan jalan kita masing masing,agar kesedihan ini tidak dialami orang lain, mari kita berjuang bersama untuk menghapus neraka dari dunia ini untuk selama lamanya”
aku senang mendengar kata katanya,aku terhibur,

“Aku akan menciptakan surga” tekadku dalam hati.
dan itu tidak berubah hingga sekarang.

Malam itu,malam ulang tahunku yang ke sepuluh,
kami terpaksa membunuh orang tua kami.



***
Kembali Ke Atas Go down
https://deathmaster.indonesianforum.net
Sponsored content





Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty
PostSubyek: Re: Descendant Of The Death Master   Descendant Of The Death Master - Page 2 Empty

Kembali Ke Atas Go down
 
Descendant Of The Death Master
Kembali Ke Atas 
Halaman 2 dari 10Pilih halaman : Previous  1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
Descendant Of The DeathMaster :: DESIRE... :: Chronicles...-
Navigasi: